web stats
Home » ‘Berpamitan’ dengan Baginda Rasulullah SAW 

‘Berpamitan’ dengan Baginda Rasulullah SAW 

by Redaksi
0 comment

Oleh: KH. Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I

Alhamdulillah, pagi ini ba’da Subuh, Kamis, 15 Dzulhijjah 1446 H, saya berpamitan kepada Baginda Rasulullah ﷺ dengan mengucapkan:

الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ الرِّسَالَةَ، وَأَدَّيْتَ الْأَمَانَةَ، وَنَصَحْتَ الْأُمَّةَ، وَجَاهَدْتَ فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ، وَأَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ.

“Shalawat dan salam untukmu, wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Salam sejahtera bagi kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah, menasihati umat, dan berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Sungguh, aku termasuk orang yang bersaksi atas hal itu di hadapan Allah Ta’ala.”

Shalawat dan salam kepada Rasulullah ﷺ akan sampai kepada beliau di mana pun umat menyampaikannya. Hal ini merupakan keyakinan yang pasti, sebagaimana penjelasan Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh:

فَالصَّلَاةُ تَصِلُ إِلَيْهِ مِنَ الْبَعِيدِ كَمَا تَصِلُ إِلَيْهِ مِنَ الْقَرِيبِ
“Shalawat dan salam akan sampai kepada Nabi ﷺ dari jarak jauh, sebagaimana sampainya dari jarak dekat.”
(Majmū’ al-Fatāwā, 27:322)

Namun, hadis berikut memberikan kesan spiritual (ruhaniyyah) yang sangat mendalam:

مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ
“Tidaklah seseorang mengucapkan salam kepadaku, melainkan Allah mengembalikan ruhku kepadaku sehingga aku dapat membalas salamnya.”
(HR. Abu Dawud; dinilai hasan oleh Al-Albani)

Di luar nalar bayānī (tekstual), tindakan “berpamitan” ini merupakan ekspresi spiritual (‘irfānī) yang lebih mengutamakan kepekaan batin daripada nalar akal yang kering.

Demikian pula riwayat tentang Imam Malik rahimahullāh, yang melepas alas kaki saat melangkah di sekitar Masjid Nabawi (Madinah). Ketika ditanya alasannya, beliau menjawab:
“Sungguh tidak pantas aku menginjak tanah dengan alas kaki, sementara tanah ini pernah diinjak oleh kaki mulia Rasulullah ﷺ!”

Ini bukanlah dalil tentang kewajiban melepas alas kaki di Madinah, melainkan bukti ketajaman “rasa” yang melampaui nalar.

Wallāhu a‘lamu bish-shawāb.

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00