Surah Al-Baqarah (bahasa Arab: سورة البقرة, translit. sūrah al-baqarah, har. ‘Sapi’) adalah surah ke-2 dalam Al-Qur’an, serta merupakan surah terpanjang.[1] Surah ini terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniyah. Surah ini diawali dengan huruf muqaṭṭa’āt A-L-M,[2][3] yang harus dibaca satu-satu (alif, lām, mīm).[4]
Surah ini juga dinamai Fustatul Qur’an (Puncak Al-Qur’an) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surah yang lain. Sebagai contoh, kewajiban bagi umat Muslim untuk puasa di bulan Ramadan;[5] larangan riba; dan ayat terkenal, Ayat Kursi, Surah al-Baqarah 256, dan tiga ayat terakhir. Ayat ini memiliki banyak sekali variasi topik seperti hukum-hukum, serta kisah Nabi Adam, Ibrahim (Abraham) dan Mūsa (Moses). Tema lainnya yang juga diangkat adalah ajakan bagi kaum Musyrikin dan Yahudi Madinah untuk masuk Islam, serta mengingatkan mereka serta orang munafik tentang nasib orang-orang terdahulu yang telah lalai.[6]
Sebagai surah Madaniyah, surah ini diyakini diwahyukan di Madinah dalam waktu yang cukup panjang setelah Hijrah, kecuali ayat riba yang diyakini diturunkan selama Haji Wadak, haji terakhir Nabi Muhammad.[7][8] Secara umum, ayat 281 dalam surah ini diyakini sebagai ayat terakhir yang diwahyukan, pada 10 Zulhijah 10 H, saat Nabi menjalani haji terakhirnya, 80 atau 90 hari sebelum wafatnya.[9]
Surah ini dinamai al-Baqarah yang artinya “sapi” sebab di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74).
Beberapa pokok isi al-Quran
Beberapa ahli tafsir tentang pokok isi surah al-Baqarah.
- Abu Ja’far bin az-Zubair al-Gharnathi; dia berpendapat bahwa surah ini dengan segala rahasianya adalah “Penjelasan tentang al-shirath al-mustaqim (jalan yang lurus) dengan sempurna, tidak tertinggal sedikit pun, dan penjelasan mulianya orang yang mengambil (pelajaran) darinya dan buruknya orang yang menjauhkan diri darinya.”
- Burhanuddin al-Biqa’i: “Sumber hukum yang tegas bahwa Al-Kitab (Alquran) adalah petunjuk agar diikuti semua perkataan di dalamnya, petunjuk teragung mengenai iman kepada hal gaib, dan kumpulan (petunjuk tentang) iman kepada hari akhir. Isinya seputar iman kepada kebangkitan yang diterangkan melalui kisah sapi betina, yang juga masih seputar iman kepada hal gaib.”
- Ath-Thahir bin Asyur: “Tujuan terbesar surah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu (1) tujuan untuk menetapkan martabat agama ini (Islam) di atas agama terdahulu dan kemuliaan petunjuk dan norma-norma penyucian jiwa di dalamnya serta (2) tujuan untuk menjelaskan hukum-hukum agama ini dan maslahatnya kepada para pengikutnya.”
