web stats
Home » Menjadikan Dakwah Sebagai Sarana Untuk Mengajak Umat Menuju Allah Dengan Hati yang Terbuka dan Bersih.

Menjadikan Dakwah Sebagai Sarana Untuk Mengajak Umat Menuju Allah Dengan Hati yang Terbuka dan Bersih.

by Indra Jaya Sutan Bandaro
0 comment

YOGYAKARTA.TABLIGH.ID-Ustadz Fathurrahman Kamal, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, dalam kajiannya di acara Gerakan Shubuh Mengaji yang digelar oleh Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Barat, menyampaikan kritik mendalam terhadap cara dakwah yang sering kali terjebak dalam ego dan merasa paling benar. “Sampai kapan kita akan terus menggiring masyarakat untuk berdakwah dengan cara-cara seperti ini?” tanya Ustadz Fathurrahman, menggugah hadirin untuk merenungi hakikat dakwah yang sejati.

Menurutnya, sikap merasa paling Islami dan paling menegakkan Sunnah, tak ubahnya dengan kesombongan Iblis. Beliau mengutip Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah yang menyebutkan bahwa ada tiga pintu terbesar yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka: kesombongan (babul kibir), ketamakan (babul hirs), dan iri hati (babul hasad). Kesombongan adalah dosa yang membuat Iblis terkutuk, ketamakan mendorong seseorang untuk tidak pernah puas, dan iri hati merusak tatanan sosial dengan memunculkan permusuhan.

Ustadz Fathurrahman menekankan pentingnya dakwah yang berlandaskan perspektif ihsan dan irfan. “Dalam ibadah kita kepada Allah, kita harus berusaha mencapai tingkatan tertinggi, yaitu ihsan—beribadah seolah-olah kita melihat-Nya, dan jika tidak mampu, yakinlah bahwa Allah melihat kita,” ujarnya. Ia menggambarkan martabat ihsan sebagai kondisi di mana hati manusia larut dalam cinta, kasih sayang, dan pengetahuan tentang Allah, menjadikan dakwah sebagai sarana untuk mengajak umat menuju Allah dengan hati yang terbuka dan bersih.

“K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, adalah sosok yang mempraktikkan dakwah dengan inspirasi dari Al-Qur’an, yang dijalani dalam setiap aspek kehidupannya. Prof. Kuntowijoyo bahkan menyebut Kiai Dahlan sebagai “The Living Qur’an”, karena akhlaknya sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai Al-Qur’an, sebagaimana akhlak Nabi Muhammad SAW yang digambarkan Aisyah r.a. sebagai Al-Qur’an yang hidup.” tambah kandidat Doktor Studi Islam USIM ini.

Ustadz Fathurrahman juga menambahkan bahwa dalam dakwah Muhammadiyah, Kiai Dahlan mengajarkan bahwa Al-Qur’an bukan hanya kitab yang dibaca dan dihafal, melainkan harus dihidupkan dalam hati.

“Jika kita ingin Al-Qur’an benar-benar hidup dalam kehidupan kita, letakkanlah ia di qalbu, bukan hanya di kepala, karena Menempatkan Al-Qur’an dalam hati membuka ruang untuk memperluas dan mensucikan hati sebagai tempat bersemayamnya makna-makna ilahiah.” ujar Ustadz Fathurrahman.

Pesan ini mengingatkan kita bahwa dakwah bukan hanya tentang kata-kata atau klaim kebenaran, tetapi tentang bagaimana kita menghidupkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam hati dan kehidupan sehari-hari. Dakwah sejati adalah dakwah yang melapangkan hati, membersihkannya dari kesombongan, ketamakan, dan iri hati, serta menjadikannya rumah bagi cahaya Al-Qur’an yang menghidupkan. Apakah dakwah kita sudah mencerminkan keikhlasan ini? (*)

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00