TABLIGH.ID, YOGYAKARTA – Dalam pidato yang sarat gagasan dan pandangan global, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Dr. Haedar Nashir, M.Si, menandai peluncuran Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) sebagai momen penting dalam sejarah peradaban Islam. Bertempat di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan, Universitas Aisyiyah Yogyakarta, pada Rabu, 25 Juni 2025, Haedar menyebut peluncuran ini sebagai babak baru bagi umat Islam dan kontribusi Muhammadiyah bagi dunia.
“Hari ini merupakan momen yang sangat penting dalam sejarah perjalanan Muhammadiyah dalam mengabdi bagi kepentingan dunia Islam khususnya, dan dunia internasional serta peradaban umat manusia pada umumnya,” ujar Haedar di hadapan para tamu dari berbagai negara, organisasi Islam, dan lembaga pemerintah.
KHGT, menurut Haedar, lahir dari kerja panjang Majelis Tarjih dan Tajdid yang akan memasuki usia satu abad pada 2027. Ia menyampaikan ucapan tahniah atas peluncuran KHGT serta apresiasi kepada semua pihak yang terlibat, termasuk Kementerian Agama dan Kementerian Luar Negeri.
“Muhammadiyah menghadirkan KHGT untuk menegaskan peran dan posisinya dalam kehidupan umat Islam di tengah dinamika global yang makin terkoneksi. Kita hidup dalam arus globalisasi yang lintas batas, yang menuntut keseragaman dalam hal-hal mendasar, termasuk kalender,” jelas Haedar.
Ia menambahkan, Islam adalah agama kosmopolit yang mengandung nilai-nilai universal. Sejarah mencatat, Islam pernah menembus batas-batas geografis dan budaya hingga menjangkau Eropa, Asia, dan Afrika. “Kalender Hijriah Global Tunggal adalah bentuk ijtihad akbar untuk menyatukan hari dan tanggal umat Islam secara global,” tegasnya.
Haedar juga menekankan bahwa KHGT tidak membuat Muhammadiyah tercerabut dari akar kebangsaannya. “Kita punya dokumen penting, ‘Negara Pancasila sebagai Darul ‘Ahdi wa Syahadah’, yang menjadi pijakan untuk tetap berkhidmat di Indonesia sambil bergerak dalam semangat universal,” katanya.
Dalam pandangan Haedar, KHGT merupakan bentuk jihad akbar untuk menyatukan umat. Ia mempertanyakan, bagaimana mungkin 1 Ramadhan atau 1 Syawal bisa jatuh pada dua atau tiga hari berbeda, padahal peredaran bulan dan matahari bersifat pasti. “Ini membingungkan umat, terutama generasi muda. Jika umat Kristiani bisa merayakan Natal pada tanggal yang sama di seluruh dunia, mengapa umat Islam belum bisa memiliki satu hari yang sama untuk momen penting keagamaan?” pungkasnya.
Haedar menyebut tiga perspektif utama sebagai fondasi KHGT: universalitas, ukhuwah, dan saintifik. Ia mengajak umat Islam untuk tidak malu mengubah metode, karena metode hanyalah wasilah, bukan tujuan. Ia mengutip teori falsifikasi Karl Popper sebagai dasar ilmiah bahwa setiap metode terbuka untuk pembaruan.
Di akhir pidatonya, Haedar menegaskan bahwa KHGT adalah milik bersama umat Islam. “Jika perlu, hilangkan nama Muhammadiyah dari gagasan ini. Mari bersatu dalam satu hari, satu tanggal, untuk seluruh kawasan dunia Islam,” tutupnya.