SURABAYA.TABLIGH.ID – Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal, Lc., M.Si menyampaikan komitmen penting dalam seminar bertajuk Membangun Sistem Pengkaderan Muballigh Muhammadiyah yang digelar di Aula PWM Jawa Timur, Surabaya, pada 19 Agustus 2024. Seminar ini merupakan bagian dari Program Revitalisasi Arah Gerakan Kemasjidan dan Pengkaderan Muballigh Muhammadiyah Regional Jawa Timur.
Dalam pengantar diskusi tersebut, Ketua Majelis Tabligh menyoroti pentingnya mekanisme yang lebih profesional dalam pengelolaan kaderisasi muballigh. “Setiap amal usaha kita, seperti universitas, rumah sakit, hingga pendidikan dasar menengah, memiliki mekanisme yang terstruktur untuk melahirkan kader. Namun, dalam konteks tabligh, kita belum melakukan hal yang sama secara serius dan profesional,” ujarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, gagasan menghidupkan kembali Kulliyatul Muballighien muncul sebagai solusi. Gagasan ini pertama kali dibahas pada tahun 2015 setelah Muktamar Muhammadiyah di Makassar. “Waktu itu, dalam diskusi bersama almarhum Yunahar Ilyas dan Prof. Haedar Nashir, saya diizinkan untuk menghidupkan kembali tradisi lama kita, yaitu Kulliyatul Muballighien,” jelasnya.
Namun, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan zaman, istilah tersebut diubah menjadi Tabligh Institute agar lebih modern. “Insya Allah, nanti kita akan meluncurkan program ini dengan nama Tabligh Institute: Kulliyatul Muballighien al-Muhammadiyah li Ihdadi Du’at wa Zu’ama,” ungkapnya. Meskipun branding baru digunakan, ruh dan konsep asli tetap dipertahankan.
Fathurrahman Kamal juga mengumumkan bahwa sarana dan prasarana telah disiapkan. Masjid yang akan digunakan sebagai pusat kegiatan ini merupakan wakaf dari seorang donatur, sahabat Ustadz Adi Hidayat. “Alhamdulillah, pada akhir bulan ini, masjid tersebut dapat segera kita manfaatkan. Selain itu, lahan seharga satu miliar rupiah telah berhasil dibebaskan sebagai bagian dari ikhtiar kita,” tambahnya.
Program Kulliyatul Muballighien diharapkan mampu menjadi inkubator bagi kader ulama dan muballigh Muhammadiyah masa depan. Berbagai kegiatan kaderisasi mendapat dukungan penuh dari Ustadz Adi Hidayat, yang juga memiliki jaringan luas, termasuk di Libya dan Madinah.
Selain upaya internal, Muhammadiyah juga aktif memperluas jaringan dakwah internasional. Pada awal Oktober, Ketua Majelis Tabligh bersama Ustadz Adi akan menghadiri konferensi internasional untuk memperkuat kerjasama dakwah. “Kami diamanahi untuk menghadiri konferensi dakwah dan menjalin kerjasama lebih luas di tingkat internasional,” jelasnya.
Dengan hadirnya kembali Kulliyatul Muballighien, Muhammadiyah berharap mampu melahirkan lebih banyak ulama dan muballigh yang siap menjadi penggerak dakwah, baik di Indonesia maupun di luar negeri.