الحمدُ لله الذي فاضَلَ بين عباده في العُقول والإرادات، ورفع الناس بالعلم والإيمانِ فوق بعضهم درجات، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له في الذات، ولا سَمِيَّ له في الأسماء، ولا مثيل له في الصفات، نحمدهُ، ونستعينهُ، ونستغفرهُ، ونعوذ به من شُرور أنفُسِنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده فلا مُضلّ له، ومن يُضلل فلا هادي له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله أشرف البريّات. اللَّهمَّ صلِّ على محمد وعلى آل محمد كما صلَّيت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل سَيِّدِنا إبراهيم في العالمين..إنك حميد مجيد .
معشر المسلمين، أوصيكم ونفسي بتقوى الله تعالىحقّ تقاته ولا تموتنّ إلاّ وأنتم مسلمون، قال الله تعالى في القرآن العظيم: (يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Mari kita senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah, tidak hanya dengan rasa tapi dibarengi dengan manifestasi amal nyata, yaitu dengan melakukan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Siapa pun tidak akan lolos terhadap godaan dunia. Oleh karenanya, Al-Qur’an mengingatkan akan bahwa mengorientasikan diri pada dunia. Hijau, menyilaukan, menyenangkan, tapi membinasakan.
Dikatakan membinakan karena ketika manusia melimpah dunia dan kebutuhannya berebih, maka alam akherat akan terlupakan.
Betapa banyak orang yang ketika miskin, akheratnya selalu melekat dan tak pernah lekang. Namun ketika dunia sudah menguasai, maka akheratnya menjadi terlalaikan dan hilang secara perlahan. Akhirnya hanya penyesalan yang tidak akan berguna ketika di akherat.
Allah mencukupkan kebutuhan manusia. Bahkan apa yang dicita-citakan manusia akan terwujud dengan sempurna. Artinya, ketika manusia memiliki cita-cita dan secara serius ingin menjadi makmur dan mapan di dunia, maka Allah mewujudkan impiannya secara sempurna.
Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.” (QS. Hud : 15)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Para ahli tafsir menjelaskan hal itu secara detail. Di antaranya, Tafsir Al-Muyassar dijelaskan bahwa “Barangsiapa mengharapkan dengan amalnya, kehidupan dunia dan kesenangan-kesenangannya, niscaya kami akan memberikan kepada mereka apa yang telah dibagikan bagi mereka berupa imbalan amal-amal yang mereka perbuat dengan balasan yang penuh dalam kehidupan dunia, mereka tidak mengalami pengurangan sedikitpun dari balasan mereka.
Hal ini diperkuat dengan Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah (Markaz Ta’dzhim al-Qur’an) yang menjelaskan bahwa “Barangsiapa yang keinginannya adalah dunia, sehingga tenaganya hanya untuk mengejarnya dan melupakan akhiratnya; niscaya dia akan mendapatkan dunia itu sesuai dengan tenaga dan usaha yang dia kerahkan; dia sama sekali tidak dizalimi, namun diberi balasan dunia sesuai apa yang dia usahakan.”
Sementara Tafsir Al-Mukhtashar/Markaz Tafsir Riyadh bahwa “Siapa yang beramal karena ingin mendapatkan keuntungan dan kesenangan duniawi yang fana, dan tidak menginginkan Akhirat, maka Kami berikan balasan amalnya di dunia dalam bentuk kesehatan, keamanan, dan kekayaan yang berlimpah, tanpa mengurangi balasan amal mereka sedikitpun.”
Sementara dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah menyatakan bahwa “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna.” Yakni dibalas dengan balasan tersebut, seperti kesehatan, rasa aman, kelapangan rezeki, bertambahnya keberuntungan, perintah yang ditaati, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, manusia memiliki kekayaan, maka dia mendapatkan nikmat kesehatan, karena bisa memenuhi kebutuhannya guna menjadi orang sehat. Dengan kekayaannya, bisa membuat dirinya aman dan nyaman karena banyak orang yang respek dan hormat padanya. Bahkan perintahnya ditaati.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sementara dalam Tafsir Al-Wajiz (Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili) dikatakan bahwa Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia beserta segala perhiasannya, niscaya akan Kami berikan apa yang mereka inginkan. Akan Kami kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Di sini Mujahid berkata bahwa yang dimaksud itu adalah orang-orang kafir, dan orang mukmin yang suka riya’.
