Riau, 19 September 2024 – Dr. H. Saidul Amin, M.A., dalam sesi dialog bertema “Gerakan Spiritualitas Muhammadiyah di Era Postmodern,” mengungkapkan pentingnya pemahaman spiritualitas dalam konteks Muhammadiyah. Acara tersebut berlangsung di Universitas Muhammadiyah Riau dalam rangka Konsolnas Muballigh Muhammadiyah #3.
Dalam pembahasannya, Dr. Saidul Amin merujuk pada karya Prof. Masitah yang mendalami tasawuf dalam Muhammadiyah, menegaskan bahwa tasawuf yang diusung adalah tasawuf akhlaqi, bukan falsafi. “Muhammadiyah lebih fokus pada aspek praktis daripada hal-hal filosofis,” ujarnya.
Salah satu inspirasi yang dibagikan adalah sosok Kiyai Haji Mas Mansur. Dalam bukunya, diceritakan bahwa beliau memiliki kebiasaan membaca satu juz Al-Qur’an setiap kali shalat. Jika dihitung, beliau bisa khatam Al-Qur’an dalam seminggu. “Saya bertanya-tanya, apakah ada pimpinan Muhammadiyah saat ini yang memiliki disiplin seperti itu?” tanya Dr. Saidul Amin.
Ia juga menyoroti Buya AR Sutan Mansur, yang pernah menjadi penasihat Presiden Soekarno, namun memilih untuk hidup sederhana tanpa rumah. “Nilai spiritual yang luar biasa terpancar dari sikap beliau yang lebih memilih untuk membantu pendidikan ketimbang memikirkan kenyamanan pribadi,” tuturnya.
Dr. Saidul Amin menegaskan bahwa nilai-nilai spiritual yang ditunjukkan oleh para tokoh Muhammadiyah harus dihidupkan dalam praktik sehari-hari. “Kita memiliki buku Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, namun apakah kita benar-benar mengimplementasikannya?” tanyanya.
Ia mengutip pendapat Syeik Yusuf al-Qardawi yang menekankan pentingnya niat yang tulus, pembinaan jiwa, dan pembersihan hati untuk membangun kekuatan dalam berdakwah. “Kita harus belajar dari teladan para pendahulu kita dan berusaha menghidupkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan kita,” tutupnya.
Acara ini menjadi momentum penting bagi para peserta untuk merefleksikan dan mengimplementasikan nilai-nilai spiritual dalam gerakan Muhammadiyah di tengah tantangan zaman modern.