Yogyakarta, 30 Januari 2025 – Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima kunjungan delegasi Santri Muallimin Muhammadiyah dalam rangka Ujian Kader. Kunjungan ini merupakan bagian dari proses pendidikan dan pengkaderan yang bertujuan untuk membentuk calon-calon pemimpin dakwah Islam di masa depan.
Santri Muallimin disambut langsung oleh KH. Fathurrahman Kamal, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, yang juga didaulat sebagai penguji dalam ujian tersebut. Sebelum ujian berlangsung, beliau menyampaikan nasihat mendalam yang menekankan pentingnya syukur, optimisme, serta peran besar orang tua dalam kehidupan setiap individu.
Menanamkan Optimisme dan Syukur
Dalam nasihatnya, KH. Fathurrahman Kamal mengingatkan bahwa usia muda adalah anugerah luar biasa, sebagaimana usia Nabiullah Yusuf yang penuh dengan ujian dan keberkahan. Beliau menekankan bahwa optimisme adalah kunci dalam menjalani kehidupan. “Orang yang optimis akan memancarkan energi positif dalam dirinya, yang kemudian dapat berdampak pada sekitarnya,” ujarnya.
Beliau juga mengingatkan agar tidak menggantungkan harapan kepada realitas yang ada atau kepada orang lain. Sebab, segala yang dimiliki—tubuh, akal, dan indera—adalah tanggung jawab pribadi yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. “Nikmat yang diberikan Allah tidak terhitung jumlahnya, dan kita harus mensyukurinya dengan sebaik-baiknya,” lanjutnya.
Menghormati Orang Tua Sebagai Bentuk Ibadah
KH. Fathurrahman Kamal menekankan pentingnya bakti kepada orang tua, yang dalam Islam memiliki kedudukan sangat tinggi. “Orang tua adalah mukjizat bagi kita. Derajat mereka begitu tinggi, bahkan satu tingkat di bawah tauhid,” ungkapnya.
Beliau mengutip ayat Al-Qur’an, ‘Wakhfid lahuma janahadzulli minarrahmah’ (dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kasih sayang), seraya menjelaskan bahwa kata janah (sayap) dalam ayat tersebut melambangkan kekuatan dan ketinggian. “Sebesar apa pun jabatan dan kedudukan kita kelak—menteri, direktur, ilmuwan, atau ulama—ketika berhadapan dengan orang tua, rendahkanlah diri kita di hadapan mereka,” tambahnya.
KH. Fathurrahman Kamal juga berbagi kisah pribadinya sebagai anak yatim sejak kelas 5 SD. Baginya, ibunya yang kini hampir berusia 100 tahun adalah segalanya. “Setiap perangkat yang saya miliki, dari laptop hingga ponsel, wallpaper-nya adalah foto ibu. Karena bagi saya, ibu adalah mukjizat,” tuturnya penuh haru.
Memanfaatkan Usia Muda Secara Optimal
Dalam pesannya, beliau juga mengingatkan bahwa takdir Allah tidak bisa didiskusikan, namun manusia diperintahkan untuk mengoptimalkan segala potensi yang diberikan. “Usia 17-18 tahun adalah masa yang penuh energi. Jangan hanya pasrah pada takdir, tetapi maksimalkan usaha kalian,” pesannya kepada para santri.
Beliau juga membagikan pengalaman terbarunya dalam mencari kader-kader terbaik untuk dikirim ke Libya guna mendalami ilmu agama. “Ada hafizah yang telah tamat 30 juz, ada juga lulusan S1 dan master yang siap dikirim untuk menimba ilmu lebih dalam. Ini adalah contoh takdir yang harus kita maksimalkan—mencari dan mempersiapkan generasi terbaik,” ungkapnya.
KH. Fathurrahman Kamal mengingatkan bahwa dalam berbagai bidang—militer, akademik, bisnis—kesuksesan membutuhkan usaha dan persiapan yang matang. “Jangan memahami takdir sebagai sesuatu yang membuat kita pasif. Jika ingin masuk akademi militer, persiapkan fisik dan mental sejak dini. Begitu pula dalam dunia akademik dan bisnis, semua butuh usaha,” tegasnya.
Optimisme di Tengah Perubahan Zaman
Dalam menghadapi era disrupsi yang penuh dengan perubahan cepat, beliau mengingatkan agar tidak terjebak dalam pesimisme. “Allah menciptakan kita untuk hidup di zaman ini dengan hikmah besar. Kita tidak bisa memilih zaman mana kita dilahirkan, tetapi kita bisa memilih bagaimana kita menjalaninya,” ujarnya.
Beliau mengutip hadis Mu’adz bin Jabal yang menegaskan bahwa Allah memiliki komitmen kepada hamba-Nya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: ‘Hal adullukum ‘ala tijarah…’ (Maukah kalian aku tunjukkan suatu perdagangan?). “Ini menunjukkan bahwa kita diperbolehkan untuk ‘berhitung’ dengan Allah dalam arti menjalankan usaha terbaik, dan Allah akan memberikan balasan yang setimpal,” jelasnya.
Di tengah banyaknya narasi pesimisme tentang akhir zaman, beliau mengajak para santri untuk tetap berpikir positif dan produktif. “Jangan hanya berpikir tentang kematian, tetapi pikirkan bagaimana kita mempersiapkan kehidupan yang baik sebelum mati. Jangan sampai kita belum menikah, belum masuk akademi militer, belum meraih cita-cita, tetapi sudah terjebak dalam ketakutan akan kiamat,” pesannya.
Mengakhiri nasihatnya, KH. Fathurrahman Kamal menegaskan bahwa optimisme dan usaha yang sungguh-sungguh harus menjadi prinsip dalam menjalani kehidupan. “Jika orang-orang yang bermaksiat saja tetap diberikan rezeki dan fasilitas oleh Allah, mengapa kita, yang berusaha berjalan di jalan kebaikan, tidak yakin dengan rahmat-Nya?” katanya.
Ujian kader ini bukan sekadar evaluasi akademik, tetapi juga bagian dari proses pembentukan karakter dan mental kader dakwah Muhammadiyah yang siap menghadapi tantangan zaman dengan keyakinan dan optimisme. Dengan bekal ilmu, iman, dan akhlak yang kuat, para santri Muallimin Muhammadiyah diharapkan mampu menjadi generasi yang berkontribusi dalam membangun peradaban Islam yang lebih baik.
Majelis Tabligh PP Muhammadiyah senantiasa berkomitmen dalam membina dan mencetak kader-kader terbaik yang tidak hanya cakap dalam ilmu, tetapi juga memiliki karakter kuat dalam mengemban amanah dakwah Islam.