YOGYAKARTA.TABLIGH.ID-21 November 2024 – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si, menyampaikan arahan penting dalam acara Konsolidasi Majelis, Lembaga, dan Biro Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjelang Tanwir 2024. Acara yang berlangsung di Yogyakarta tersebut menjadi momen strategis untuk memperkuat sinergi antar organ Muhammadiyah guna menghadapi tantangan lokal, nasional, dan global.
Dalam pidatonya, Haedar menekankan pentingnya konsolidasi untuk memastikan keberlanjutan amanah Muktamar. “Kita harus memiliki laporan dan langkah terukur. PP Muhammadiyah sangat bergantung pada majelis, lembaga, dan biro. Setelah Tanwir, kita perlu tancap gas untuk melanjutkan amanah Muktamar bersama,” ujarnya. Haedar menegaskan bahwa majelis, lembaga, dan biro harus berada dalam satu kesatuan yang kokoh untuk memastikan efektivitas gerakan Muhammadiyah.
Haedar juga mengungkapkan bahwa Muhammadiyah telah menerima banyak apresiasi atas kontribusinya melalui amal usaha dan majelis. Hal ini menandakan tingginya kepercayaan publik terhadap Muhammadiyah. Sebuah riset oleh harian Kompas bahkan menunjukkan bahwa 91% masyarakat merasa puas dengan kiprah Muhammadiyah. “Kita patut bersyukur, apresiasi dari pihak luar adalah tasyakur binnikmah yang harus kita balas dengan kebaikan,” katanya.
Menurut Haedar, keberhasilan ini tidak lepas dari ruh, spirit, sistem, dan kebersamaan yang menjadi ciri khas gerakan Muhammadiyah. Namun, apresiasi ini juga membawa tantangan baru, terutama dalam konteks global dan pergeseran geopolitik, ekonomi, serta budaya.
Haedar menyoroti tantangan global, termasuk dominasi Tiongkok sebagai negara adidaya, serta fenomena generasi muda Indonesia yang masih terjebak dalam pola hidup konsumtif. Ia memprediksi pada tahun 2045, Indonesia akan menghadapi gelombang perubahan besar, termasuk dominasi kelompok minoritas yang memiliki etos kerja tinggi, penguasaan teknologi, serta nasionalisme yang kuat.
“Pertanyaan bagi Muhammadiyah adalah bagaimana kita mengisi ruang-ruang tersebut pada 2045. Kita harus menyiapkan para pemimpin masa depan yang mampu membawa Muhammadiyah tetap relevan,” ujarnya.
Haedar juga menyoroti pentingnya menjaga koridor gerakan Muhammadiyah dalam paham keagamaan Islam Berkemajuan dan manhaj tarjih. “Majelis, lembaga, dan biro harus menjaga identitas diri Muhammadiyah yang moderat, yang berada di antara revivalisme dan sekularisme,” tegasnya.
Di tengah tantangan ini, Haedar mengajak seluruh komponen Muhammadiyah untuk terus terkoneksi dan berkolaborasi. Ia juga memberikan kritik terhadap pola kerja kolektif kolegial yang seringkali tidak produktif. “Kolektif kolegial itu ideal, tapi dalam praktiknya hanya beberapa orang yang benar-benar aktif. Kita harus memastikan bahwa keaktifan tersebut menghasilkan outcome yang jelas dan produktif,” katanya.
Haedar mengajak agar seluruh majelis, lembaga, dan biro terus berpegang pada nilai-nilai dasar Muhammadiyah untuk memastikan eksistensi gerakan yang kokoh di tengah perubahan zaman. “Kita harus menjaga koridor paham keagamaan dan ideologi Islam Berkemajuan, agar Muhammadiyah terus memiliki landasan yang kokoh dan relevan untuk menjawab tantangan masa depan,” tutupnya.
Acara konsolidasi ini menjadi momentum strategis untuk merumuskan langkah bersama menuju Tanwir 2024, sekaligus memperkokoh peran Muhammadiyah sebagai pelopor gerakan Islam yang berkemajuan.