SUKOHARJO.TABLIGH.ID-Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Ustadz Fathurrahman Kamal menghadiri Pelatihan Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah (PM3) Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Sukoharjo, 13/09/ 2024 di Aula Al Multazam International Islamic School Kartasura, Sukoharjo.
Kegiatan yang mengangkat tema Meneguhkan Identitas Persyarikatan, Membumikan Risalah Islam berkemajuan ini berlansung dari tanggal 13 -15 September 2024
Hadir mengisi Stadium General, Fathurrahman Kamal dalam paparannya mengajak aktivis dakwah persyarikatan, khususnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk mereaktualisasi gerakan dakwah Kiai Ahmad Dahlan Ketika mengawali Gerakan Muhammadiyah dengan purifikasi nilai tauhid dan tazkiyatun nufus dalam bentuk praksis spirit al ma’un.
“Dahulu, Kiai Dahlan mengawali gerakan ini dari memurnikan tauhid-fitrah, tazkiyatun nufus, dan pembuktiannya dalam amal salih altruistik (spirit al-ma’un),” tuturnya.
Selanjutnya Fathurrahman Kamal menjelaskan bahwa mempertuhankan hawa nafsu sebagai persoalan yang paling bahaya bagi umat manusia karena bisa menjadi sumber kerusakan.
“Kiyai Dahlan mengatakan bahwa Tidak ada satu kerusakan yang timbul pada hari ini, kecuali disebabkan oleh penghambaan manusia kepada syahwat atau menjadikan syahwat sebagai Tuhan,” ungkap Dosen Fakultas Agama Islam UMY ini.
Oleh karena itu, Fathurrahman Kamal mengajak agar generasi muda dalam gerakannya untuk melakukan tazkiyatun nafs atau penyucian jiwa dengan cara menegakkan shalat, mengingat Allah SWT, dan mengingat mati. Karena menurut Fathurrahman Kamal, ketiga cara tersebut merupakan rumusan dari pendalaman atau tadabbur Kiyai Dahlan terhadap surat al A’la ayat 14-17 yang sejatinya merupakan kemampuan manusia untuk lepas dari mempertuhankan materi duniawiyah sebagai turunan dari hawa nafsu.
Pada akhir pemaparan, Fathurrahman Kamal menyebutkan bahwa semangat Al Ma’un sebagai teologi keberpihakan yang digunakan oleh Muhammadiyah, dan itu tidak bisa dilepaskan dari konsep tauhid.
“Semangat Al Ma’un adalah sesuatu yang melekat dengan konsep tauhid dan kesucian jiwa. Pasalnya, jika itu dipisahkan maka akan melahirkan yang disebut dengan humanism sekuler yang memandang manusia dapat beretika dan bermoral tanpa agama dan Tuhan”, jelasnya.
Intinya Fathurrahman Kamal mengingatkan agar para aktivis dan para penggerak di Muhammadiyah harus memahami betul korelasi tauhid, tazkiyatun nufus dan semangat Al Ma’un. (*)