Oleh: K.H. Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I.
Pandangan hidup Islam merupakan pedoman utama yang tidak hanya membimbing seseorang dalam kehidupan pribadi, tetapi juga mengarahkan pada hubungan sosial yang harmonis. Berbeda dengan konsep hidup sekuler, Islam menyelaraskan wahyu dan akal sebagai dua pilar utama dalam memahami kebenaran. Dengan demikian, manusia bisa meraih pemahaman yang mendalam melalui intuisi, perkiraan, serta penalaran yang tetap berada dalam bimbingan wahyu.
Akal manusia memiliki kedudukan penting dalam Islam. Islam menghargai peran akal sebagai alat untuk memahami wahyu, bukan sekadar memisahkannya dari kebenaran yang hakiki. Dalam Al-Qur’an, wahyu dan akal tidak hanya dilihat sebagai dua hal yang berbeda, melainkan saling mendukung dan menguatkan, menghasilkan cara pandang yang unik terhadap kehidupan.
Sebagai umat Islam, kita memahami bahwa hidup memiliki aspek statis dan dinamis yang tidak perlu dipertentangkan. Islam mengajarkan bahwa keduanya dapat bersinergi, sehingga memberikan fleksibilitas yang memungkinkan ajaran-ajaran agama ini tetap relevan dalam situasi apa pun. Misalnya, dalam keadaan pandemi, shalat berjamaah di masjid tergantikan dengan shalat di rumah, namun esensi ibadah dan ketakwaan tetap terjaga.
Masyarakat sekuler yang menggantungkan kebenaran hanya pada rasio atau spekulasi filsafat mungkin mengalami kebingungan dalam menghadapi perubahan sosial yang cepat. Namun, umat Islam memiliki sumber kebenaran yang absolut, yaitu wahyu Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai ilahiah menjadi dasar bagi setiap tindakan dan keputusan, tidak semata-mata tergantung pada nilai-nilai yang berubah-ubah.
Pandangan hidup Islam juga tampak nyata dalam cara umat Islam menyikapi kematian dan kelahiran. Ketika seorang Muslim meninggal, ada tata cara dan doa yang jelas dalam merawat serta menghormati jenazah. Hal ini tidak hanya memberi ketenangan pada keluarga yang ditinggalkan, tetapi juga menunjukkan penghormatan tinggi kepada orang yang berpulang ke rahmatullah.
Demikian pula saat seorang bayi dilahirkan, terdapat tradisi keislaman yang menyertai kehadirannya. Mulai dari pemberian nama yang baik, mencukur rambut, hingga mengaqiqahkan bayi tersebut, semuanya dilakukan dengan harapan mendapatkan keberkahan Allah. Tradisi ini memberikan makna mendalam bagi kehidupan keluarga Muslim dan menjadi tanda syukur atas karunia-Nya.
Pandangan hidup Islam mengajarkan keseimbangan psikologis yang kuat, sehingga saat menghadapi musibah, umat Islam diajarkan untuk bersabar dan menyandarkan diri kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri memberikan teladan dalam bersikap sabar serta ridha atas ketetapan Allah. Hal ini memperkuat daya tahan mental umat Islam dalam menghadapi berbagai ujian hidup.
Keindahan pandangan hidup Islam terlihat dalam sikapnya yang adil terhadap manusia lain. Iman yang benar bukan hanya berkaitan dengan hubungan vertikal antara seorang Muslim dengan Allah, tetapi juga mewujudkan tanggung jawab sosial terhadap sesama. Seorang Muslim yang taat semestinya menjaga dirinya dari menyakiti atau menzalimi orang lain karena amal baiknya akan diuji di akhirat.
Dalam kehidupan masyarakat, pandangan hidup Islam menuntut setiap Muslim untuk menjaga akhlak yang mulia. Iman yang kuat harus tercermin dalam perbuatan yang baik, bukan hanya dalam ritual ibadah. Seorang Muslim harus memperhatikan orang-orang di sekitarnya, memastikan bahwa tindakannya tidak menimbulkan keresahan atau keburukan bagi mereka.
Maka, seorang Muslim tidak cukup hanya menjadi orang saleh di hadapan Allah, tetapi juga harus memiliki kebaikan di mata manusia. Dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan bahwa seorang Muslim yang sempurna adalah yang tidak mengganggu tetangganya, sehingga masyarakat dapat hidup dengan damai.
Pandangan hidup Islam juga mengajarkan keseimbangan psikologis dalam menghadapi kesulitan dan kebahagiaan. Ketika seseorang memperoleh kebaikan, ia dianjurkan bersyukur. Saat mengalami musibah, ia diajarkan untuk bersabar. Dengan demikian, kehidupan seorang Muslim didasarkan pada dua pilar utama, yaitu kesyukuran dan kesabaran.
Di era milenial yang serba terbuka, pandangan hidup Islam memberikan benteng yang kokoh untuk menjaga jati diri, identitas, serta peradaban umat Islam. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan umatnya agar tidak mengikuti jalan hidup yang bertentangan dengan ajaran Islam, kita perlu berpegang pada prinsip dan nilai-nilai Islam di tengah tantangan budaya modern.
Identitas keislaman menjadi ciri utama yang harus dijaga agar tidak larut dalam arus budaya asing yang tidak sejalan dengan syariat. Pandangan hidup Islam menjadi benteng yang melindungi umat dari pengaruh-pengaruh negatif yang bisa mengikis nilai-nilai keislaman dalam masyarakat.
Pandangan hidup Islam bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi berperan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam mengajarkan setiap Muslim untuk selalu memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya, baik kepada sesama manusia maupun alam. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, Islam datang sebagai rahmat bagi semesta alam.
Sebagai rahmat bagi semesta, pandangan hidup Islam mendorong umatnya untuk senantiasa berdakwah dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan dengan penuh hikmah dan adab. Dengan berpegang teguh pada ajaran-ajaran Islam, umat Islam diharapkan mampu menjadi teladan bagi masyarakat luas dalam menjaga keharmonisan dan kebajikan.
Dengan demikian, pandangan hidup Islam yang kokoh akan membentuk karakter umat yang kuat dalam iman serta unggul dalam amal sosial. Keimanan yang utuh dan akhlak yang luhur akan menjadi modal utama untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera di bawah naungan ajaran-ajaran Islam.