Jakarta, 28 Desember 2024 — Korps Muballigh Muhammadiyah turut berpartisipasi dalam Islamic International Conference bertema “The Importance of Religious Moderation & Food Security in Islam” yang diselenggarakan oleh Quantum Akhyar Institute di Grand Hyatt Jakarta. Acara ini mendapat apresiasi dari Pemerintah Republik Indonesia dan dihadiri oleh tokoh-tokoh terkemuka dari dalam dan luar negeri.
Dalam sambutannya, Menteri Koordinator Pangan, Dr. (HC) Zulkifli Hasan, S.E., M.M., menyampaikan pentingnya kemandirian pangan sebagai prioritas nasional. “Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, kita akhirnya menjadikan kemandirian pangan sebagai fokus utama. Namun, tantangan yang dihadapi cukup besar. Target untuk mencapai kemandirian pangan yang semula pada 2029 bahkan dimajukan menjadi 2027,” ujar Zulkifli Hasan.
Ia juga menekankan perlunya kolaborasi dari seluruh elemen masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut. “Saya berharap acara seperti ini dapat memberikan sumbangan pemikiran berharga untuk mendukung kemandirian pangan nasional,” tambahnya.
Syaikh Dr. Faris Al-Badr Muhammad Mushawiq, salah satu pembicara utama, mengangkat pentingnya moderasi dalam Islam. “Islam adalah agama moderasi dan keseimbangan yang mencakup semua aspek kehidupan, termasuk ketahanan pangan,” jelasnya. Ia menekankan bahwa moderasi atau wasathiyyah berperan penting dalam menciptakan keseimbangan antara kebutuhan individu dan masyarakat, serta antara generasi saat ini dan yang akan datang.
Syaikh Faris juga menjelaskan bahwa Islam mengajarkan keseimbangan dalam konsumsi, sebagaimana firman Allah SWT, “Makanlah dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” Moderasi dalam penggunaan sumber daya tidak hanya menjaga kelestarian alam tetapi juga memastikan distribusi makanan yang adil.
Konferensi ini juga mengulas sejarah pengelolaan sumber daya pangan yang sukses dalam peradaban Islam. Salah satu contohnya adalah keberhasilan sistem irigasi di Andalusia yang mengubah tanah tandus menjadi subur. Selain itu, masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga menjadi bukti nyata penerapan keadilan dalam distribusi sumber daya yang berhasil menghapuskan kemiskinan di beberapa wilayah.
Pemborosan makanan menjadi isu krusial yang diangkat dalam konferensi ini. Islam melarang pemborosan dan mengajarkan umatnya untuk bertanggung jawab dalam konsumsi. Selain itu, negara juga memiliki peran penting melalui kebijakan pertanian yang berkelanjutan, dukungan teknologi untuk petani, dan pengelolaan krisis pangan secara efektif.
Tantangan global seperti perubahan iklim, konflik, dan pertumbuhan populasi menambah tekanan pada sumber daya pangan. Namun, Islam menawarkan solusi melalui penelitian ilmiah, solidaritas sosial, dan pengelolaan konsumsi yang bijak. Konferensi ini diharapkan mampu menjadi forum strategis dalam merumuskan langkah nyata menuju ketahanan pangan berkelanjutan.