SIDOARJO.TABLIGH.ID – 19 Oktober 2024,— Ustadz Adi Hidayat mengisi acara Tabligh Akbar dengan tema “Revitalisasi Gerakan Kemasjidan” di Masjid An Nur Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA). Dalam ceramahnya, Ustadz Adi mengingatkan umat bahwa setiap aktivitas, baik di darat, laut, maupun udara, seharusnya dijadikan sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
“Apapun profesi kita — pilot, petani, pedagang, mahasiswa, atau pegawai — yang terpenting adalah bagaimana kita memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Tingkat tertinggi dari ilmu adalah mengenal Allah,” ujarnya.
Ustadz Adi menjelaskan konsep ulul albab, yaitu orang-orang yang memiliki pemahaman mendalam tentang hidup dan tujuan keberadaannya. Ia memberikan ilustrasi dengan menyebutkan kelapa, di mana inti yang lembut dan enak di dalamnya melambangkan pencarian makna hidup yang sejati. “Orang yang mencari inti kehidupan, yang mengetahui tujuan hidupnya, dan mempersiapkan bekal untuk pulang ke akhirat, itulah ulul albab,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ustadz Adi mengingatkan bahwa profesi apapun di dunia ini bersifat sementara. “Kita semua akan kembali menghadap Allah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempersiapkan bekal,” ungkapnya.
Ia membandingkan perjalanan dari dunia ke alam kubur dan ke akhirat dengan perjalanan biasa yang memerlukan bekal. “Seperti kita bepergian dari Surabaya ke Sidoarjo, kita butuh bekal agar sampai dengan selamat. Begitu pula dalam perjalanan hidup ini,” jelasnya.
Ustadz Adi juga menekankan bahwa Islam telah memberikan panduan lengkap mengenai perjalanan dari dunia hingga akhirat. “Orang yang cerdas adalah yang mengetahui inti kehidupan dan mempersiapkan diri sebelum berpindah ke alam akhirat,” lanjutnya. Dalam penutup ceramahnya, ia mengingatkan jamaah untuk memanfaatkan setiap momen dari bangun tidur hingga kembali kepada-Nya sebagai bekal untuk akhirat.
“Jangan hanya mencari bekal dunia. Jika kita pergi dari sini ke sawah, toko, atau kampus tanpa memikirkan bekal untuk akhirat, itu sama saja dengan mengambil batok kelapa tanpa inti,” pungkas Ustadz Adi, mendorong para jamaah untuk memperluas visi dan menanamkan taqwa dalam setiap aktivitas.
Ustadz Adi menekankan pentingnya karakter dalam meraih surga Firdaus. “Nah, turun, turun. Saya mau kasih informasi sedikit. Nabi Adam itu kesalahannya satu, yakni keluar dari surga. Anda mengaku salah banyak, tapi ingin masuk Firdaus lagi. Namun, Allah Maha Pengasih, maka persiapannya bagaimana? Diturunkanlah sketsa surga Firdaus dan amalannya,” ujarnya.
merujuk pada Quran Surah Al-Mu’minun ayat 1 hingga 9, yang menyatakan, “Qad aflaha al-mu’minun, alladhina hum fi shalatihim khashi’un.” Ustadz Adi menjelaskan bahwa kegiatan kurikulum kehidupan tidak hanya tergantung pada profesi, tetapi juga pada karakter. “Ingat, bukan profesinya penghuni surga Firdaus yang menentukan, profesinya bisa apa saja—dokter, camat, lurah—tetapi mereka punya karakter. Apa karakternya? Kalau shalat, khusyuk. Kalau hanya sekadar shalat, surga biasa. Tapi kalau ingin Firdaus, belajar khusyuk, menikmati shalat.”
Berikutnya menurut Ustadz Adi yang tidak penting, dia tinggalkan. Berkata yang bermanfaat, katakanlah. Mendengar sesuatu yang bermanfaat, dengarkanlah. Yang tidak ada manfaatnya, dia jauhi. Itu karakter namanya. Profesi boleh apa saja, tapi karakter harus ada. Turunkan itu ke bumi, jadikan panduan dalam kehidupan. Maka itu yang disebut kurikulum akhirat. Ketika meninggalkan dunia, bekal akhirat sudah siap. Firdaus sudah menunggu, karena kita mempersiapkan bekalnya sejak sekarang. Dunia tidak hilang.”
Ustadz Adi menegaskan bahwa dengan mempersiapkan diri dan karakter yang baik, setiap individu dapat meraih kehidupan yang bermakna dan mendapatkan tempat yang layak di surga Firdaus.