Tiga golongan manusia dalam menghadapi al-Qur’an
- Golongan mukmin (1–5)
- Golongan kafir (6–7)
- Golongan munafik (8–20)
Keesaan dan kekuasaan Allah
- Perintah menyembah Allah Yang Maha Esa (21–22)
- Tantangan Allah kepada kaum musyrikin mengenai al-Qur’an (23–24)
- Ganjaran bagi orang-orang yang beriman (25)
- Perintah menyembah Allah Yang Maha Esa (21-22)
- Tantangan Allah kepada kaum musyrikin mengenai Al-Qur’an (23-24)
- Ganjaran bagi orang-orang yang beriman (25)
- Perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an dan hikmah-hikmahnya (26-27)
- Bukti-bukti kekuasaan Allah (28-29)
- Penciptaan manusia dan penguasaannya di bumi (30-39)
Peringatan Allah kepada Bani Israil
Beberapa perintah dan larangan Allah kepada Bani Israil (40-48)
Perincian nikmat Allah kepada Bani Israil (49-60)
Pembalasan terhadap sikap dan perbuatan Bani Israil (61)
Pahala orang yang beriman (62)
Pembalasan terhadap Bani Israil yang melanggar perjanjian dengan Allah (63-66)
Kisah penyembelihan sapi betina (67-74)
Keimanan orang Yahudi sukar diharapkan (75-82)
Bani Israil mengingkari janjinya dengan Allah (83-86)
Sikap Orang Yahudi terhadap para rasul dan kitab-kitab yang diturunkan Allah (87-91)
Penyembelihan anak sapi yang dilakukan Bangsa Yahudi merupakan tanda kecenderungan mereka kepada benda (92-96)
Memusuhi malaikat Jibril berarti memusuhi Allah yang mengutusnya (97-101)
Tuduhan orang Yahudi terhadap Sulaiman (102-103)
Ketidaksopanan orang-orang Yahudi terhadap Muhammad dan sahabat-sahabatnya (104-105)
Menasakhkan suatu ayat adalah urusan Allah (106-113)
Tindakan-tindakan menghalangi ibadah (114-118)
Larangan mengikuti Yahudi dan Nasrani (119-123)
Perjanjian dengan nabi Ibrahim (124-129)
Agama nabi Ibrahim (130-141)
Ka’bah adalah kiblat bagi seluruh umat Islam
- Sekitar pemindahan Ka’bah (142-152)
- Cobaan berat dalam menegakkan kebenaran (153-157)
- Manasik Haji (158)
- Laknat terhadap orang-orang yang menyembunyikan ayat-ayat Allah dan orang-orang kafir (159-162)
- Allah Yang Berkuasa dan Yang Menentukan (163-171)
- Makanan yang halal dan yang haram (172-176)
- Pokok-pokok kebajikan (177)
- Kisas dan hikmahnya (178-179)
- Wasiat (180-182)
- Puasa (183-188)
- Berjihad dengan jiwa dan harta di jalan Allah (189-195)
- Haji (196-203)
- Perbuatan orang-orang munafik (204-210)
- Hikmah diutusnya para rasul dan berbagai cobaan bagi para pengikutnya (211-214)
Beberapa hukum syariat
- Orang-orang yang diberi nafkah (215)
- Hukum perang dalam Islam (216-218)
- Khamr, judi, harta yang dinafkahkan, dan pemeliharaan anak yatim (219-220)
- Pokok-pokok hukum perkawinan, perceraian, dan penyusuan (221-237)
- Kewajiban mengerjakan salat biarpun dalam keadaan takut (238-239)
- Wasiat untuk Istri dan Mutah (240-242)
- Kewajiban berjihad dan mengeluarkan harta di jalan Allah (243-252)
Tentang rasul-rasul dan kekuasaan Allah
- Keistimewaan dan perbedaan derajat rasul-rasul (253)
- Anjuran membelanjakan harta (254)
- Ayat Kursi (255)
- Tidak ada paksaan memasuki agama Islam (256-257)
- Membangkitkan kembali orang-orang yang sudah mati (258-260)
- Cara-cara menggunakan harta dan hukum-hukumnya
- Menafkahkan harta di jalan Allah (261-274)
- Hukum riba (275-281)
- Kesaksian dalam muamalah (282-283)
- Pujian Allah terhadap para mukmin dan doa mereka (284-286)
Ayat-ayat penting
Tiga golongan manusia dalam menghadapi al-Qur’an
