JAKARTA, TABLIGH.ID , 27 Desember 2024 – Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Fathurrahman Kamal, menyampaikan pidato berbahasa Arab bertema “At-Tabligh Li Karāmati al-Insān” (Tabligh untuk Martabat Manusia) dalam Multaqo Internasional Muballigh Muhammadiyah yang digelar di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah. Dalam sambutannya, beliau menyoroti tantangan besar yang dihadapi manusia di era pascamodern, di mana perubahan sosial, kemajuan teknologi, dan globalisasi menciptakan tekanan psikologis serta degradasi moral yang mengancam eksistensi manusia.
KH. Fathurrahman Kamal menjelaskan bahwa dunia maya yang kini menguasai realitas manusia telah memengaruhi pola hidup dan struktur sosial. Fenomena ini menciptakan kebingungan mental, gangguan emosional, hingga pergeseran nilai-nilai moral. Manusia, menurutnya, seperti terjebak dalam penjara rasionalitas dan objektivitas yang mendewakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kapitalisme global. Hal ini diperparah dengan munculnya tren ideologi modern seperti humanisme sekuler, ateisme, dan nihilisme, yang melahirkan fenomena deifikasi manusia, yakni pengkultusan manusia di atas Tuhan.
Beliau menyoroti bahwa penyimpangan moral ini telah mengarah pada pergeseran yang berbahaya, termasuk penghalalan hubungan sesama jenis yang dapat mengancam keberlangsungan umat manusia. Di sisi lain, hubungan antarnegara masih dirundung tradisi barbar yang penuh kebencian, termasuk meningkatnya Islamofobia di berbagai belahan dunia. Bahkan dalam hubungan antarsesama Muslim, muncul perilaku yang mencerminkan “kejahiliahan majemuk modern,” seperti caci maki, pengkafiran, dan tuduhan bid’ah dalam hal yang seharusnya menjadi ranah perbedaan pendapat.
Pidato ini disampaikan di hadapan tokoh-tokoh internasional dari berbagai belahan dunia, seperti Prof. Dr. Mohamed Hussein Abdelaziz Hassan dan Dr. Ahmed Mohamed Ibrahim Elsawy dari Al-Azhar, Mesir, serta Dr. Samy El Sherif, Ketua Aliansi Kampus Internasional, Kairo. Kehadiran para akademisi dan pemimpin dakwah ini memberikan perspektif global terhadap tantangan dakwah Islam di era modern.
KH. Fathurrahman Kamal juga menyesalkan perselisihan di antara para dai dan pegiat dakwah yang justru merusak prinsip Islam sebagai agama yang mempermudah (taysir) dan menghilangkan kesulitan (raf’ul haraj). Perpecahan ini, menurutnya, mengikis kepercayaan masyarakat terhadap dakwah Islam, bahkan memperparah keraguan dan disintegrasi di tengah umat. Beliau mengingatkan bahwa tugas utama seorang dai adalah menyampaikan pesan Islam dengan cara yang santun, membangun rasa hormat, dan menjaga persatuan.
Beliau menegaskan bahwa martabat manusia harus menjadi fokus utama dalam dakwah Islam. Martabat manusia bukan sekadar konsep abstrak, tetapi merupakan anugerah ilahi yang harus dijaga dan dihormati tanpa diskriminasi. Menurutnya, penghormatan terhadap martabat ini hanya dapat diwujudkan melalui pendekatan yang bersandar pada wahyu ilahi dan konsep-konsep otentik yang benar. Dengan demikian, dakwah Muhammadiyah diharapkan mampu menjadi kekuatan pencerahan yang memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia secara global.
Dalam penutup sambutannya, KH. Fathurrahman Kamal menegaskan bahwa Majelis Tabligh dan seluruh jaringannya memiliki komitmen untuk menjadikan martabat manusia sebagai pilar utama dakwah. Di bawah semboyan “At-Tabligh Li Karāmati al-Insān” (Tabligh untuk Martabat Manusia), beliau mengajak seluruh dai Muhammadiyah untuk menjalankan dakwah yang tidak hanya menyampaikan pesan Islam, tetapi juga menjaga kehormatan dan nilai-nilai kemanusiaan sebagai wujud dari rahmat Islam bagi semesta alam.