YOGYAKARTA.TABLIGH.ID Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia didominasi oleh usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun). Pada Muktamar Muhammadiyah 47 di Makassar wacana ini menjadi pembahasan penting dan dijadikan keputusan guna diarahkan menjadi program untuk menjawab tantangan tersebut. Hal ini disampaikan Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhamadiyah di Tabligh Institute, Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Selasa,(20/08/2024).
Fathurrahman Kamal mengatakan bahwa Kemudian Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Solo Jawa Tengah, Muhammadiyah juga mengeluarkan keputusan lebih spesifik tentang anak-anak generasi milenial. Menurut Fatahurrahman Kamal, Muhammadiyah terutama Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menganggap ini serius untuk dipersiapkan lantaran generasi usia produktif tersebut akan menjadi tulang punggung bagi bangsa ini kedepannya.
“Muhammadiyah, terutama Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah diamanahi untuk memperhatikan spritualitas atau sisi keagamaan anak-anak generasi milenial, termasuk generasi Z dan Alfa”, katanya.
Dalam hal ini, menjawab amanah dan tantangan dakwah yang dibebankan pada Majelis Tabligh, Fathurrahman Kamal menjelaskan bahwa dirinya dan anggota lainnya melakukan upaya taktis dengan menghadirkan bidang baru yang fokus untuk menyiapkan generasi emas melalui program inkubasi muballig- ulama.
“Perluasan kerja bidang dan pembidangan yang dimaksud adalah Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menghadirkan bidang baru yaitu Tabligh Global dan Kerjasama Internasional yang dipimpin oleh Ustadz Adi Hidayat yang ditujukan untuk menyiapkan generasi emas melalui program yang disebut sebagai inkubasi kader muballigh-ulama”, jelas Pengasuh Pondok Pesantren Budi Mulia ini.
Fathurrahman Kamal melanjutkan bahwa Inkubasi kader muballigh-ulama diikhtiarkan oleh Majelis Tabligh dalam dua bentuk program, yaitu Inkubasi kader di luar negeri dengan menfasilitasi kader kuliah di luar negeri dan inkubasi kader yang dipersiapkan lansung secara mandiri oleh Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Untuk saat ini inkubasi kader di luar negeri kita fokuskan di S1 dan Dirāsāt ‘Ulya (S-2) di Kulliyatu-d-Dakwah Tripoli Libya. Yang saat ini sudah trelealisasi 3 gelombang”, katanya.
Inkubasi kader secara mandiri ini menurut Fathurrahman Kamal sebagai ikhtiar menghidupkan kembali tradisi lama di Persyarikatan dalam melahirkan kader-kader muballigh/mentor milenial dengan mendirikan: “Tabligh Institute” (Persemaian para Muballigh).
“Berikhtiar sedemikian mungkin untuk melatih kader muballigh-ulama yang diambil dari atau rekomendasi Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah pada aspek yang bersifat ideologis, kemudian substansi keagamaan dan juga metodelogis khususnya dakwah di era digital. Mereka diproyeksikan untuk mengisi ruang kosong kegiatan-kegiatan dan ketabligh-an di seluruh jaringan Majelis Tabligh se Indonesia, terutama masjid-masjid yang juga merupakan Amal Usaha Muhammadiyah”, tutupnya. (redaksi)