Ketua Pimpinan Wilayah Muhammmadiyah Sulawesi Selatan Prof. Dr. Ambo Asse, M.Ag saat memberian sambutan pada acara Rihlah Dakwah, Refreshing Muballigh, dan Studi Kerja Manajemen Korps Muballigh Muhammadiyah (KMM) batch tiga Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di di Hotel Aryaduta, Jumat, 30 Agustus 2024 mengatakan bahwa kondisi saat ini, membuat dakwah tidak hanya berkutat pada lisan dan perbuatan saja. Akan tetapi realitas juga membawa dakwah masuk melalaui media sosial, karena mengingat media sosial menjadi media yang paling banyak memuat informasi, walaupun sangat sulit sekali mengukur titik kebenaran sebuah informasi tersebut, dan itu butuh upaya selektif.
Untuk itu, Ambo Asse mengingatkan bahwa perlu ada pola yang mampu membantu kita untuk menilai yang baik dan benar agar kita,khususnya warga Muhammadiyah senantiasa berada dalam jalan yang lurus atau ṣirāṭī mustaqīman sebagaimana yang sudah dijelaskan Allah dalam surah Al An’am ayat 153.
“Sirāṭī mustaqīman ini, itulah yang harus kita pertahankan, bagaimana kita bisa berada pada jalur sirati mustaqiman, saya biasa mengatakan bahwa Muhammadiyah ini berada disitu. karena siroti mustaqiiman adalah dienul Islam , agama Islam yang bersumber pada Al Quran dan Sunnah Rasululah Shalallahu Alaihi Wassalam”, katanya.
Realitasnya saat ini di Muhammadiyah menurut Ambo Asse masih banyak jama’ah yang terombang ambing dengan dakwah Muhammadiyah dan melompat ketempat lain. Maka dari itu Muhammadiyah perlu memperkuat muballigh agar jama’ah tidak lari kemana—mana.
“Ya jangan mencari jalan yang lain. Kadang- kadang tidak puas sedikit dengan dakwah Muhammadiyah lari ketempat lain. Ini tantangan bagi kita para muballigh” jelas mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar ini.
Ambo juga menyesali fenomena dakwah saat ini, dimana jama’ah bahkan warga Muhammadiyah lebih menyenangi para da’i yang menyisipkan cerita-cerita fiktif dalam dakwahnya. Padahal menurut Ambo Asse banyak pemalsu hadist memalsukan perkataanya agar menarik jama’ah untuk mendengar ceramahnya.
Muhammadiyah harus kembali mengokohkan fungsi dakwahnya yang mengajak kepada kebaikan,menyeru dengan cara yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran.
“Yad’uuna ilal al khair adalah mengajak kepada Islam dan ini merupakan kebaikan yang bersumber dari agama. Menyerukan yang ma’ruf atau kebaikan-kebaikan yang dikenal orang. Yanhauna ‘anil munkar yaitu mencegah orang dari berbuat munkar, sebuah kemaksiatan, semua kejahatan”, tutupnya.