YOGYAKARTA. TABLIGH.ID- 25 Januari 2025 – Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Fathurrahman Kamal, dalam akun Facebooknya @fathurrahmankamal, mengunggah sebuah tulisan berjudul “Tabligh Institute: Shinā’atu-d-Du’āt (صِنَاعَةُ الدُّعَاةِ)”. Tulisan tersebut memuat gagasan visioner tentang pentingnya membentuk generasi dai masa depan melalui langkah strategis dan terencana.
Dalam unggahannya, KH. Fathurrahman Kamal mengingatkan tentang tantangan masa depan umat manusia, termasuk umat Islam, yang menghadapi ancaman degradasi nilai kemanusiaan. Ancaman ini, jika tidak diantisipasi dengan langkah konkret dan solutif, dapat berdampak serius pada eksistensi martabat umat Islam. Beliau menegaskan bahwa Muhammadiyah, sebagai gerakan Islam yang berkemajuan, memikul tanggung jawab moral dan sejarah untuk melanjutkan visi dakwah pencerahan.
KH. Fathurrahman menyebutkan bahwa untuk menyongsong generasi emas Indonesia pada 2045, waktu yang tersisa hanya sekitar 10 hingga 15 tahun. Dalam rentang waktu tersebut, Muhammadiyah harus mempersiapkan anak-anak muda yang saat ini berusia 17-20 tahun sebagai aktor utama perubahan. “Keberhasilan masa depan perjuangan Muhammadiyah sangat ditentukan oleh ikhtiar kita hari ini dalam membentuk generasi muda yang memiliki ideologi perjuangan yang teguh, motivasi yang kuat, serta dukungan multi-aspek,” tulisnya.
Ia mengutip pesan Al-Qur’an yang relevan dengan pentingnya perencanaan masa depan, seperti firman Allah “Wal tandhur nafsun mā qaddamat lighad” (setiap jiwa hendaknya memperhatikan apa yang telah dipersiapkannya untuk hari esok), dan “Wa-l-yakhsyā-l-ladzīna law tarakū min khalfihim dzurriyatan dli’āfan” (dan hendaklah mereka takut jika meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka).
Sebagai langkah nyata, KH. Fathurrahman mengatakan bahwa Tabligh Institute sebagai wadah pengembangan sumber daya manusia dakwah dan konsep yang diusung adalah “Shinā’atu-d-Du’āt”, yaitu pembentukan dai dengan pendekatan yang bersistem, terstruktur, inovatif, berjangka panjang, dan kolaboratif.
Beliau mengibaratkan proses ini seperti rekayasa mekanik, di mana setiap komponen saling bersinergi. “Zaman sekarang tidak lagi mengenal kerja-kerja dakwah yang paralel dan linear. Dibutuhkan sinergitas sistem yang saling terkait,” tegasnya.
Tabligh Institute menjadi bukti keseriusan Muhammadiyah dalam mempersiapkan dai yang tidak hanya teguh secara ideologis, tetapi juga mampu menghadirkan Islam yang memberdayakan, solutif, dan menjadi rahmat bagi semesta alam. Generasi yang dicita-citakan adalah mereka yang tercermin dalam ayat “Innahum fityatun āmanū bi Rabbihim wa zidnāhum hudā” (Mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk).
KH. Fathurrahman juga menegaskan bahwa gerakan dakwah Muhammadiyah ke depan harus mampu menciptakan transformasi sosial yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan masyarakat dalam bingkai keislaman, keindonesiaan, dan kebangsaan yang luhur. Melalui Tabligh Institute, Muhammadiyah tidak hanya berupaya mencetak dai yang mumpuni secara ilmu dan akhlak, tetapi juga sebagai agen perubahan yang siap menghadapi tantangan global di masa depan.
Gagasan Tabligh Institute ini mengingatkan seluruh warga Muhammadiyah tentang pentingnya merancang masa depan dengan cermat dan visioner. Proses “Shinā’atu-d-Du’āt” yang ditawarkan KH. Fathurrahman Kamal adalah langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan dakwah Muhammadiyah dalam menghadirkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.