web stats
Home » Ketika Sahabat Tergelincir: Kisah Tragis Ar-Rajjāl bin ‘Unfuwwah

Ketika Sahabat Tergelincir: Kisah Tragis Ar-Rajjāl bin ‘Unfuwwah

by Redaksi
0 comment

Oleh Fajar Rachmadani, Lc., M. Hum., P.hD


Al-Imām Ibnu Katsīr dalam salah satu karyanya Al-Bidāyah wan-Nihāyah mengutip sebuah kisah yang sangat dahsyat dari sahabat mulia, Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu.

Kata Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu: “Suatu ketika, Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam sedang duduk santai bersama sebagian sahabat. Di tengah-tengah pembicaraan, tiba-tiba beliau menyampaikan sabdanya.”

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Inna fīkum larajulan ḍirsuhu fī an-nār a‘ẓamu min Jabal Uhud.” “Sesungguhnya, di antara kalian yang hadir saat ini, ada seseorang yang kelak gigi gerahamnya di neraka lebih besar daripada Gunung Uhud.”

Artinya, Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam menegaskan bahwa salah satu sahabat yang saat itu hadir telah ditakdirkan oleh Allah menjadi penghuni neraka. Bahkan disebutkan bahwa gigi gerahamnya di neraka lebih besar daripada Gunung Uhud.

Semua sahabat yang hadir kala itu pulang ke rumah dalam keadaan cemas, waswas, dan ketakutan. Mereka berpikir, “Jangan-jangan, akulah yang dimaksud oleh Nabi sebagai penghuni neraka itu.”

singkat cerita, satu per satu dari sahabat yang hadir waktu itu wafat dalam keadaan beriman: Fulan meninggal dalam keadaan beriman, yang lain juga demikian, hingga akhirnya tersisa dua orang sahabat.

Yang pertama adalah perawi hadis ini sendiri, Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu. Yang kedua bernama Ar-Rajjāl bin ‘Unfuwwah.

Kemudian Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam wafat, dan kepemimpinan dilanjutkan oleh Khalīfah Abū Bakar aṣ-Ṣiddīq raḍiyallāhu ‘anhu. Dalam sejarah, kita mengetahui bahwa Abū Bakar menghadapi berbagai ujian berat, salah satunya adalah munculnya nabi-nabi palsu setelah wafatnya Rasulullah.

Di antara nabi palsu yang paling populer saat itu adalah Musailamah al-Kadhdhāb, yang pengaruhnya luar biasa dahsyat. Karena lisan dan tipu dayanya, banyak orang yang murtad, meninggalkan Islam.

Abū Bakar aṣ-Ṣiddīq kemudian merencanakan menghentikan fitnah Musailamah. Beliau mengutus seorang sahabat yang cerdas, ahli ibadah, ahli Al-Qur’an, dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk menemui Musailamah al-Kadhdhāb. Siapakah yang diutus? Yang diutus adalah Ar-Rajjāl bin ‘Unfuwwah.

Kenapa Ar-Rajjāl? Karena selain alim dan ahli ibadah, dia juga terkenal sebagai seorang negosiator yang piawai. Harapannya, dengan pendekatan yang baik, Musailamah bisa kembali ke jalan yang benar.

Namun, apa yang terjadi?

Begitu Ar-Rajjāl bertemu Musailamah, Musailamah berkata, “Wahai Rajjāl bin ‘Unfuwwah, engkau tidak perlu memintaku kembali ke Islam. Kalau engkau mau, seluruh kekuasaanku akan aku serahkan kepadamu. Jabatan, harta, bahkan wanita tercantik sekalipun, semua aku berikan kepadamu—dengan satu syarat: engkau harus menjadi bagian dariku.”

Ar-Rajjāl bin ‘Unfuwwah —seorang sahabat Nabi, seorang yang pernah berbaiat dan menyaksikan turunnya wahyu, yang mendengar langsung sabda Rasulullah, yang hafal Al-Qur’an, ahli ibadah— tergoda oleh tawaran dunia: harta, jabatan, wanita.

Akhirnya, ia menjual akidahnya. Ia bergabung dengan Musailamah al-Kadhdhāb.

Bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan, karena kecerdasan Ar-Rajjāl melebihi Musailamah sendiri, orang-orang yang murtad semakin banyak.

