Oleh Ustadz Feri Septianto, Lc., M.H. (Anggota Bidang Pembinaan Remaja, Keluarga dan Jam’ah Majelis Tabligh PP Muhammadiyah)
Adakah di antara kita yang tidak pernah merasa lelah atau mengalami penurunan semangat saat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Keimanan manusia memang selalu berfluktuasi, kadang kuat dan kadang menurun. Hal ini terjadi karena manusia diciptakan dengan hawa nafsu. Ketika seseorang mampu menunaikan ibadahnya, itu berarti ia berhasil melawan hawa nafsunya. Misalnya, memilih untuk bangun pagi demi sholat Subuh di masjid, meskipun tidur lebih menggiurkan, atau memprioritaskan membaca Al-Qur’an daripada bersantai di media sosial.
Mengapa ibadah sering terasa berat? Jika ibadah ini bisa dianggap sebagai penyakit, kita tentu harus mencari solusinya. Seperti halnya tubuh fisik yang memerlukan perhatian, hati kita juga memerlukan perawatan. Mata yang sehat mampu melihat, telinga yang sehat bisa mendengar dengan baik, demikian pula hati yang sehat mampu menjalankan peran spiritualnya dengan lancar. Namun sayangnya, kita sering kali hanya sibuk mengurus kesehatan fisik dan melupakan kesehatan hati, padahal hati adalah pusat kehidupan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah amanah yang harus kita syukuri dengan ibadah. Jika Allah memberi kita nikmat berupa kesehatan, apakah kita telah menggunakannya untuk mendekatkan diri kepada-Nya? Saat Allah memberikan kita rezeki, sudahkah kita menggunakannya untuk menolong yang membutuhkan? Setiap nikmat yang kita terima harus kita kembalikan dalam bentuk ketaatan kepada Allah.
Terkadang manusia lupa dengan tujuan utamanya diciptakan di dunia ini. Bukan untuk bersenang-senang dan lalai dari mengingat Allah, melainkan untuk mengabdikan hidup ini sebagai ibadah kepada-Nya. Seluruh kehidupan dunia ini hanya bersifat sementara, sedangkan akhirat adalah tempat yang abadi. Namun, kita sering kali lebih terikat pada urusan dunia dan melupakan akhirat.
Ibadah terasa berat karena hati kita mungkin sedang tidak sehat. Hati yang kotor oleh dosa akan sulit untuk merasakan manisnya ibadah. Para ulama sering kali menyebut bahwa hati ibarat raja bagi tubuh. Jika hati sehat, seluruh tubuh akan mengikuti. Sebaliknya, jika hati rusak, seluruh tindakan kita juga akan rusak.
Bagaimana kita bisa merasakan nikmatnya beribadah jika hati kita dipenuhi dengan dosa? Dosa menjadi penghalang antara kita dan Allah. Inilah yang membuat hati kita tertutup dari kenikmatan ibadah. Oleh karena itu, membersihkan hati dari dosa adalah langkah pertama untuk bisa menikmati ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Isra ayat 45, “Dan apabila kamu membaca Al-Qur’an, Kami jadikan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat suatu dinding yang tertutup.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa dosa dapat menjadi hijab yang menghalangi kita dari merasakan kenikmatan dalam ibadah.
Para ulama terdahulu juga mengalami kesulitan dalam mencapai khusyuk dan nikmatnya ibadah. Ada yang berjuang selama 40 tahun, baru kemudian Allah menganugerahkan kenikmatan dalam sholatnya. Ini menunjukkan bahwa kenikmatan ibadah bukanlah sesuatu yang instan, tetapi memerlukan usaha dan kesabaran.
Meski saat ini kita belum merasakan nikmatnya ibadah, janganlah putus asa. Teruslah berusaha dan istiqomah dalam beribadah, meskipun terasa berat. Sebab, ini adalah ujian dari Allah untuk menguji sejauh mana keteguhan kita dalam menjalankan perintah-Nya.
Lingkungan yang baik juga mempengaruhi kualitas ibadah kita. Berkumpullah dengan orang-orang shalih yang bisa mengingatkan kita pada Allah. Teman yang baik akan membantu kita untuk tetap istiqomah dalam ketaatan, sementara teman yang buruk akan menjauhkan kita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selain itu, tinggalkan ambisi untuk mencari keridhoan manusia. Jika kita hanya berfokus pada pujian manusia, ibadah kita akan terasa berat dan hampa. Fokuskan niat kita hanya untuk Allah, karena hanya ridho-Nya yang kita harapkan. Ketika orientasi kita hanya pada Allah, ibadah akan terasa lebih ringan dan nyaman.
Berlebihan dalam mencintai dunia juga menjadi penghalang dalam merasakan kenikmatan ibadah. Cinta dunia akan menjadikan kita lupa pada akhirat. Saat kita sholat, yang kita pikirkan hanyalah urusan duniawi seperti pekerjaan, uang, atau harta benda. Inilah yang membuat hati kita tidak fokus dan sulit khusyuk dalam ibadah.
Dengan menjaga orientasi kita pada akhirat, bukan dunia, kita akan lebih mudah merasakan manisnya ibadah. Seperti nasihat dari Ahmad bin Harb rahimahullah, tinggalkan kecintaan berlebihan pada dunia, jauhilah teman yang buruk, dan fokuslah mencari keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Terakhir, mari kita memohon kepada Allah agar memberikan kita kekuatan untuk merasakan nikmatnya ibadah. Semoga dengan membersihkan hati, meninggalkan cinta dunia, dan berkumpul dengan orang-orang shalih, kita bisa mencapai kenikmatan tersebut. Amin ya rabbal ‘alamin.