TABLIGH.ID, YOGYAKARTA – Pusdiklat Tabligh Institute Muhammadiyah menjadi tuan rumah Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Risalah Islam Berkemajuan dalam Perspektif Sirah Nabawiyah”, Sabtu (16/8/2025). Acara ini menghadirkan Founder Sirah Community, KH. Asep Sobari, Lc., yang tampil sebagai pembedah utama.
Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, KH. Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I., yang turut sebagai pengantar diskusi ini memaparkan pandangannya bahwa istilah Islam Berkemajuan lahir dari proses perenungan panjang di tubuh Muhammadiyah. Awalnya, istilah ini dipandang sebagai alternatif dari sebutan Islam modernis yang sarat kritik, maupun Islam progresif yang juga tidak luput dari catatan kritis. Dari situlah dicari istilah yang lebih membumi, hingga lahir istilah Islam Berkemajuan yang menegaskan bahwa kemajuan adalah sifat melekat dalam Islam itu sendiri.
“Sejak era Prof. Din Syamsuddin hingga 2022, istilah ini terus menjadi bahan perbincangan dan akhirnya dirumuskan sebagai dokumen penting Muhammadiyah. Dokumen ini lahir dari kerja kolektif para ulama dan cendekiawan Muhammadiyah, untuk memandu arah dakwah dan amal usaha persyarikatan,” jelas Fathurrahman.
Lebih lanjut, ia menyebut risalah Islam Berkemajuan berpijak pada visi Al-Qur’an yang menyeluruh, sebagaimana digagas tokoh pembaharu Muhammad Rasyid Ridha dengan delapan bidang al-islah: agama, sosial, politik, ekonomi, pendidikan, akhlak, ilmu pengetahuan, dan peradaban.
Sejarah Nabi Muhammad SAW juga menjadi rujukan penting. Menurut Fathurrahman, Al-Qur’an menggambarkan jahiliyah dalam empat dimensi: epistemologi yang jauh dari wahyu, sistem hukum yang rusak, budaya yang menyimpang, serta watak sombong dan fanatik. Islam hadir untuk mengoreksi itu semua, dengan fondasi ilmu, tauhid, penyucian jiwa, dan penguatan peradaban.
Dalam konteks Muhammadiyah, Islam Berkemajuan bukanlah varian baru, tetapi penegasan ruh ajaran Islam autentik yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, menghidupkan ijtihad dan tajdid, mengembangkan moderasi (wasathiyah), serta menjadi rahmat bagi semesta alam.
Risalah ini juga diimplementasikan melalui empat dimensi gerakan Muhammadiyah: dakwah yang inklusif, tajdid sebagai pemurnian sekaligus dinamisasi, pengembangan ilmu yang integratif, serta amal dalam bentuk pelayanan umat di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Untuk itu, ia mengemukakan bahwa pentingnya membaca risalah Islam Berkemajuan melalui perspektif sirah nabawiyah, agar lebih kokoh secara wahyu dan historis. “Dengan merujuk pada perjalanan Rasulullah, kita bisa melihat bagaimana Islam membangun peradaban dari Mekah hingga Madinah, dengan fondasi ilmu, iman, dan amal yang saling menopang,” ujarnya.
FGD ini menjadi salah satu upaya Majelis Tabligh Muhammadiyah untuk memperkuat pemahaman para mubaligh tentang dokumen Islam Berkemajuan, sekaligus menyebarkannya secara luas ke tengah umat. Harapannya, risalah ini dapat menjadi panduan dakwah yang konsisten dan membawa Islam tampil sebagai agama yang membangun peradaban berkemajuan bagi seluruh umat manusia.
Selain KH. Fathurrahman Kamal dan KH. Asep Sobari, FGD ini juga dihadiri langsung oleh Dr. Askuri, M.Si., Sekretaris Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, serta Ir. Supriyadi, Bendahara Umum Majelis Tabligh PP Muhammadiyah dan pengurus lainnya

