Meneladani Sikap dan Doa Nabi dalam Kehidupan Sehari-hari
Senin, 12 November 2024 – Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dr. Berlian Yusuf, menyampaikan bahwa Rasulullah SAW adalah suri tauladan yang sempurna (uswatun hasanah) dalam segala aspek kehidupan. Pernyataan ini merujuk pada Surat Al-Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kalian.” Hal ini disampaikan dr. Berlian saat mengisi Pengajian Malam Selasa di Muallimin Muhammadiyah.
Menurut dr. Berlian, setiap kaum Muslimin diajarkan untuk meneladani sikap dan tindakan Rasulullah dalam setiap sisi kehidupan, baik itu dalam ibadah, interaksi sosial, maupun dalam menjaga kesehatan tubuh.
“Contoh-contoh keteladanan yang diberikan oleh Rasulullah SAW sangat luas dan mencakup semua sisi kehidupan, baik dalam beribadah, berinteraksi sosial, maupun menjaga kesehatan tubuh. Oleh karena itu, kita harus berusaha mengikuti seluruh teladan beliau,” katanya.
Lebih lanjut, dr. Berlian menjelaskan bahwa dalam Al-Qur’an, uswatun hasanah tidak hanya milik Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, tetapi juga Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam. Namun, beliau menekankan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam adalah teladan sempurna dalam seluruh aspek kehidupan. “Karena beliau adalah teladan yang sempurna dalam semua aspek kehidupan,” jelasnya.
Dalam konteks keteladanan, dr. Berlian mengungkapkan bahwa ada beberapa sunnah yang ditetapkan untuk para nabi yang berlaku parsial dan tidak bisa ditiru secara utuh oleh seluruh makhluk, seperti Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam yang bersifat universal, termasuk sunnah Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam.
“Kita bisa meniru Nabi Sulaiman AS dalam hal memperlakukan makhluk hidup dengan baik. Nabi Sulaiman memiliki perhatian besar terhadap hewan-hewan; bahkan beliau memerintahkan untuk berhenti dan memberi perhatian kepada makhluk hidup yang ia temui di perjalanan. Ini adalah contoh yang bisa kita tiru dalam hal kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah. Namun, kita tidak bisa meniru Nabi Sulaiman dalam semua hal, terutama dalam konteks kekayaan dan kerajaan yang beliau miliki, karena itu adalah takdir dan anugerah khusus dari Allah,” ungkapnya.
Dr. Berlian menambahkan bahwa lantaran kekayaan dan kekuasaan yang luar biasa, Nabi Sulaiman senantiasa berdoa kepada Allah, seperti dalam Surat An-Naml ayat 25: “Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku, dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridai. Masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh.”
Namun, karena sibuk mengurus kekuasaan yang begitu besar, Nabi Sulaiman tidak sempat untuk mendoakan anak dan keturunannya. Akhirnya, harta dan kekuasaan yang dimiliki Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam menjadi rebutan bagi anak-anaknya setelah beliau wafat.
Berbeda dengan Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam, dr. Berlian mengatakan bahwa Nabi Ibrahim AS, yang tidak memiliki kekayaan dan kekuasaan, lebih banyak berdoa untuk anak cucunya, memohon agar mereka menjadi umat yang taat kepada Allah.
“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat beramal saleh yang Engkau ridai, dan perbaiki bagiku keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang beriman,” jelas beliau sambil mengutip Surat Al-Ahqaf ayat 15.
Menurut dr. Berlian, hal ini menunjukkan pentingnya doa bagi keturunan kita agar mereka menjadi generasi yang baik dan beriman. Doa Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam untuk anak-anaknya merupakan contoh yang sangat baik untuk diikuti, “terutama dalam berdoa untuk kebaikan dan keberkahan bagi anak cucu kita,” tambahnya.