web stats
Home » Bahaya Sikap Tamak dan Bakhil

Bahaya Sikap Tamak dan Bakhil

by Redaksi
0 comment

TABLIGH.ID, YOGYAKARTA. Dalam ceramah yang di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Ahad (11/05/2025). Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fajar Rachmadhani, menguraikan bahaya sikap tamak dan bakhil berdasarkan kitab Mukhtasar Minhajul Qasidin karya ulama besar Al-Imam Ibnu Qudamah, dengan fokus pada tema “Bahaya Sikap Tamak dan Bakhil.”

Fajar memulai kajian dengan menjelaskan pandangan Imam Ibnu Qudamah tentang dunia, yang disebutnya sebagai sesuatu yang hina menurut Al-Qur’an. Ia merujuk pada Surah Ali Imran ayat 14, yang menyebutkan kecenderungan manusia mencintai syahwat, seperti perempuan/laki-laki, anak, harta, kendaraan mewah, dan aset lainnya.

Namun, Allah menegaskan bahwa semua itu hanyalah kenikmatan duniawi sementara, dan tempat kembali terbaik adalah surga. “Allah mengingatkan, wallahu ‘indahu husnul ma’ab—bagi yang tidak memiliki kekayaan duniawi, jangan berkecil hati, karena surga adalah tujuan utama,” ujar Fajar.

Mengutip sabda Nabi Muhammad SAW, Fajar menegaskan bahwa kenikmatan dunia ibarat setetes air di jari dibandingkan lautan luas akhirat. “Dunia ini seperti penjara bagi orang beriman, tetapi surga bagi yang kafir,” katanya, merujuk hadis yang dikutip Ibnu Qudamah.

Ia juga menyampaikan nasihat Hasan Al-Basri kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang menggambarkan dunia sebagai tempat singgah sementara, bukan tempat tinggal abadi. Hasan menegaskan bahwa kekayaan sejati adalah qana’ah (merasa cukup), sementara mencintai dunia secara berlebihan hanya akan menghinakan.

Fajar juga menyinggung kisah tragis Rajjal bin Unfuwah, seorang sahabat Nabi yang awalnya ulama, namun tergoda dunia hingga murtad dan bergabung dengan Musailamah Al-Kadzab.

“Dunia bisa menyihir, bahkan hati ulama,” tegasnya, mengutip Malik bin Dinar. Ia menegaskan, dunia tidaklah tercela karena zatnya, melainkan karena sikap tamak dan serakah manusia dalam menyikapinya.

Imam Ibnu Qudamah, lanjut Fajar, memberikan analogi dunia sebagai unta yang membawa seseorang menuju haji. Jika unta itu dirawat secukupnya, ia akan bermanfaat. Namun, jika seseorang tamak dan mengambil lebih dari kebutuhan, dunia justru menjadi petaka.

“Orang korupsi bukan karena miskin, tapi karena tamak,” ungkapnya.

Fajar kemudian mengajak jamaah untuk bijak menyikapi dunia tanpa menolaknya secara mutlak, sesuai ajaran Islam yang realistis. Ia merekomendasikan kitab Mukhtasar Minhajul Qasidin sebagai bacaan untuk memahami tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa).

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00