web stats
Home » Tasū‘ā dan ‘Āsyūrā: Puasa Sunnah yang Sarat Makna

Tasū‘ā dan ‘Āsyūrā: Puasa Sunnah yang Sarat Makna

by Redaksi
0 comment


Oleh: Dr. Hakimuddin Salim, Lc., MA.


Kita saat ini berada di awal bulan Muharram, dan sebentar lagi kita akan memasuki hari yang mulia, yaitu Hari ‘Āsyūrā, tanggal 10 Muharram. Ini adalah hari istimewa yang disunnahkan bagi kita semua untuk melaksanakan puasa. Dalam hadis dari Abu Qatādah, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Puasa pada hari ‘Āsyūrā dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu.” (Yukaffiru as-sanah al-mādiyah)

Maka dari itu, kita dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 10 Muharram.

Apa sejarah dari 10 Muharram ini?

Pada tanggal tersebut, ribuan tahun yang lalu, Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menurunkan mukjizat kepada Nabi Musa ‘alaihis-salām. Saat itu, Allah membelah lautan untuk menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dari kejaran Fir‘aun dan bala tentaranya.

Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut. Di kanan dan kiri mereka hanya ada gunung-gunung batu, di depan lautan luas, dan di belakang mereka Fir‘aun beserta pasukannya lengkap dengan kereta perang dan senjata. Lalu Allah membelah lautan melalui tongkat Nabi Musa sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

“Dan ingatlah ketika Kami membelah laut untuk kalian, lalu Kami menyelamatkan kalian dan menenggelamkan Fir‘aun beserta tentaranya, dan kalian menyaksikannya.” (QS. Al-Baqarah: 50)

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Muharram. Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan para sahabat untuk berpuasa pada hari tersebut. Namun para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi juga berpuasa pada hari itu, karena hari itu tercantum dalam kitab Taurat mereka sebagai hari penyelamatan nenek moyang mereka dari Bani Israil.”

Maka Rasulullah pun bersabda, “Kita lebih berhak terhadap Musa daripada mereka.” Untuk menyelisihi orang-orang Yahudi, Rasulullah menganjurkan agar umat Islam juga berpuasa pada tanggal 9 Muharram. Ini disebut dengan puasa Tāsū‘ā (yaum tasū‘ā) dan puasa ‘Āsyūrā.

Kalau ingin sempurna mengikuti sunnah Rasulullah, maka puasalah tanggal 9 dan 10 Muharram. Jika dilihat dalam kalender tahun ini, 9 dan 10 Muharram jatuh pada hari Sabtu dan Ahad.

Jangan lupa, teman-teman sekalian, laksanakan puasa sunnah Tasū‘ā dan ‘Āsyūrā. Fadhilahnya luar biasa: puasa 10 Muharram menghapus dosa setahun yang lalu. Sementara puasa tanggal 9, di antara hikmahnya adalah untuk tidak menyerupai orang Yahudi.

Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Khaliful-Yahūd wa an-Naṣārā, selisihilah orang Yahudi dan Nasrani.”

Jika tidak sempat berpuasa pada tanggal 9, sebagian ulama membolehkan menggantinya dengan puasa pada tanggal 11 Muharram. Jadi, bisa 9 dan 10, atau 10 dan 11. Bahkan ada pula yang menganjurkan berpuasa tiga hari berturut-turut (9, 10, dan 11) karena pahala itu sebanding dengan tingkat usaha dan kesungguhan kita.

Kalau kita tadabburi lebih dalam, peristiwa terbelahnya laut yang dahsyat itu juga dikonfirmasi dalam kitab-kitab samawi lain, bahkan dalam penelitian ilmiah modern. Sejak tahun 1988, seorang arkeolog dari Universitas Stockholm bernama R.W. melakukan penyelaman di Laut Merah—tepatnya di Teluk Nuweiba (bukan antara Mesir dan Arab Saudi)—dan menemukan fosil tulang kuda serta roda-roda kereta perang kuno yang usianya diperkirakan sekitar 3.500 tahun, sesuai dengan masa Ramses II.

Sejumlah sejarawan memperkirakan lintasan laut yang dilalui Nabi Musa dan Bani Israil sepanjang 1.800 meter, lebar 900 meter, dan kedalaman rata-rata sekitar 850 meter. Jumlah pengikut Nabi Musa disebutkan mencapai 600.000 orang. Secara kasar, dibutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk melintasinya.

Kalau dihitung-hitung secara ilmiah, energi yang dibutuhkan untuk menyibakkan laut sedalam dan sepanjang itu mencapai 800.000–1.000.000 Newton/meter. Ini tentu mustahil jika hanya mengandalkan pukulan tongkat. Inilah kekuasaan Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā, mukjizat yang luar biasa.

Maka kita sebagai mukmin jangan pernah ragu terhadap pertolongan Allah. Jika kita komitmen kepada syariat Allah dan mau menolong agama-Nya, maka Allah pun akan menolong kita:

“In tanṣurullāha yanṣurkum.” Jika kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian. (QS. Muhammad: 7)

Bentuk pertolongannya bisa di luar logika manusia. Nabi Musa pun tidak pernah membayangkan laut akan terbelah. Tapi itulah bentuk ikhtiar maksimal—lari terus hingga ujung. Setelah ikhtiar maksimal, datanglah pertolongan Allah.

Begitu pula kita. Jangan hanya mengandalkan doa tanpa usaha. Kalau besok ujian tapi tidak belajar, lalu bilang “tawakal”—itu keliru. Usaha harus maksimal, sampai ujung. Lalu serahkan hasilnya kepada Allah. Bila kita sudah pantas ditolong, pasti Allah akan turunkan pertolongan dengan cara yang tak kita duga.


Demikian sedikit tarbiyah bil-aḥdāts menjelang tanggal 10 Muharram—yang insya Allah jatuh pada hari Ahad, dan 9 Muharram pada hari Sabtu. Jangan lupa, laksanakan puasa sunnah: yaum ‘Āsyūrā dan, jika mampu, tambahkan dengan yaum Tāsū‘ā atau yaum 11 bagi yang belum sempat di hari sebelumnya.

Semoga Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā memperkuat keimanan kita dan mencurahkan rahmat-Nya kepada kita sebagaimana Dia menolong hamba-hamba-Nya yang istiqamah. Āmīn.

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00