Singkat cerita, pada tahun 11 Hijriyah, Abū Bakar memerangi Musailamah al-Kadhdhāb dan Ar-Rajjāl bin ‘Unfuwwah. Dalam peperangan itu, Musailamah terbunuh di tangan Al-Wahsyī, dan Ar-Rajjāl bin ‘Unfuwwah terbunuh di tangan Zaid bin al-Khaṭṭāb.

Ar-Rajjāl bin ‘Unfuwwah, sahabat Nabi, mati dalam keadaan hina — su’ul khātimah. Maka terbuktilah sabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam, bahwa di antara mereka ada yang gigi gerahamnya di neraka lebih besar daripada Gunung Uhud. Ternyata yang dimaksud adalah Ar-Rajjāl bin ‘Unfuwwah.

Abū Hurairah pun berkata dengan lega, “Ternyata bukan aku yang dimaksud oleh Nabi.”


Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini?

Ar-Rajjāl bin ‘Unfuwwah, seorang sahabat Nabi yang alim dan ahli ibadah, mengakhiri hidupnya dengan su’ul khātimah. Betapa dahsyatnya fitnah dunia — fitnah harta, jabatan, dan wanita.

Maka benarlah sabda Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wasallam: “Inna likulli ummatin fitnah, wa fitnatu ummatī al-māl.” “Setiap umat memiliki ujian. Dan ujian terbesar bagi umatku adalah harta.”

Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda: “Ittaqud-dunyā wa ittaqun-nisā’.”
“Waspadalah terhadap dunia, dan waspadalah terhadap wanita.” Karena fitnah pertama yang menimpa Banī Isrā’īl adalah fitnah perempuan.

Ar-Rajjāl bin ‘Unfuwwah yang begitu tinggi derajatnya, tergoda oleh dunia. Lalu bagaimana dengan kita —yang bukan ahli ibadah, bukan ahli ilmu?

Kalau tidak ada filter berupa qana‘ah dan syukur dalam diri kita, maka penyakit tamak akan membinasakan kita.

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam memberikan perumpamaan dalam hadis riwayat at-Tirmidzī:
“Tidaklah dua ekor serigala lapar yang dilepaskan ke tengah kawanan kambing, lebih merusak daripada kerakusan manusia terhadap harta dan kedudukan yang bisa menghancurkan agamanya.”

Kalau kita baca berita hari ini, ada korupsi sampai ratusan triliun. Yang korupsi itu bukan orang fakir. Tapi karena sifat tamak, dia menggadaikan keimanan dan akidah demi dunia.

Bayangkan kerugian negara ratusan triliun itu kalau digunakan untuk menggaji guru honorer, guru-guru TPA yang selama ini hanya dibayar dengan “syukran jazīlan.” Tidak akan ada lagi guru yang mengajar 9 bulan tanpa gaji.

Tidak akan ada lagi anak yatim yang mencuri pisang karena kelaparan lalu diarak warga. Tidak akan ada orang yang sakit kritis tapi tidak punya BPJS, lalu meninggal dalam keadaan tidak tertolong.

Maka Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam telah mewanti-wanti kita: Fitnah dunia, fitnah harta, fitnah jabatan, sungguh sangat membinasakan.

Apakah dunia, jabatan, dan kedudukan itu salah? Tidak. Dunia akan menjadi masalah jika berada di tangan orang yang salah. Tetapi dunia akan menjadi berkah jika berada di tangan orang-orang yang amanah dan jujur.

Di akhir zaman ini, godaan semakin besar. Ujian semakin berat. Maka tidak ada cara terbaik bagi kita kecuali memperkuat keimanan, meningkatkan qana‘ah, dan mensyukuri nikmat Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā.

Mari kita terus mendekatkan diri kepada Allah, memohon perlindungan bagi diri kita, keluarga kita, dan umat Islam dari fitnah dunia, dari sifat tamak, dan dari su’ul khātimah.

Ditranskrip

https://www.youtube.com/watch?v=s-ZrTIpzD4Y

Khutbah di Masjid  KH. Ahmad Dahlan UMY  dengannjudul asli (Jangan Gadaikan Iman mu ) – May 30, 2025

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00