web stats
Home » Kebiasaan Positif dan Jalan Menuju Husnul Khatimah

Kebiasaan Positif dan Jalan Menuju Husnul Khatimah

by Redaksi
0 comment

TABLIGH.ID, YOGYAKARTA – Tidak ada kebiasaan besar yang datang secara tiba-tiba. Ia tumbuh perlahan, dari tindakan kecil yang terus-menerus dilakukan hingga menjadi bagian dari perilaku keseharian. Dari situlah, kualitas hidup seseorang terbentuk—dan kelak, menentukan bagaimana ia akan menutup hidupnya di dunia.

Gagasan ini disampaikan Ustadz Miftahul Haq, S.H.I., M.S.I. dalam khutbah Jumat di Masjid Al-Musannif, Tabligh Institute Muhammadiyah, Jumat (25/4/2025). Dalam khutbahnya, Ustadz Miftahul menggugah kesadaran jamaah untuk membangun kebiasaan positif sebagai bentuk investasi spiritual yang akan memengaruhi kondisi akhir kehidupan.

“Kebiasaan itu akan menjadi cermin dari siapa kita sebenarnya. Bila ia baik, maka insyaAllah akhir hidup pun akan baik. Namun jika yang dibiasakan adalah keburukan, maka bisa jadi akhir hidup pun tercermin dari hal itu,” ucapnya di hadapan jamaah yang memenuhi ruang utama masjid.

Ia mengutip pernyataan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yang berbunyi: “Sesungguhnya seseorang diwafatkan sesuai dengan kebiasaannya selama hidup di dunia.” Dalam keterangan ulama lain juga disebutkan: “Seseorang diwafatkan berdasarkan kebiasaannya, dan dibangkitkan sesuai dengan bagaimana ia mati.”

Menurut Ustadz Miftahul, peringatan ini bukan semata-mata bersifat spiritual, tetapi juga etis dan eksistensial. Setiap manusia bertanggung jawab atas apa yang terus-menerus ia lakukan, karena itulah yang akan membentuk karakter dan menentukan nasibnya—di dunia maupun akhirat.

Dalam khutbahnya, ia juga menggarisbawahi pentingnya menjaga niat dalam setiap amal, karena niat terakhir yang terpatri dalam hati akan menjadi dasar saat manusia dibangkitkan. Ia mengutip sabda Nabi SAW dari Ummu Salamah: “Yub’atsu kullu rajulin ‘alā niyyatih,” “Setiap orang akan dibangkitkan berdasarkan niat terakhirnya.”

Membangun kebiasaan positif, lanjutnya, bukan soal seberapa besar atau luar biasa amal itu. Justru yang lebih penting adalah keberlanjutan dan konsistensinya. “Amal yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun kecil,” katanya, mengutip hadis Nabi SAW: “Ahabbul a‘māli ilallāh adwamuha wa in qalla.”

Melalui kebiasaan-kebiasaan sederhana yang dilakukan secara istikamah—seperti menjaga salat tepat waktu, membaca Al-Qur’an, atau menolong sesama—manusia dilatih untuk hidup selaras dengan nilai-nilai keimanan. Kebiasaan semacam ini, ujar Ustadz Miftahul, akan menjadi pelindung saat seseorang menghadapi ujian hidup maupun saat sakaratul maut datang menjemput.

Khutbah ini juga menyentuh tema keteladanan iman dalam keseharian. Ia mengajak jamaah untuk meneladani semangat amal saleh yang dijanjikan Allah dengan balasan surga. Ia membacakan firman-Nya dalam QS. Al-Kahfi ayat 107:
“Innal lażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti kānat lahum jannātul-firdausi nuzulā,”
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat kembali.”

Kebiasaan baik, menurutnya, bukan hanya investasi untuk kehidupan dunia yang berkualitas, tetapi juga bekal untuk kehidupan abadi di akhirat. Sebaliknya, kelengahan dalam menjaga laku hidup sehari-hari bisa menjadikan seseorang berada dalam keadaan buruk saat wafat. Dan setiap orang, katanya, harus terus berdoa agar diberikan husnul khatimah—akhir kehidupan yang baik dalam keadaan Islam.

“Kalau ingin meninggal dalam keadaan baik, wafat dalam iman dan amal saleh, maka pastikan hari-hari kita dipenuhi dengan kebiasaan baik pula. Sebab Allah memerintahkan: ‘Wa lā tamūtunna illā wa antum muslimūn,’ Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim,” ujarnya.

Ia mengajak para jamaah untuk menjaga niat, memperbanyak amal saleh, dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT. Tidak perlu menunggu untuk melakukan kebaikan besar—cukup lakukan yang kecil, tapi konsisten. Karena dalam konsistensi itulah cinta Allah bersemayam.

Di akhir khutbahnya, Ustadz Miftahul mengajak jamaah untuk memantapkan niat, memperbanyak amal saleh, dan senantiasa memohon agar diwafatkan dalam keadaan terbaik. “Semoga ketika Allah memanggil kita, kita sedang melakukan kebaikan. Semoga itu menjadi penutup hidup yang indah, dan membawa kita menuju surga Firdaus dengan rida-Nya,” tuturnya dengan suara tenang.

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00