TABLIGH.ID, YOGYAKARTA – Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ustadz Fathurrahman Kamal, mengajak umat Islam untuk lebih mendekatkan diri kepada Al-Qur’an dan merasakan kehadiran Rasulullah ﷺ dalam kehidupan. Pesan ini ia sampaikan dalam Tabligh Akbar peringatan Nuzulul Quran di Masjid Adz Dzakirin, Bambanglipuro, pada 17 Maret 2025.
Dalam tausiyahnya, Ustadz Fathurrahman mengisahkan bagaimana para sahabat Rasulullah ﷺ memiliki ikatan yang sangat kuat dengan beliau. Salah satu contohnya adalah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu yang pernah diminta Rasulullah ﷺ untuk membacakan Al-Qur’an. Ketika sampai pada ayat:
“Maka bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka?” (QS. An-Nisa: 41)
Mendengar ayat ini, Rasulullah ﷺ menangis. Ustadz Fathurrahman lalu mengajak jamaah untuk bertanya pada diri sendiri: “Jika Rasulullah ﷺ bersaksi atas kita di hadapan Allah, apakah kita yakin beliau akan memberikan kesaksian yang baik?”
Ia juga menyoroti bagaimana karakter Rasulullah ﷺ yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu, ia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128)
“Rasulullah ﷺ bukan malaikat, bukan jin, tetapi manusia seperti kita. Beliau mengalami kelelahan, kesedihan, bahkan pernah tertindas. Namun, yang membedakan adalah kecintaan dan kepeduliannya yang luar biasa terhadap umatnya,” ujarnya.
Warisan Rasulullah ﷺ
Ustadz Fathurrahman menekankan bahwa meskipun jasad Rasulullah ﷺ sudah tidak ada, warisan beliau tetap hidup. Ia mengutip sabda Rasulullah ﷺ:
“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang jika kalian berpegang teguh padanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Yaitu, Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.”
“Pertanyaannya sekarang, apakah kita sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai imam, pemimpin, dan pedoman hidup kita?” tanyanya kepada jamaah.
Ia mencontohkan bagaimana para sahabat memiliki rasa hormat yang luar biasa terhadap Rasulullah ﷺ. Al-Imam Malik, misalnya, bahkan melepaskan sandalnya saat memasuki Madinah karena merasa tak pantas menginjak tanah yang pernah diinjak Rasulullah ﷺ.
Kisah serupa juga terjadi pada Abdullah Ibn Ruwaha. Suatu ketika, Rasulullah ﷺ sedang berkhutbah dan berkata, “Duduklah kalian.” Abdullah yang saat itu berada di luar masjid, langsung duduk di tempatnya tanpa menunggu lebih lama. Rasulullah ﷺ pun mendoakannya:
“Semoga Allah menambahkan ketaatan dalam dirimu terhadap Allah dan Rasul-Nya.”
Keteladanan Para Sahabat
Dalam ceramahnya, Ustadz Fathurrahman juga menuturkan kisah Abdullah Ibn Ruwaha di medan Perang Mu’tah. Saat pasukan Muslim jauh lebih sedikit dibandingkan pasukan Romawi, banyak yang gentar. Namun, Ibn Ruwaha justru berkata:
“Kita menghadapi Romawi bukan dengan jumlah pasukan, tetapi dengan agama ini. Kita hanya memiliki dua pilihan kemenangan: jika kita menang, kita berjaya di dunia. Jika kita gugur, kita syahid di jalan Allah.”
Ketika gilirannya tiba untuk memimpin pasukan, ia berkata kepada dirinya sendiri:
“Wahai jiwaku, jika engkau tidak mati hari ini, suatu hari nanti engkau pasti akan mati. Maka mengapa tidak engkau jadikan kematian ini sebagai jalan menuju syurga?”
Akhirnya, ia maju ke medan perang dan gugur sebagai syuhada.
“Lihatlah bagaimana para sahabat merasakan Rasulullah ﷺ hadir dalam kehidupan mereka. Mereka tidak hanya mengenang beliau, tetapi meneladani dan mengamalkan ajarannya secara nyata,” tegas Ustadz Fathurrahman.
Ia pun menutup ceramahnya dengan pesan mendalam:
“Mari kita kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Jika Rasulullah ﷺ bersaksi atas kita di akhirat kelak, pastikan kita berada dalam barisan orang-orang yang mencintai dan mengamalkan ajarannya.”