JAKARTA.TABLIGH.ID-Pada dasarnya, umat manusia menginginkan perubahan dalam hidupnya, baik secara individual maupun kolektif. Islam memberikan konsep yang jelas untuk mencapainya, yaitu perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dari hari ini. Kondisi tersebut hanya dapat dicapai melalui penataan dakwah yang baik. Oleh karena itu, dibutuhkan kontribusi manusia, meskipun dalam jumlah kecil. Hal ini dapat dipelajari dari kisah Nabi Sulaiman dan koloni semut.
Dr. Saiful Bahri, Lc., M.A., dalam tausiyahnya, mengisahkan perjalanan Nabi Sulaiman Alaihissalam ketika sampai di sebuah lembah dan bertemu dengan kelompok semut. Kisah ini diabadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an, Surah An-Naml:
“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut betina: ‘Wahai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.’” (QS. An-Naml: 18).
“Ada hal menarik dari kisah ini,” jelas Dr. Saiful Bahri, “Seekor semut melakukan perbuatan yang terlihat sederhana, yaitu mengingatkan koloninya untuk menghindari bahaya yang bahkan tidak disadari oleh pelakunya.”
Beliau kemudian menjelaskan hikmah dari kisah ini. Menurutnya, kontribusi tidak harus berupa hal besar. “Seseorang disebut pahlawan bukan karena menjadi superhero seperti dalam film, melainkan karena kontribusinya—meskipun kecil—yang bertujuan menyelamatkan atau mencegah kerusakan.”
Beliau juga mengutip sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, meskipun hanya sekadar tersenyum kepada saudaramu.”
Menurut Dr. Saiful Bahri, bahkan senyuman saja adalah sedekah. Beliau mengingatkan agar manusia tidak kalah dengan seekor semut Nabi Sulaiman, yang kisahnya menjadi inspirasi dalam Al-Qur’an. “Semut itu memberi teladan bahwa sekecil apapun kontribusi kita, jika dilakukan dengan niat baik dan tulus, akan bernilai besar di sisi Allah. Kita tidak harus menjadi seorang akademisi, tokoh, atau sosok terkenal untuk memberikan dampak,” tuturnya.
Dalam pandangan beliau, cukup dengan menjadi bagian dari amar ma’ruf nahi mungkar, seperti yang diajarkan Persyarikatan Muhammadiyah, sudah merupakan kontribusi yang berarti. “Sekecil apapun peran kita di tengah masyarakat, itu akan menjadi inspirasi kebaikan yang terus berlanjut,” tambahnya.
Di akhir tausiyah, Dr. Saiful Bahri mengharapkan agar kisah Nabi Sulaiman dengan koloni semut ini menginspirasi umat untuk tidak merasa terbelenggu oleh keterbatasan. “Sebab, sejatinya kita memiliki potensi luar biasa, bahkan lebih dari seekor semut yang diabadikan dalam Al-Qur’an,” tutupnya.