TABLIGH.ID.YOGYAKARTA—Majelis Tabligh PP Muhammadiyah kembali menghadirkan Pengajian Malam Selasa secara daring dan Luring pada senin (19/5). Kajian ini mengupas Surah Asy-Syam dengan mengahadirkan Ustadz Fauzan Muhammadi sebagai narasumber. Dalam kajian tersebut, Fauzan mengupas kebesaran Allah dan pesan hidup beruntung yang terkandung dalam setiap ayat Surah Asy-Syam.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program rutin yang diselenggarakan Oleh Majelis Tabligh PP Muhammadiyah dan Bekerjasama dengan Madrasah Muallimin. Tujuan utamanya adalah memperkuat Keimanan dan Ketaqwaan kepada para Jamaah.
Pada awal kajian, Fauzan menguraikan makna ayat pertama Surah Asy-Syam: “Demi matahari dan sinarnya pada waktu dhuha.” Menurutnya, ayat ini menunjukkan keagungan matahari sebagai ciptaan Allah. “Huruf wawu dalam ayat ini adalah huruf qosam yang menandakan sumpah. Hal ini menegaskan betapa pentingnya matahari dalam kehidupan manusia,” jelasnya.
Ia melanjutkan pembahasan pada ayat kedua: “Demi bulan saat mengiringinya.” Dosen Universitas Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa bulan memantulkan cahaya matahari dalam peredarannya. Fenomena ini, lanjutnya, menjadi dasar perhitungan kalender Islam yang menggunakan siklus bulan. “Keterkaitan antara matahari dan bulan adalah salah satu bukti kekuasaan Allah yang tak terbantahkan,” ujarnya.
Berpindah ke ayat “Demi malam saat menutupinya (gelap gulita),” Fauzan mengingatkan pentingnya malam sebagai waktu istirahat. “Allah menciptakan malam untuk menutupi cahaya matahari, memberikan ketenangan setelah aktivitas seharian,” jelasnya. Menurut Fauzan, pergantian siang dan malam adalah bukti sempurnanya ciptaan Allah.
Dalam pembahasan ayat “Demi langit serta pembuatannya,” Fauzan menegaskan bahwa langit dan benda-benda langit tunduk pada pengelolaan Allah. “Semua bergerak sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh-Nya,” tambahnya. Hal ini diperkuat dengan penjelasan pada ayat “Demi bumi serta penghamparannya,” yang menunjukkan bahwa bumi telah diciptakan dengan sempurna sebagai tempat tinggal makhluk hidup.
Kajian kemudian berkonsentrasi pada manusia sebagaimana diungkapkan dalam ayat “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).” Fauzan menjelaskan bahwa Manusia sebagai Hamba Allah jangan khawatir kalau kamu mau bersih-bersih Jiwa maka insyaallah engkau akan menjadi berstatus sebagai orang yang Qad aflaha,” tegasnya.