Bantul, 10 Februari 2025 – Wakil Bendahara Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Akhmad Arif Rifan, SH.I, M.S.I., secara resmi membuka Training of Trainers (TOT) Dauroh Tadarus Al-Qur’an Metode 5T di Tabligh Institute Muhammadiyah, Kasihan, Bantul. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya menghidupkan Al-Qur’an dalam kehidupan nyata sebagaimana yang telah dicontohkan oleh KH. Ahmad Dahlan.
“KH. Ahmad Dahlan telah memberi teladan bahwa Al-Qur’an tidak hanya untuk dibaca dan dihafalkan, tetapi harus dihidupkan dalam amaliah nyata. Baginya, memahami makna Al-Qur’an berarti mengamalkannya, bukan sekadar mengetahui,” ujarnya.
Menurutnya, prinsip tersebut menjadi fondasi gerakan Muhammadiyah yang menempatkan agama sebagai praksis sosial. Dalam Muhammadiyah, setiap pimpinan, warga, dan simpatisannya memiliki obsesi luar biasa untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman aktivitas nyata. Mereka berupaya memberikan substansi konkret pada simbol-simbol yang sering kali bersifat abstrak.
KH. Akhmad Arif Rifan menjelaskan bahwa berdasarkan amanah Tanfidz Muktamar Muhammadiyah Ke-47 di Makassar tahun 2015, khususnya dalam program kerja Majelis Tabligh terkait Sistem Gerakan, Muhammadiyah terus berupaya meningkatkan model pembinaan akidah, ibadah, dan akhlak berdasarkan paham agama yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah Al-Maqbulah. Salah satu poin utama dari program ini adalah pengembangan dan intensifikasi penyelenggaraan model tafhimul Qur’an was-Sunnah.
Lebih lanjut, ia mengutip Al-Qur’an yang menyebutkan empat tugas utama Rasul sebagaimana termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 129 dan 151, Surah Ali Imran ayat 164, serta Surah Al-Jumu’ah ayat 2. “Dalam ayat-ayat tersebut, tugas Rasul diawali dengan doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang memohon kepada Allah agar diutus seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat-Nya, mengajarkan ilmu dari Kitab, mengajarkan hikmah, dan mensucikan jiwa,” jelasnya.
Doa tersebut dikabulkan dengan diutusnya Rasulullah ﷺ, namun dalam pelaksanaannya, Allah mengubah urutan tugas Rasul, di mana tazkiyah atau penyucian jiwa ditempatkan setelah pembacaan ayat-ayat Allah. Hal ini menunjukkan bahwa proses penyucian jiwa harus didasarkan pada pemahaman dan pengamalan wahyu, bukan sekadar teori.
Sebagai bagian dari Muhammadiyah, lanjutnya, Majelis Tabligh memiliki tanggung jawab besar dalam melahirkan dan mengajarkan metode pemahaman Al-Qur’an yang mudah dipahami dan diamalkan. Metode ini bertujuan tidak hanya untuk memudahkan pemahaman terhadap Al-Qur’an, tetapi juga memperkuat sistem dakwah serta membentuk sistem akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
“Rasulullah ﷺ telah mencontohkan bahwa akhlaknya adalah Al-Qur’an, dan perjuangannya dalam menegakkan serta mengajarkan Al-Qur’an penuh dengan tantangan serta ujian. Namun, saat ini kita diberikan kemudahan oleh Allah untuk berkumpul dan belajar Al-Qur’an dengan nyaman. Ini adalah sebuah fadhilah dan nikmat yang harus kita syukuri,” katanya.
KH. Akhmad Arif Rifan juga mengingatkan peserta tentang keutamaan mempelajari Al-Qur’an dengan mengutip hadis Rasulullah ﷺ, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari). Ia pun mengajak seluruh peserta untuk kuat dan bersabar dalam mengikuti pelatihan ini, karena keutamaan Al-Qur’an tidak hanya dirasakan di dunia, tetapi juga akan menjadi penolong bagi ahlinya di akhirat.
Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah berharap, melalui gerakan pelatihan tadarus Al-Qur’an dengan metode 5T (Tamhid, Tilawah, Tafsir, Tadabbur, dan Tazkiyah), warga dan umat dapat merasakan berbagai manfaat, seperti meningkatkan ilmu dan amal, membantu menjaga hafalan Al-Qur’an, mempererat persaudaraan di antara warga Persyarikatan dan umat Islam, menjadi sarana tazkiyatun nufus (penyucian jiwa), serta mendatangkan rahmat dan ketenteraman bagi umat.
“Dengan demikian, Islam telah membentuk nalar kolektif dan etika bersama dalam masyarakat serta membangun karakter yang kuat. Semoga usaha ini menjadi bagian dari ikhtiar dalam menghidupkan Al-Qur’an dalam kehidupan nyata, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh KH. Ahmad Dahlan dan generasi pendiri Muhammadiyah,” pungkasnya.