web stats
Home » Pentingnya Bekal Ketakwaan dalam Perjalanan Hidup

Pentingnya Bekal Ketakwaan dalam Perjalanan Hidup

by Redaksi
0 comment

Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Jumat (13/12).

Dalam khutbahnya, beliau mengingatkan jamaah akan hakikat kehidupan dunia yang sementara dan perlunya bekal spiritual untuk menghadapi perjalanan menuju kehidupan akhirat. Khutbah tersebut didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW, yang menjadi pijakan penting dalam menjalani hidup penuh makna.

“Hakikatnya kita saat ini sedang melakukan perjalanan mengarungi hidup di dunia ini untuk menuju kehidupan akhirat,” ujar beliau. Fuad mengutip sebuah hadis yang menggambarkan kehidupan dunia seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon rindang, lalu meninggalkannya.

“Maka seyogyanya kita sebagai pengembara mempersiapkan bekal untuk kehidupan dunia hari ini dan lebih-lebih lagi kehidupan di akhirat kelak,” tuturnya, merujuk pada QS. Al-Baqarah ayat 197 yang menegaskan bahwa bekal terbaik adalah takwa.

Khutbah tersebut menekankan empat bekal utama yang perlu dipersiapkan oleh seorang Muslim. Pertama, mengingat perjanjian dengan Allah SWT. Perjanjian ini, sebagaimana disebut dalam QS. Al-A’raf ayat 172, dilakukan sejak awal penciptaan manusia.

“Apakah kita sudah mengabdi dan memohon pertolongan hanya kepada Allah atau masih menyembah hal-hal lain selain Allah?” tanya beliau, mengingatkan pentingnya istikamah dalam menepati perjanjian tersebut.

Kedua, bersungguh-sungguh dalam beribadah. Ia menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah untuk menyembah-Nya, sebagaimana disebut dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56.

“Bersungguh-sungguh berarti mencurahkan segenap usaha dan potensi diri untuk taat kepada Allah,” jelasnya. Hal ini mencakup meninggalkan kemalasan, menghindari maksiat, dan terus meningkatkan kualitas keimanan.

Ketiga, selalu merasa diawasi oleh Allah. Dalam khutbahnya, beliau mengingatkan bahwa orang yang berzikir senantiasa menghadirkan Allah dalam benaknya.

“Dengan merasa diawasi, kita akan lebih berhati-hati dalam melaksanakan kehidupan, baik dalam hubungan dengan manusia maupun dengan Allah,” ungkapnya, merujuk pada QS. Qaf ayat 17-18 tentang malaikat pencatat amal.

Keempat, introspeksi diri. Mengutip perkataan Umar bin Khattab, ia menegaskan pentingnya melakukan muhasabah sebelum datangnya hari perhitungan. “Hisablah dirimu sebelum dihisab. Timbanglah dirimu sebelum ditimbang,” ujarnya, menekankan bahwa introspeksi hari ini lebih ringan dibandingkan pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Khutbah tersebut diakhiri dengan seruan kepada jamaah untuk selalu memperbaiki diri, mempersiapkan bekal takwa, dan menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan tujuan akhir, yaitu bertemu Allah SWT.

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00