web stats
Home » Mudik dan Pelajaran Menuju Kampung Akhirat

Mudik dan Pelajaran Menuju Kampung Akhirat

by Redaksi
0 comment

TABLIGH.ID, Yogyakarta, 21 Maret 2025 – Wakil Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Mhd Lailan Arqam, dalam khutbah Jumat di Masjid Al Musannif Tabligh Institute Muhammadiyah, menyampaikan refleksi mendalam tentang mudik sebagai analogi perjalanan manusia menuju kehidupan akhirat.

Dalam khutbahnya, Dr. Lailan Arqam mengingatkan jamaah bahwa saat ini umat Islam berada di penghujung Ramadan 1446 H. Momentum ini, katanya, seharusnya menjadi waktu untuk memperkuat keimanan dan meningkatkan ibadah. Ia menyoroti fenomena mudik yang telah menjadi tradisi tahunan di Indonesia, mengaitkannya dengan konsep kepulangan sejati manusia kepada Allah.

Mudik: Refleksi Perjalanan Spiritual

“Mudik berasal dari kata ‘udik’ yang berarti kembali ke kampung halaman. Ini menggambarkan perjalanan seseorang kembali ke asalnya, sebagaimana manusia akan kembali ke tempat asal sejatinya, yakni kehidupan akhirat,” ujar Dr. Lailan Arqam.

Ia mengisahkan perjuangan para pemudik, dari mereka yang bekerja keras selama setahun untuk pulang dengan persiapan matang, hingga mereka yang nekat mengabaikan norma demi pulang ke kampung halaman. Dalam pandangannya, situasi ini mencerminkan berbagai sikap manusia dalam menyongsong akhir kehidupan—ada yang mempersiapkan diri dengan baik, ada pula yang lalai.

Mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30)

Menurutnya, ayat ini merupakan panggilan Allah bagi manusia untuk kembali kepada-Nya dengan persiapan yang matang, sebagaimana pemudik yang merencanakan kepulangannya dengan baik. Dunia, tegasnya, bukanlah tempat tinggal permanen, melainkan hanya persinggahan sebelum kembali ke kampung akhirat.

Jiwa yang Tenang sebagai Bekal Kepulangan

Dr. Lailan Arqam juga menekankan pentingnya memiliki nafsul mutma’innah atau jiwa yang tenang. “Ketenteraman hati tidak datang dari harta, tetapi dari zikir dan ketaatan kepada Allah,” ujarnya, mengutip firman-Nya:

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Ia juga mengutip hadis Nabi yang diriwayatkan dari Abu Dzar:

“Sesungguhnya yang disebut kaya adalah kaya hati, sedangkan yang fakir adalah fakir hati.” (HR. Ibn Hibban)

Menurutnya, Ramadan adalah momentum terbaik untuk melatih hati agar senantiasa tenang dengan memperbanyak ibadah, zikir, dan amal saleh. “Latihan selama Ramadan ini seharusnya tidak berhenti setelah bulan suci berlalu. Konsistensi dalam ibadah adalah kunci menuju kepulangan yang penuh kedamaian,” tambahnya.

Menjadikan Ramadan sebagai Momentum Istiqamah

Menutup khutbahnya, Dr. Lailan Arqam mengajak jamaah untuk menjadikan Ramadan sebagai pijakan dalam menjalani kehidupan yang lebih baik. “Seperti seorang pemudik yang bersiap untuk perjalanan panjang, kita juga harus menyiapkan bekal terbaik untuk perjalanan menuju kampung akhirat,” pesannya.

Khutbah ini menjadi pengingat bagi umat Islam agar tidak hanya fokus pada euforia mudik fisik, tetapi juga mempersiapkan diri untuk mudik sejati menuju kehidupan abadi di sisi Allah.

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00