Kudus, 17 Februari 2025 – Dalam kajian yang diselenggarakan oleh Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU), Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I., menyampaikan pentingnya memahami dan mengimplementasikan konsep Islam Berkemajuan. Ia menekankan bahwa pemahaman ini harus diterapkan dalam kehidupan akademik, sosial, dan budaya, khususnya di Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) sebagai institusi yang berperan dalam mencetak generasi intelektual Islam.
Dalam pengajiannya, KH Fathurrahman Kamal menyoroti perlunya memahami istilah “Islam Berkemajuan” tidak hanya sebagai label, tetapi juga sebagai praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengingatkan bahwa tanpa implementasi yang konkret, istilah ini berpotensi menjadi sekadar jargon tanpa makna substansial.
Lebih lanjut, beliau mengulas bahwa Islam Berkemajuan harus dikaji melalui narasi perjalanan dakwah Rasulullah SAW. Dalam konteks masyarakat jahiliyah, kebodohan yang dimaksud bukan hanya dalam aspek pendidikan, tetapi mencakup dimensi sosial, budaya, dan politik. KH Fathurrahman Kamal menggarisbawahi bahwa meskipun dunia saat ini telah maju secara teknologi, masih terdapat aspek jahiliyah yang perlu diatasi, seperti kesalahpahaman tentang Tuhan dan penyimpangan dari ajaran para nabi.
Ia juga mengajak akademisi dan tenaga kependidikan di UMKU untuk meneliti lebih lanjut paradigma ilmu dalam pendidikan Muhammadiyah. Konsep keilmuan dalam Islam tidak boleh terjebak pada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, tetapi harus mengintegrasikan seluruh disiplin ilmu dengan pendekatan yang berlandaskan nilai-nilai Islam.
KH Fathurrahman Kamal menyoroti beberapa isu kontemporer yang berkaitan dengan Islam Berkemajuan, termasuk degradasi lingkungan dan penyalahgunaan ilmu untuk kepentingan pragmatis. Ia mengkritisi fenomena ilmuwan yang menyalahgunakan pengetahuan mereka demi kepentingan politik dan materi, yang disebutnya sebagai “banalitas intelektual”.
Dalam perspektif Islam, ilmu pengetahuan harus digunakan untuk kesejahteraan umat, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Oleh karena itu, beliau mengajak seluruh akademisi untuk menjaga integritas keilmuan dan menegakkan nilai-nilai Islam dalam dunia akademik.
KH Fathurrahman Kamal juga menyinggung pentingnya paradigma keilmuan dalam pendidikan tinggi Muhammadiyah. Ia menyoroti perlunya penyelarasan konsep keilmuan dengan nilai-nilai Islam agar menghasilkan intelektual Muslim yang tidak hanya unggul dalam keilmuan, tetapi juga memiliki integritas moral.
Sebagai contoh, ia membahas istilah-istilah keilmuan yang dikembangkan oleh berbagai kampus Muhammadiyah, seperti konsep interkoneksi di Universitas Islam Negeri (UIN), integratif di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), serta unifikasi keilmuan di Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Ia mendorong UMKU untuk turut serta merumuskan konsep keilmuan yang khas dan sesuai dengan visi Islam Berkemajuan.
Mengakhiri kajiannya, KH Fathurrahman Kamal mengajak seluruh tenaga pendidik dan akademisi di UMKU untuk terus mengembangkan Islam Berkemajuan dalam setiap aspek kehidupan. Ia menekankan bahwa Islam tidak hanya sebatas tata cara beribadah, tetapi merupakan “the way of life” yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Kajian yang berlangsung di UMKU ini mendapatkan antusiasme tinggi dari peserta yang hadir. Akademisi dan tenaga kependidikan yang mengikuti pengajian ini mendapatkan wawasan baru mengenai Islam Berkemajuan dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan akademik dan sosial di perguruan tinggi Muhammadiyah.