web stats
Home » Peran Pendengaran, Penglihatan, dan Hati dalam Pembentukan Karakter Anak

Peran Pendengaran, Penglihatan, dan Hati dalam Pembentukan Karakter Anak

by Redaksi
0 comment

TABLIGH.ID, YOGYAKARTA, 13 Maret 2025 – Dalam suasana penuh hikmat, Masjid Al Musannif Tabligh Institute Muhammadiyah menjadi saksi penyampaian kajian mendalam oleh Dr. Mhd Lailan Arqam, M.Pd. dalam rangkaian Tarawih pada malam ke-14 Ramadhan 1446 H. Dalam kajian tersebut, beliau menguraikan makna substansial dari Surat An-Nahl ayat 78, yang menegaskan bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa pun, namun Allah membekalinya dengan pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai alat untuk memperoleh ilmu dan membentuk kepribadian yang kokoh.

Dr. Lailan membuka kajiannya dengan menjelaskan realitas yang telah Allah tetapkan bagi seluruh manusia. Sejak lahir, manusia tidak membawa pengetahuan apa pun, tidak mengenal orang tua, keluarga, atau lingkungan sekitarnya. Namun, Allah memberikan perangkat penting berupa pendengaran (as-sam’u), penglihatan (al-abshar), dan hati (al-af’idah) agar manusia dapat belajar dan berkembang. Oleh karena itu, ketiga anugerah ini harus dimanfaatkan dengan baik untuk menuntut ilmu dan membangun karakter yang mulia.

Pendengaran menjadi indra pertama yang berfungsi dengan baik sejak bayi lahir. Hal ini memiliki implikasi besar dalam dunia pendidikan, di mana stimulasi awal melalui kata-kata positif sangat dianjurkan. Dr. Lailan menekankan bahwa membiasakan anak mendengar ucapan yang baik, seperti doa, panggilan sayang, dan kalimat-kalimat positif, akan membentuk kepribadian yang optimis dan percaya diri. Sebaliknya, kata-kata kasar dan negatif bisa berdampak buruk pada perkembangan emosional dan psikologis anak. Ia mengingatkan bahwa dalam lingkungan keluarga, penting bagi orang tua untuk berhati-hati dalam bertutur kata agar anak tumbuh dalam atmosfer yang penuh kasih sayang dan motivasi.

Selain pendengaran, penglihatan juga memiliki peran penting dalam perkembangan manusia. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat, termasuk perilaku orang tua dan lingkungan sekitar. Dalam kajiannya, Dr. Lailan mengangkat fenomena bagaimana anak-anak sering meniru adegan berbahaya dari tontonan televisi atau internet. Oleh karena itu, beliau mengingatkan agar orang tua lebih selektif dalam menyediakan tayangan bagi anak-anak mereka serta menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan moral dan intelektual. Beliau juga menekankan konsep psychological setting, yaitu bagaimana desain rumah dan tata ruang dapat berpengaruh terhadap psikologi anak.

Tak hanya itu, beliau juga menyoroti pentingnya menjaga batasan aurat di dalam rumah. Meskipun anak-anak adalah mahram, kebiasaan berpakaian yang terlalu terbuka dapat membentuk pemahaman yang keliru tentang batasan tubuh dan rasa malu. Kajian ini juga menyinggung pentingnya edukasi dini mengenai perlindungan diri bagi anak-anak, seperti melalui lagu-lagu edukatif yang mengajarkan mereka tentang batasan sentuhan dan bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain.

Lebih lanjut, Dr. Lailan menekankan bahwa hati memiliki peran yang tidak kalah penting dalam kehidupan manusia. Ada banyak orang yang memiliki pendengaran dan penglihatan yang sempurna, namun hatinya tidak terasah dengan baik sehingga mudah terjerumus dalam keburukan. Oleh karena itu, pendidikan hati harus menjadi perhatian utama dalam pembentukan karakter. Ia mengingatkan bahwa kecerdasan intelektual yang tidak diimbangi dengan kecerdasan moral dan spiritual dapat melahirkan individu yang pintar tetapi tidak memiliki integritas, sebagaimana yang sering terjadi dalam berbagai kasus korupsi dan penyalahgunaan wewenang.

Mengakhiri kajiannya, Dr. Lailan menegaskan bahwa Surat An-Nahl ayat 78 menjadi pengingat bagi manusia untuk mensyukuri nikmat Allah dengan menggunakan pendengaran, penglihatan, dan hati dalam kebaikan. Pendidikan yang baik tidak hanya menitikberatkan pada aspek akademik, tetapi juga harus memperhatikan pembentukan karakter dan moral agar manusia tidak hanya menjadi individu yang cerdas, tetapi juga berakhlak mulia. Kajian ini memberikan wawasan mendalam bagi para jamaah tentang pentingnya keseimbangan antara ilmu, iman, dan akhlak dalam menjalani kehidupan yang bermakna.

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00