TABLIGH.ID, YOGYAKARTA – Pada hari Kamis, 13 Maret 2025, Masjid Al Musannif Tabligh Institute Muhammadiyah menjadi tuan rumah kajian sore menjelang berbuka puasa yang diisi oleh Ustadz Talqis Nurdianto, Lc, Ph.D, yang merupakan Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Talqis menyampaikan pentingnya memperbaiki taqwa sebagai landasan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Ustadz Talqis menjelaskan bahwa taqwa memiliki makna yang mendalam, yaitu rasa takut atau hati-hati dalam segala hal, yang seharusnya ditujukan kepada Allah, bukan kepada makhluk atau hal lainnya. Beliau menekankan bahwa ketika seseorang merasa takut, sebaiknya ia kembali kepada Allah dan berlindung hanya kepada-Nya. Dalam konteks ini, beliau merekomendasikan dua surat dari Al-Qur’an, yaitu Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas, yang terdiri dari sebelas ayat. Surat-surat ini, menurut beliau, pernah dibaca oleh Rasulullah SAW ketika menghadapi sihir sebagai bentuk permohonan perlindungan kepada Allah.
Lebih lanjut, Ustadz Talqis mengajak jamaah untuk melaksanakan perintah Allah dengan niat yang tulus dan menjauhi larangan-Nya. Beliau menekankan bahwa untuk menjadi anak yang sholeh, penting bagi mereka untuk memiliki ilmu, dan hal yang sama juga berlaku bagi orang tua. Dengan memiliki ilmu, seseorang dapat menjaga ketaqwaan agar tidak mudah luntur atau hilang.
Dalam kajian tersebut, beliau juga merujuk kepada Al-Qur’an, tepatnya dalam Surah Al-Baqarah ayat 183, yang menekankan bahwa puasa merupakan salah satu cara untuk mencapai derajat ketaqwaan. Ustadz Talqis menegaskan bahwa menjadi orang yang bertaqwa juga memerlukan kesabaran, yang merupakan salah satu ciri penting dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan.
Ustadz Talqis kemudian menjelaskan beberapa ciri-ciri orang yang bertaqwa. Pertama, mereka yang gemar berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit. Taqwa di sini berarti berbagi dengan sesama, tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga barang atau makanan. Hal ini menunjukkan kepedulian dan rasa empati terhadap orang lain.
Ciri kedua yang beliau sampaikan adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi, terutama dalam hal kemarahan. Ustadz Talqis mengingatkan bahwa setiap kali seseorang marah, sekitar 500 sel otak dapat mati. Oleh karena itu, beliau mendorong agar ketika menghadapi kesalahan anak, sebaiknya tidak marah, melainkan menunjukkan kesalahan tersebut dan mengarahkan mereka kepada jalan yang benar.
Dengan penjelasan yang mendalam dan penuh hikmah, kajian sore tersebut diharapkan dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi jamaah untuk terus meningkatkan ketaqwaan kepada Allah, serta menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ustadz Talqis menutup kajian dengan harapan agar semua yang hadir dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bertaqwa.