RIAU. TABLIGH.ID – Acara Konsolidasi Nasional Majelis Tabligh #3 Digelar di Universitas Muhammadiyah Riau, Rabu, 18 September 2024, Universitas Muhammadiyah Riau menjadi tuan rumah acara Konsolidasi Nasional Majelis Tabligh #3. Acara yang mengusung tema “Gerakan Spiritualitas Muhammadiyah di Era Postmodern” ini menghadirkan Ustadz Fahmi Salim sebagai salah satu pembicara kunci.
Dalam sesi dialog tersebut, Ustadz Fahmi mengulas berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Korupsi, pengkhianatan, narkoba, perzinaan, homoseksual, pedofilia, pembunuhan, pinjaman ribawi, perjudian, serta maraknya paham sexual consent menjadi beberapa isu moral yang menurutnya semakin menggerogoti fondasi bangsa.
Ustadz Fahmi juga menekankan pentingnya penyucian jiwa, yang menjadi inti dakwah para rasul. Menurutnya, salah satu tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an adalah untuk menyucikan jiwa manusia (tazkiyatun nufus). Ia mengutip surat Asy-Syams, di mana Allah bersumpah dengan berbagai ciptaan-Nya sebelum menyatakan bahwa “sungguh beruntung orang-orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh merugi orang-orang yang mengotori jiwanya.” Hal ini menunjukkan betapa pentingnya proses penyucian jiwa dalam membentuk pribadi muslim yang berakhlak.
Lebih jauh, Ustadz Fahmi menjelaskan bahwa penyucian jiwa adalah pondasi perbaikan umat Islam. Kebaikan hati atau jiwa, menurutnya, adalah pangkal bagi keselamatan seseorang di Hari Akhir. Oleh karena itu, umat Islam harus kembali kepada prinsip dasar ini untuk mengatasi tantangan zaman, terutama di era postmodern yang sarat dengan dekadensi moral.
Dalam kesempatan ini, Ustadz Fahmi juga menyinggung tentang adanya upaya global yang mencoba merusak citra tasawuf. Menurutnya, tasawuf yang sejati selalu menjadi sumber kekuatan spiritual yang menggerakkan jihad melawan penjajahan. Namun, ia mengingatkan adanya konspirasi elit global yang berusaha memecah belah umat Islam dengan memanipulasi aliran-aliran tasawuf. Laporan RAND Corporation, katanya, menjadi salah satu bukti nyata adanya agenda global untuk melemahkan spirit tasawuf di dunia Islam.
Dalam sesi yang sama, Ustadz Fahmi juga berbicara tentang pentingnya rekonstruksi tasawuf agar relevan dengan kehidupan modern. Menurutnya, tasawuf yang benar harus mendekatkan umat Islam kepada Allah dan mengajarkan akhlak yang mulia. Tasawuf yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah, lanjutnya, harus terus ditegakkan dengan pendekatan yang adil, imbang, dan wasatiyah (moderat), sehingga tidak melenceng ke arah ekstrimisme.
Ia juga menekankan bahwa setiap muslim membutuhkan aspek-aspek tasawuf seperti taubat, harap, cemas, serta sifat zuhud untuk memperbaiki kondisi spiritual mereka di era yang semakin materialistik ini.
Sebagai penutup, Ustadz Fahmi mengajak seluruh peserta untuk merenungkan kembali peran tazkiyah dalam kehidupan sehari-hari. Ia menyoroti bahwa di antara tiga fungsi utama risalah Rasulullah, yakni membacakan ayat, menyucikan jiwa, dan mengajarkan ilmu, penyucian jiwa adalah misi yang paling berat. Hal ini karena menyucikan jiwa berarti harus melawan hawa nafsu dan syahwat yang senantiasa menggoda manusia.
Acara Konsolidasi Nasional Majelis Tabligh #3 ini diharapkan mampu memberikan pencerahan spiritual bagi para peserta serta memperkuat gerakan dakwah di tengah tantangan zaman postmodern yang semakin kompleks.