web stats
Home » Khotbah Jumat: Hardiknas Sebagai Momentum Reorientasi Pendidikan

Khotbah Jumat: Hardiknas Sebagai Momentum Reorientasi Pendidikan

by Redaksi
0 comment

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah

Jika kita ditanya bagaimanakah karakteristik negara maju? bisa dipastikan jawaban yang muncul adalah negara yang penghasilan perkapitanya tinggi, menguasai IPTEK, angka penganguran kecil, tingkat ekspor lebih tinggi dibanding impor dll yang semisal itu. Ukurannya masih sekitar materi keduniaan semata.

Jawaban itu muncul karena pendidikan kita selama ini berorientasi kepada keduniaan dan materialistik sehingga memunculkan peradgima kebutuhan dasar manusia adalah sandang, pangan, papan, bukan berzikir dan ibadah kepada Allah SWT.

Bermula dari orientasi pendidikan yang salah, menghasilkan paradigma dan persepsi salah dalam memaknai pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alat mencari pekerjaan sehingga setiap tahun ajaran baru berbondong-bondong masuk perguruan tinggi favorit dengan harapan setelah lulus dapat pekerjaan yang diinginkan.

Hadirin rahimakumullah

Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan nasional merupakan momentum untuk mereorientasi pendidikan kita dari materialistik keduniawian menjadi pendidikan yang sesuai dengan tuntunan Islam sehingga ketika ditanya kreteria negara maju jawabannya adalah negara yang penduduknya bertakwa kepada Allah dengan aqidah salimahakhlqul karimah, dan mendapatkan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Taala.

Allah SWT berfirman dalam Al- Qur’an Surah Al-A’raf ayat 96:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf : 96).

Hadirin Rahimakumullah

Mempunyai orientasi yang benar terhadap pendidikan itu sangat penting, agar paradigma memilih lembaga pendidikan tidak lagi berdasar pada popularitas tetapi berdasar pada sejauh mana lembaga pendidikan itu mampu menghantarkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Allah.

Dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Mujadilah:11)

Rasulullah saw mewajibkan kapada seluruh umatnya menuntut ilmu sebagaiman hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menutut ilmu itu hukumnya wajib bagi kaum muslimin secara individu.” (HR. Ibnu Majah No. 224)

Ilmu apakah yang wajib dipelajari oleh kaum muslimin? Para ahli ilmu mendikotomikan ilmu menurut kewajiban mempelajarinya ada dua bagian yaitu ilmu yang wajib dipelajari secara individu disebut juga ilmu fardu ‘ain dan ilmu yang cukup dipelajari oleh sebagian orang saja disebut sebagai ilmu fardu kifayah.

Ilmu yang sifatnya fardu ‘ain wajib dipelajari oleh semua kaum muslimin baik itu laki laki maupun perempuan. Setidaknya ada lima rumpun ilmu yang wajib dipelajari yaitu: 1. Ilmu tentang adab atau akhlaqul Karimah, 2. Ilmu tentang tauhid, 3. Ilmu tentang ubudiyah, 4. Imu tentang halal haram, dan 5. Ilmu tentang muamalah.

Bidang-bidang ilmu tersebut wajib dipelajari dan dimengerti oleh setiap individu muslim karena tanpa adanya pengetahuan yang cukup dibidang itu, seseorang dapat didiskualifikasi keimanan maupun keislamanya.

Hadirin rahimakumullah

Dalam ajaran islam secara menyeluruh, akhlaq merupkan misi utama risalah Islam dan sangat penting kedudukannya. Hal ini sebagaimana hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Baihaqi:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلاَقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Baihaqi)

Sebagai seorang muslim wajib hukumnya secara individu mengetahui ilmu tentang akhlaqul karimah agar dapat menjalankan agama dengan benar. Dalam satu riwayat ketika Rasulullah saw ditanya oleh sesorang, yang artinya:

“Ya Rasulullah, apakah agama itu? Beliau menjawab (Agama adalah) Akhlaq yang baik”. Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda: yang artinya, “dari Ibnu Abbas Radiya Allahu Anhu berkata, “Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya setiap agama itu memiliki etika, dan sesungguhnya akhlaq Islam adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah).

Prof. Yunahar Ilyas mendefinisikan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemkiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.

Sebagai contoh seorang pejabat membuat peraturan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama setelah ditentang oleh berbagai kalangan peraturan tersebut dibatalkan ini menandakan pejabat tersebut tidak punya akhlaq karena dia mencabut peraturan disebabkan tekanan dari luar dirinya.

Dia membagi akhlak menjadi 6 bagian, yaitu: 1. Akhlak terhadap Allah SWT, 2. Akhlak terhadap Rasulullah saw, 3. Akhlak secara pribadi, 4. Akhlak dalam keluarga, 5. Akhlak bermasyrakat, dan 6. Akhlak bernegara.

Pendidikan harus berorientasi pada pembangunan manusai seutuhnya dan dapat menyelamatkan manusia dari dunia sampai akhirat.

Dalam Islam, pendidikan tidak terbatas pada jenjang sekolah. Namun pendidikan dalam Islam dilakukan mulai sejak buaian ibu sampai meninggal dunia sebagaiman sabda nabi Muhammad saw, yang artinya: “Menuntut ilmu sejak buaian ibu smpai masuk liang lahat (mati)”.

Menurut Prof. Syed Muhammad Naquib al Attas, kerusakan yang terjadi dewasa ini merupakan akibat dari hilangya adab pada sebagian besar umat manusia. Dalam konsep akhlak, sesuatu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela semata-mata disandarkan kepada Al-Qur’an dan sunah.

Jika baik menurut Al-Quran dan sunah, maka harus seperti itu yang kita katakan dan lakukan sekalipun menurut pandangan manusia buruk. Demikian juga jika Al Quran dan atau sunah mencela suatu perbuatan, maka jangan dilakukan sekalipun dapat pujian di hadapan manusia.

Hasil pendidikan dewasa ini banyak menghasilkan orang-orang pinter namun miskin adab, menurut Imam Nawawi pendidikan adab harus diberikan sebelum pendidikan keilmuan lain karena rusaknya adab orang pinter akan membuat kerusakan didunia secara sistemik, masif, dan terstruktur.

Sebagai contoh seorang pejabat yang miskin adab akan menyalah gunakan jabatannya padahal secara adab jabatan merupkan amanah yang harus dijaga tidak digunakan untuk kepentingan pribadi, keluarga, family, atau kelompoknya.

Termasuk perbuatan tercela pajabat yang melakukan korupsi, menerima komisi atau gratifikasi. Dalam hal ini Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwatkan oleh Abu Dawud:

“Barangsiapa yang kami angkat menjadi karyawan untuk mengerjakan sesuatu, dan kami beri upah menurut semestinya, maka apa yang daiambil lebih dari upah yang semestinya, maka itu namanya korupsi.” (HR. Abu Daud)

Hadirin rahimakumullah

Mari gunakan momen hari pendidikan nasional dan dan puasa ramadlan tahun ini sebagai titik nol untuk me-re-orientasi paradigma pendidikan kita.

Dari pendidikan ber-orientasi penyerapan tenaga kerja menuju pendidikan yang berorientasi membangun manusia seutuhnya, dari pendidikan yang mengutamakan logika menuju pendidikan yang mengajarkan keimanan, keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ

Oleh : Dr. Hairul Warizin, SE, MM.
Anggota Majelis Tabligh PWM Jatim

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00