web stats
Home » Memahami Makna ber-Muhammadiyah Sebagai Ruang Aktualisasi Iman dan Islam

Memahami Makna ber-Muhammadiyah Sebagai Ruang Aktualisasi Iman dan Islam

by Indra Jaya Sutan Bandaro
0 comment

MOJOKERTO.TABLIGH.ID — K.H. Fathurrahman Kamal menyampaikan pesan mendalam dalam Tabligh Akbar yang digelar di GOR Majapahit, Mojokerto, pada tanggal 27 Oktober 2024. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Milad Muhammadiyah ke-112 yang dihadiri ratusan warga Muhammadiyah dari berbagai penjuru Mojokerto. Dalam kesempatan ini, K.H. Fathurrahman menegaskan pentingnya memahami nilai-nilai Islam dan keilmuan sebagai fondasi dalam ber-Muhammadiyah.

Mengawali ceramahnya, K.H. Fathurrahman Kamal mengajak hadirin untuk tidak sekadar ikut-ikutan dalam organisasi, tetapi benar-benar memahami makna Muhammadiyah sebagai ruang aktualisasi iman dan Islam. “Kami selalu mengatakan, ‘Tahamadu bil ilmi’—berilmulah kalian. Bermuhammadiyah bukan sekadar kebiasaan, tetapi sebagai bentuk ibadah menuju kemuliaan yang diridhoi Allah SWT,” ujar beliau.

Menurut beliau, bermuhammadiyah bukan hanya soal menjalankan amalan rutin, melainkan wujud nyata dari konsep tazkiyatun nafs, yaitu proses penyucian jiwa yang melahirkan sikap ihsan atau berbuat baik. “Bermuhammadiyah berarti membersihkan diri dari segala yang buruk, lalu menghiasinya dengan kemuliaan dan adab,” tegasnya. Sikap ihsan ini, lanjutnya, harus tercermin dalam semua aspek kehidupan, tidak hanya dalam hubungan manusia dengan manusia, tetapi juga dengan makhluk lainnya.

Namun, K.H. Fathurrahman mengingatkan bahwa praktik tasawuf dan tazkiyatun nafs dalam Muhammadiyah tidak hanya bersifat ritual. Beliau menekankan pentingnya tindakan nyata sebagai bentuk spiritualitas yang lebih mendalam. “Apa gunanya puas dan salat malam yang baik jika hanya sekadar lakon spiritual? Bahkan, orang yang tidak beragama dapat melakukan hal itu. Tazkiyatun nafs harus diwujudkan dalam bentuk perbuatan baik kepada semua makhluk, termasuk mereka yang berdosa,” katanya.

Lebih jauh, beliau menyampaikan pandangan Muhammadiyah yang penuh kasih terhadap semua insan, bahkan mereka yang dianggap terpuruk dalam dosa. “Nabi Muhammad adalah nabi untuk semua, bukan hanya orang yang saleh. Beliau adalah nabi bagi pembunuh, pemabuk, dan pelaku maksiat. Dalam Muhammadiyah, kami juga siap mendukung jika ada iblis yang ingin berhenti dari keiblisannya dan bertaubat,” ungkap K.H. Fathurrahman dengan tegas.

Sikap menghargai manusia sebagai makhluk Allah adalah prinsip dasar yang harus dipegang, terlepas dari latar belakang agama atau amal perbuatan mereka. Beliau mencontohkan bagaimana Rasulullah tetap menghormati jenazah seorang Yahudi sebagai wujud penghargaan terhadap kemuliaan manusia (al-karamatul insaniyah). “Muhammadiyah kita harus ada dalam koridor tersebut, mengedepankan kemanusiaan dan bukan hanya sekadar formalitas ritual keagamaan,” tambahnya.

Pesan yang disampaikan K.H. Fathurrahman di Tabligh Akbar ini menyentuh aspek spiritual dan sosial yang dalam, menegaskan bahwa inti dari ber-Muhammadiyah adalah bagaimana nilai-nilai yang dipahami dapat dirasakan manfaatnya oleh umat. “Tak penting apakah Anda tamat Ihya Ulumuddin atau tidak, yang penting adalah bagaimana yang Anda pelajari memberi manfaat bagi umat,” tutup beliau di akhir ceramah.

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00