Setelah muqatta’at, Al-Baqarah dimulai dengan pernyataan bahwa al-Qur’an tidak memiliki keraguan serta menjadi petunjuk bagi orang yang takwa.[10] Takwa (taqwa) berasal dari akar kata Semitik W-Q-Y yang berarti “waspada dalam perlindungan”.[4] Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Merekalah yang beriman kepada sesuatu yang gaib,[4] mendirikan salat, menunaikan zakat, meyakini kenabian Muhammad serta nabi-nabi terdahulu serta kitab-kitab yang diwahyukan Allah.[10]
Kemudian dibahas mengenai siapa itu orang-orang kafir dan munafik. Yang pertama, kafir dimaknai sebagai orang yang sama sekali menolak meyakini kebenaran, karena hati, penglihatan, dan pendengaran merela telah tertutup, dan akan diazab dengan keras.[11] Selanjutnya dibahas orang-orang munafik, yakni mereka berkata telah beriman kepada Allah dan Hari Akhir, tetapi sebenarnya mereka tidak meyakininya. Mereka mencoba untuk mendustakan Allah dan orang-orang beriman tetapi mereka mendustakan dirinya sendiri. Hati mereka sakit, lalu mereka diazab dengan keras oleh Allah. Orang-orang ini juga suka menyebarkan kerusakan di muka Bumi (fasad); mereka mengaku melakukan perbaikan, dan menyebut orang-orang beriman sebagai orang bodoh. Mereka mengaku beriman, tetapi begitu kembali kepada Setan, mereka mengakui kekafiran mereka, tetapi mereka tidak sadar bahwa Allah telah menipu mereka dan memperbanyak kesesatan mereka. Mereka akan terlibat dalam perdagangan yang tidak menguntungkan, membeli kesesatan dengan petunjuk. Ibarat orang yang menyalakan api dan merasa aman di sekelilingnya, tetapi Allah memadamkan api itu dan orang itu diselimuti kegelapan. Mereka tuli, bisu, dan buta. Atau seperti orang yang ditimpa badai petir dalam kegelapan, sehingga mereka menutup telinga karena takut akan kematian. Petir sangat terang sehingga hampir menghilangkan pandangan mereka, tetapi mereka berjalan ke arahnya setiap kali menyambar, dan tetap diam saat gelap.[12]
Umat manusia diperintahkan Tuhan yang telah menciptakan mereka agar mereka senantiasa bertakwa, kemudian Tuhan menjelaskan apa yang telah Ia ciptakan: Bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, dan hujan turun dari langit untuk menumbuhkan buah-buahan sebagai rezeki. Umat manusia diperintahkan untuk tidak mengadakan sesembahan selain Allah. Mereka yang meragukan Al-Qur’an ditantang untuk membuat surah yang mirip dengannya. Mereka tak akan dapat memenuhi tantangan ini dan diminta untuk takut akan Neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu dan secara khusus disiapkan untuk orang-orang kafir.[13] Kisah-kisah dalam surah ini diceritakan untuk memahami konsepsi teologis tentang kebenaran Islam.[14]
Orang-orang munafik
Ayat 8–20 dari Surah Al Baqarah mengacu pada orang munafik (Munafiqun). Saat Nabi Muhammad berada di fase Makkah, ada dua kelompok, mereka yang beriman dan musyrikin (kafir). Namun, setelah Hijrah ke Madinah, Muhammad harus berurusan dengan lawan dari mereka yang mengaku menerima Islam tetapi secara tersembunyi akan melawan Muslim. Pemimpin mereka adalah Abdullah bin Ubay yang akan dinobatkan menjadi pemimpin di wilayah tersebut sebelum kedatangan Muhammad di Madinah. Orang-orang munafik mendapat manfaat dari umat Islam tanpa kehilangan pergaulan mereka dengan orang-orang kafir. Mereka dianggap tidak setia kepada kedua belah pihak dan condong ke arah orang-orang yang paling menguntungkan mereka dalam arti duniawiah.
Terdapat dua konsep sifat munafik yakni:
- Munafik dalam keyakinan, mereka mengakui beriman tetapi mereka sebenarnya tidak[15]
- Munafik dalam berakhlak, mereka berlaku seperti orang munafik: dusta dalam berkata, ingkar dalam perjanjian, atau berkhianat jika dipercaya.
