Bantul (27/07/2025) — Pengajian Ahad Kliwon #2 yang digelar di Masjid Al Musannif, Tabligh Institute Muhammadiyah, berlangsung khidmat dan penuh makna pada Ahad pagi, 27 Juli 2025. Dalam pengajian yang dipenuhi jamaah dari berbagai daerah tersebut, hadir sebagai penceramah utama Dr. Hakimuddin Salim, Lc., M.A., Ketua Bidang Pembinaan Keluarga, Remaja, dan Jamaah Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Mengangkat tema “Reuni Keluarga di Surga: Mungkinkah?”, Dr. Hakimuddin menyampaikan materi strategis yang menjadi fokus pembahasan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta, yakni ketahanan keluarga sebagai pilar keimanan dan pembinaan generasi.
“Bapak-Ibu sekalian pasti punya keluarga, punya pasangan, atau minimal punya orang tua. Bagaimana mungkin kita hadir di dunia tanpa lahir dari rahim seorang ibu?”, ujar beliau membuka tausiyahnya, dengan gaya tutur khas yang santai, akrab, dan menyentuh.
Mengutip QS. At-Tûr ayat 21, Dr. Hakimuddin menekankan bahwa Allah menjanjikan kemuliaan bagi keluarga beriman untuk berkumpul kembali di surga, bahkan meskipun tingkat amal dan kesalehan antar anggota keluarga berbeda-beda.
“Walladzīna āmanū wattaba‘athum dzurriyyatuhum bi īmān… Allah akan pertemukan kembali orang-orang beriman dan keturunannya yang mengikuti mereka dalam keimanan. Ini janji Allah,” tegas beliau.
Beliau kemudian mengutip tafsir dari Ibnu Abbas dan Imam Ath-Thabari, yang menjelaskan bahwa anak-anak dari orang tua yang beriman akan di-upgrade derajatnya di surga meski amal mereka belum sepadan—sebagai bentuk tamām an-ni‘mah (kesempurnaan nikmat) bagi penghuni surga.
Dengan perumpamaan sederhana namun mengena, beliau menggambarkan surga seperti gedung bertingkat di Tabligh Institute.
“Kalau gedung Tabligh Institute ada empat lantai, maka surga lebih banyak lagi. Kalau orang tuanya saleh di lantai paling atas, anak-anaknya bisa ‘naik’ ke atas agar bisa reuni bersama.”
Namun, Dr. Hakimuddin menegaskan bahwa reuni keluarga di surga bukanlah hal otomatis, melainkan memerlukan dua syarat utama:
- Orang tua harus beriman dan saleh.
- Anak-anak juga harus beriman dan mengikuti orang tuanya dalam keimanan.
“Kalau satu di surga, satu lagi di neraka, tidak akan bertemu. Karena itu, bentuk cinta sejati kepada anak adalah memastikan mereka tetap dalam keimanan hingga akhir hayat,” lanjutnya.
Ceramah yang berlangsung selama 40 menit itu tidak hanya menyentuh sisi spiritual, tetapi juga menyinggung realitas sosial dan tantangan kekinian, terutama dalam mendidik anak-anak zaman sekarang yang hidup di era digital.
“Kita tidak tahu apa yang anak-anak kita tonton tengah malam, dengan pintu kamar terkunci. Jangan-jangan mereka sudah terpapar pornografi atau ikut judi online,” ungkapnya dengan nada prihatin.
Ia juga menyampaikan bahwa menurut laporan Kementerian Sosial, 10% pelaku judi online adalah anak di bawah umur. Ia mengajak orang tua untuk secara aktif memeriksa riwayat gadget anak dan membina mereka dengan penuh cinta dan kesadaran agama.
Dalam bagian akhir ceramahnya, beliau mengingatkan bahwa keluarga yang tidak dibingkai dengan keimanan justru bisa saling menyalahkan di akhirat, sebagaimana disebut dalam QS. Az-Zukhruf: 67 dan QS. ‘Abasa.
“Nanti suami bisa menyalahkan istri, istri menyalahkan suami, anak menyalahkan orang tua, dan sebaliknya. Kecuali orang-orang yang bertakwa,” tegasnya.
Karena itu, beliau mengajak jamaah untuk membangun rumah tangga yang berorientasi kepada Allah:
- Bingkai hubungan keluarga dengan niat karena Allah.
- Tegakkan syariat Islam dalam rumah tangga.
- Laksanakan amar makruf nahi munkar di dalam keluarga.
“Kalau Ibu bikin kopi buat suami karena Allah, itu berpahala. Kalau Bapak memberi nafkah dengan niat lillahi ta‘ala, itu bisa jadi sebab masuk surga,” serunya.
Ceramah ditutup dengan ajakan agar para jamaah tidak hanya menjadi pendengar, tapi juga menjadi duta dakwah di lingkungan masing-masing, terutama di keluarga sendiri.
“Panjenengan yang hadir di sini adalah utusan Muhammadiyah dari berbagai daerah. Meskipun orang Kasihan, tapi ini Majelis Tabligh Pusat. Besok ajak Bapak-bapaknya ya Bu. Bilang: ‘Kamu pengin masuk surga bareng aku atau tidak?’” pungkasnya, disambut tawa dan semangat jamaah.
Pengajian Ahad Kliwon ini merupakan agenda rutin Tabligh Institute Muhammadiyah yang menggabungkan nuansa ilmiah, reflektif, dan spiritual. Kehadiran Dr. Hakimuddin Salim dengan materi yang membumi namun sarat dalil, menjadikan pengajian ini bukan hanya sebagai forum ilmu, tapi juga momen penyadaran akan pentingnya membina keluarga menuju surga.