Bahkan secara lebih detail dan terperinci, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, dalam tafsirnya, mengatakan bahwa “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya” maksudnya segala keinginannya terbatas hanya pada kehidupan dunia berupa wanita, anak anak, emas, daan perak yang melimpah, kuda pilihan, ternak dan tanah pertanian maka sungguh dia telah memfokuskan keinginannya, usahanya dan pekerjaannya pada hal hal ini, dan tidak terbetik dalam keinginannya untuk alam akhirat sedikitpun, orang ini tidak lain melainkan orang kafir
Kalau orang yang beriman, niscaya imannya menghalanginya untuk memberikan seluruh keinginannya kepada alam dunia, bahkan imannya itu sendiri dan amal perbuatan yang dilakukannya adalah salah satu tanda kalau dia itu menginginkan alam akhirat, akan tetapi orang yang sengsara ini yang sepertinya hanya diciptakan untuk dunia saja, ”niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna” maksudnya, kami memberi mereka sesuatu yang telah dibagikan kepada mereka di ummul kitab berupa balasan dunianya. ”dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan” tidak sedikit pun dari sesuatu yang ditakdirkan untuknya akan dikurangi, akan tetapi ini adalah puncak nikmat mereka.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang ayat ini, bahwa sesungguhnya orang-orang yang riya’, maka kebaikan mereka diberikan di dunia. Demikian itu karena mereka tidak dizalimi sedikit pun. dia berkata, “Siapa saja yang beramal shalih untuk mencari dunia dengan berpuasa, salat, atau bertahajud di malam hari, yang dia kerjakan hanya untuk mencari dunia, maka Allah SWT berfirman,”Aku akan memenuhi apa yang dia cari di dunia, sebagai balasannya, dan amalnya yang dia kerjakan untuk mencari dunia itu (digugurkan) dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.”
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Anas bin Malik dan Al-Hasan berkata bahwa ayat ini diturunkan terkait orang-orang Yahudi dan Nasrani. Qatadah berkata,”Barangsiapa yang dunia merupakan maksud, tuntutan, dan niatnya, maka Allah membalas kebaikannya di dunia. Kemudian dia datang ke akhirat, maka dia tidak memiliki kebaikan yang diberikan kepadanya. Adapun orang mukmin, maka kebaikannya dibalas di dunia, dan dia diberi pahala di akhirat.”
Orang kafir dan muslim yang memiliki orientasi dunia. Maka Allah akan segerakan impian dunianya, namun mereka disiapkan tempat yang sangat mengerikan, yakni neraka Jahanam. Disiapkan nerakan Jahannam karena ketiadaan impian akan alam akherat.
Ada pula ulama yang menjelaskan bahwa berkenaan orang-orang yang berbuat riya’ karena beribadah dengan maksud memperoleh dunia dan perhiasannya, seperti mereka yang mau menjadi muadzin dengan syarat diberi imbalan, mau menjadi imam masjid dengan syarat diberi imbalan, mau berdakwah jika dibayar sekian. Di dalam dirinya bersih dari niat mendapat balasa di akherat berupa kenikmatan surga.
Hal ini mirip dengan orang kafir yang kehidupannya dikendalikan oleh hawa nafsunya. Sebagaimana pendustaannya pada Al-Qur’an. Mereka cenderung mengutamakan urusan duniawi, seperti pangkat, kemewahan, serta kenikmatan hidup, dan menginginkan pula perhiasannya seperti harta kekayaan yang melimpah, fasilitas hidup yang lengkap dan mewah.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Mereka mengorientasi hidupnya untuk duniawi semata. Orang-orang inilah yang diancam tidak akan memperoleh sesuatu di akhirat kecuali neraka. Mereka berusaha di dunia bukan atas dorongan iman, taat, pendekatan diri kepada Allah, atau membersihkan diri dari dosa. Bila demikian, maka sia-sialah di akhirat kelak karena apa yang telah mereka usahakan berupa harta kekayaan dan pangkat sudah disempurnakan di dunia.
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ١٦
“Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, sia-sialah apa yang telah mereka usahakan (di dunia), dan batallah apa yang dahulu selalu mereka kerjakan.”
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فيِ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ، وَ الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
Oleh : Dr. Slamet Muliono Redjosari
Wakil Ketua Majelis Tabligh PWM Jatim