Sifat nifak adalah sesuatu yang ada di dalam hati, sehingga tidak ada yang tahu keberadaannya kecuali Allah. Oleh karena itu, tidak seorang pun dapat disebut munafik hanya sebatas dengan penilaian diri.
Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami menyusulkan setelahnya rasul-rasul. Kami juga telah menganugerahkan kepada Isa, putra Maryam, bukti-bukti kebenaran, serta Kami perkuat dia dengan Ruhulkudus (Jibril). Mengapa setiap kali rasul datang kepadamu (membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri? Lalu, sebagian(-nya) kamu dustakan dan sebagian (yang lain) kamu bunuh?
al-Quran | surah al-Baqarah: 87
Fikih
Surah ini memuat banyak sekali topik, seperti perintah salat, puasa, berjuang di jalan Allah, haji, kisah mengenai pemindahan kiblat dari Yerusalem ke Makkah, nikah dan talak, perdagangan, utang piutang, serta riba.[6] Khamr dan perjudian dibahas dalam surah ini,[17] dan itu hanya satu dari empat surah yang menyebut Nasrani alih-alih Ahli Kitab.[18] Ayat 190–194 membahas mengenai hukum perang Islam.
Ayat Kursi
Ayat 255 dikenal sebagai Ayat Kursi (آية الكرسي); merupakan ayat terkenal dalam al-Qur’an dan banyak dipajang sebagai kaligrafi. Di dalamnya memuat sifat-sifat Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad bersabda:
Jangan menjadikan rumahmu seperti kuburan, karena setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan Surah al-Baqarah.
Hadis riwayat Muslim, no. 1860
Tidak ada paksaan dalam memeluk Islam
Surah Al-Baqarah 256 dikenal sebagai ayat yang sangat terkenal dalam al-Qur’an, maknanya adalah “Tidak ada paksaan dalam agama.” Dua ayat lainnya, 285 dan 286, terkadang dimasukkan sebagai “kelanjutan” Ayat Kursi.[19]
Ayat terpanjang
Ayat 2:282[20] membahas fikih: (1) utang piutang (2) kesaksian wanita.[21] Amin Ahsan Islahi dalam Tafsir Surah al-Baqarah mengatakan ketika ada transaksi pinjaman untuk jangka waktu tertentu, itu harus ditulis dalam bentuk yang formal. Baik kreditur maupun debitur harus menyepakati apa yang ditulis dengan menghadirkan saksi dua laki-laki, atau satu laki-laki dan dua perempuan. Keamanan pinjaman harus dijamin. Panjang kontrak harus disebutkan dengan lengkap.[22][23]:2:282
al-Jalalain berkata, “yang dipanggil untuk menjadi saksi dalam berutang adalah dua orang laki-laki dewasa; atau jika kedua saksi itu bukan laki-laki maka satu laki-laki dan dua perempuan, serta harus Islam.”[23]:2:282[24]
Musa
Musa disebut dalam ayat-ayat berikut:
- Pujian kepada Nabi Musa: Q2:136
- Allah berbicara kepada nabi: Q2:253
- Taurat: Q2:41-44; 2:53; 2:87
- Mukjizat Nabi Musa: Q2:56, Q2:60, Q2:92, Q2:211
- Musa dan Firaun
- Musa dan pengikutnya selamat: Q2:50
- Firaun dan balatentaranya: Q2:50
- Firaun menghukum Bani Israil: Q2:49
- Perjalanan menuju Tanah yang Dijanjikan
- Bani Israil memasuki Tanah yang Dijanjikan: Q2:58
- Musa berbicara kepada Allah: Q2:51
- Bani Israil menyembah patung anak sapi emas: Q2:51-54, Q2:92-93
- Penolakan Bani Israil: Q2:246-249
- Sifat-sifat Bani Israil: Q2:41-44; 2:55-59; 2:61-71; 2:74-76; 2:83; 2:93-6; 2:100-101; 2:104; 2:108; 2:140-142; 2:246-249