YOGYAKARTA.TABLIGH.ID, 30 November 2024 – Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, K.H. Fathurrahman Kamal, melalui unggahan di akun Instagram resminya, @fathurrahmankamalofficial, memberikan arahan strategis tentang pentingnya penyiapan kader muballigh dan da’i generasi emas. Dalam pandangannya, keberhasilan dakwah terletak pada pendekatan komprehensif yang mencakup aspek spiritual, intelektual, moral, dan organisasi.
Dalam pernyataannya, K.H. Fathurrahman menegaskan bahwa Tabligh Institute akan menjadi sarana utama Muhammadiyah untuk menyiapkan generasi pendakwah yang unggul. Ia menyebutkan bahwa langkah pertama dalam proses ini adalah memperkuat fondasi akidah. “Kader harus memiliki hubungan yang kokoh dengan Rabb-nya melalui iman dan tauhid yang benar. Inilah inti dari dakwah yang mampu bertahan di tengah arus zaman,” ujarnya.
Beliau juga menyoroti pentingnya dimensi spiritual dalam membentuk karakter seorang muballigh. Penyucian jiwa melalui ibadah dan pendekatan kepada Allah menjadi prioritas utama. “Seorang da’i tidak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga membawa ruh keikhlasan yang menyentuh hati umat,” tambahnya.
Lebih lanjut, K.H. Fathurrahman menekankan perlunya penguasaan kompetensi intelektual dan profesional. Di era digital, muballigh harus mampu memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan pesan Islam secara efektif. Selain itu, keterampilan hidup yang mendukung kemandirian menjadi aspek penting agar pendakwah tidak bergantung pada pihak lain dalam menjalankan misinya.
Tidak hanya itu, sikap dan perilaku autentik menjadi cerminan nyata dari ajaran Islam. Nilai-nilai moral, etika, dan inklusivitas harus menjadi identitas seorang muballigh. “Perilaku sehari-hari yang baik adalah dakwah yang paling nyata dan efektif,” katanya.
K.H. Fathurrahman juga memberikan perhatian khusus pada pentingnya pemahaman ideologi, politik, dan tata kelola organisasi dalam menjaga keberlanjutan perjuangan dakwah. Ia menekankan bahwa keberhasilan sebuah gerakan tidak hanya bergantung pada niat, tetapi juga pada sistem yang terorganisir. “Kebenaran yang tidak tersistem dengan baik akan kalah oleh kebatilan yang tersusun rapi,” tegasnya.
Mengutip kaidah fikih, “Mā lā yatimmu al-wājibu illā bihi fahuwa wājib,” ia mengingatkan bahwa segala hal yang menjadi perantara untuk menyempurnakan kewajiban juga menjadi wajib. Dalam konteks dakwah, ini berarti pentingnya memiliki tata kelola dan strategi yang matang.
Pernyataan K.H. Fathurrahman Kamal ini menjadi refleksi mendalam bagi umat Islam, khususnya kader Muhammadiyah, tentang perlunya pendekatan holistik dalam dakwah. Tabligh Institute hadir sebagai manifestasi komitmen Muhammadiyah untuk mencetak generasi muballigh yang tidak hanya kuat secara spiritual, tetapi juga tangguh menghadapi tantangan zaman dengan keunggulan intelektual dan profesional. Dakwah, menurutnya, bukan sekadar tugas menyampaikan, tetapi juga seni mengelola perubahan dengan bijak dan terarah.