Peringatan maulid Nabi Agung Muhammad ﷺ merupakan peristiwa budaya, dan bukan ibadah mahdlah. Hal ini disampaikan Ustadz Fathurrahman Kamal melalui akun instagramnya @fathurrahmankamalofficial, (15/09).
Ustadz Fathurrahman Kamal menjelaskan bahwa Peristiwa ini mengingatkan kita tentang pencahayaan Ilahi atas kemanusiaan yang tampak dalam risalah kenabian Muhammad ﷺ sebagai penutup dan penyempurna seluruh risalah kenabian yang diturunkanNya di semesta ini. Dengannya Allah Ta’ala menyelamatkan umat manusia dari kegelapan- kegelapan menuju “satu cahaya” yaitu: Islam.
Terlepas dari perdebatan para Ulama, apakah Nabiyullāh Muhammad ﷺ tercipta dari cahaya; yang pasti bahwa beliau diberi predikat oleh Allah Ta’ala sebagai “nūr” (cahaya). Demikian dipahami oleh banyak Mufassir tentang beberapa ayat Al Qur’an, diantaranya surat al Maidah ayat 15, “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan,” terangnya
Tidak hanya itu, Ustadz Fathurrahman Kamal Allah juga menambahkan, bahwasanya dalam ayat lainnya Allah juga menyebutkan, yaitu terdapat dalam surat al-Ahzab: 45-46, “Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi CAHAYA yang menerangi.”
Ustadz Fathurrahman Kamal meyakini bahwa karakteristik CAHAYA yang melekat pada diri seorang Imam para Nabi dan Rasul Muhammad ﷺ, bahkan diatribusi atau diberikan secara langsung oleh Allah Ta’ala melalui KalamNya yang menunjukkan makna metaforis yang sejatinya wajib diteladani oleh segenap manusia agar tidak larut dalam jebakan dunia yang materialistik dan fana, menuju sosok yang terus berikhtiar mentransformasi diri dari “al-jasad al-māddī” (jasad yang meterial) menuju “al-insān al-nūránī” (manusia cahaya) yang tak henti berjuang menerangi kehidupan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan bahkan semesta.
“Tahni’ah, dan selamat menyelami makna terdalam dari kelahiran Manusia Agung, Muhammad ﷺ.” Ucapnya.