Tabligh.id, Palembang – Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan dukungannya terhadap peluncuran Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) yang digagas oleh Dr. Adi Hidayat, Lc., M.A., Ph.D., bersama Akhyar Institute. Acara peluncuran berlangsung pada Selasa, 23 April 2025 di Palembang, Sumatera Selatan, dan dihadiri langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.
Dalam acara tersebut, Majelis Tabligh diwakili oleh Ketua Ustadz Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I. dan Dr. Asykuri, M.S.I., serta Wakil Sekretaris Dr. Waluyo, Lc., M.A. dan Wakil Bendahara Akhmad Arif Rifan, S.H., M.S.I. Adi Hidayat, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, menyampaikan pidato peluncuran di hadapan Presiden dan tamu undangan.
“Gerakan ini lahir dari kesadaran bahwa ketahanan pangan tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah. Kita semua perlu bersatu, berkolaborasi, dan bergerak,” kata Adi dalam pidatonya.
Gerakan ini bermula dari komunikasi dengan Wakil Menteri Pertanian Sudaryono pada Januari 2025, yang dilanjutkan dengan koordinasi bersama para ulama dari berbagai penjuru Indonesia. Hasilnya adalah gagasan kolektif untuk mengajak masyarakat menanam demi mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Gerina tidak hanya berhenti sebagai kampanye, tapi ditopang dengan riset dan inovasi. Salah satunya adalah penggunaan “Pupuk Pancasila”, pupuk berbasis filosofi Asta Cita yang diklaim berhasil menyuburkan lahan yang sebelumnya dikategorikan tidak layak tanam (PMK). Inovasi lain yang diperkenalkan adalah sistem pertanian vertikal terapung “Si Pung” yang memungkinkan keluarga tanpa lahan tetap bisa memanen padi dan sayuran secara berkala.
Sebanyak 7.200 meter persegi lahan yang dihibahkan Haji Setiawan Ikhlas kini difungsikan sebagai laboratorium pertanian nasional. Riset ini juga melibatkan studi banding ke Korea Selatan, Jepang, dan Mesir serta penyusunan naskah akademik sistem pertanian ilmiah yang dapat direplikasi secara nasional.
Gerina juga menyasar pesantren-pesantren dengan program MBG (Makan Bergizi Gratis), mendorong kemandirian pangan berbasis komunitas. Bahkan, pot riset yang dikembangkan diklaim dapat menghemat biaya pangan keluarga hingga Rp200 ribu per musim tanam.
Sejak empat bulan terakhir, perwakilan dari seluruh provinsi telah mulai menanam, dari cabai di halaman rumah hingga lahan pertanian komunitas di Lampung Selatan, Sulawesi, dan Papua. Gerakan ini disebut sebagai bentuk kolaborasi rakyat, ulama, dan saudagar dalam mendukung program ketahanan pangan nasional.
Peluncuran Gerina sejatinya dijadwalkan pada Februari, namun dimundurkan ke April, bertepatan dengan bulan kelahiran dua tokoh inspiratif: RA Kartini dan Nabi Muhammad SAW. “Ini bukan proyek bisnis, tapi panggilan cinta pada Ibu Pertiwi,” ujar Adi.
Selain peluncuran program, Gerina juga menggandeng Universitas Dakwah Islam Tripoli dalam program beasiswa lima ribu mahasiswa yang akan kembali ke desa mereka untuk membangun komunitas dan memperkuat ketahanan pangan dari akar rumput.