TABLIGH.ID, Yogyakarta, 19 Maret 2025 – Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Tabligh Institute Muhammadiyah kembali menggelar program Quranic Staycation, menghadirkan Ustadz Beta Pujangga Mukti, S.Pd.I., M.Soc.Sc., sebagai pemateri utama. Dalam kajian bertajuk “Islam dan Sosialisme” yang berlandaskan tadabbur QS. At-Taubah: 34-35 dan Al-Baqarah: 126, Ustadz Beta mengajak peserta, yang mayoritas dari kalangan Generasi Z, untuk memahami lebih dalam makna jihad dalam perspektif Al-Qur’an.
Mengawali sesi dengan pendekatan interaktif, Ustadz Beta mencairkan suasana dengan candaan ringan seputar kebiasaan makan peserta sebelum akhirnya mengarahkan pembahasan ke inti materi. Ia menekankan bahwa keajaiban Al-Qur’an (ijaz) bukan sekadar dalam aspek spiritual, tetapi juga ilmiah.
“Qur’an memiliki ijazil ilmi atau keajaiban ilmu. Ilmu tentang filsafat, kedokteran, bahkan fisika dan kimia sudah terangkum di dalamnya,” ujarnya. Ia mengilustrasikan hal tersebut dengan membahas fenomena ilmiah dalam QS. Al-Kahfi: 18, di mana kisah Ashabul Kahfi yang tidur selama 300 tahun menjadi bukti bagaimana Allah menjaga tubuh manusia dengan mekanisme alamiah yang kini dikenal dalam dunia medis.
Lebih lanjut, ia juga mengungkap ijazur bayani, keajaiban bahasa dalam Al-Qur’an. “Mengapa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab? Karena bahasa ini memiliki kedalaman makna yang luar biasa. Kata dinun (agama) misalnya, memiliki akar kata yang sama dengan dainun (hutang), menunjukkan bahwa keberagamaan seseorang juga mengandung tanggung jawab moral kepada Allah,” jelasnya.
Dalam diskusi yang lebih mendalam, Ustadz Beta juga membahas bagaimana Islam tidak bisa dilepaskan dari pembentukan peradaban (tamadun). “Madinah itu berasal dari kata madana, yang artinya membangun. Maka, peradaban yang baik harus didasarkan pada nilai-nilai agama,” tambahnya.
Menutup kajian, ia memberikan refleksi kepada para peserta tentang pentingnya keterikatan dengan Al-Qur’an. “Sering kali, bukan kita yang malas membaca Al-Qur’an, tetapi justru Al-Qur’an yang enggan untuk kita baca, karena hati dan pikiran kita jauh dari kesucian yang dibutuhkan untuk memahami wahyu Allah,” pesannya.
Acara Quranic Staycation ini mendapat sambutan antusias dari peserta, yang mengaku mendapat perspektif baru dalam memahami Al-Qur’an secara lebih mendalam dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Program ini diharapkan terus berlanjut sebagai upaya mendekatkan generasi muda dengan nilai-nilai Islam dalam konteks kekinian.