TABLIGH.ID, PONOROGO – Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I., mengingatkan pentingnya memaknai bulan Rabiul Awal sebagai momentum lahirnya Nabi Muhammad SAW. Pesan itu ia sampaikan dalam Pengajian Ahad Pagi Al-Manar di halaman Masjid Al-Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Minggu, 24 Agustus 2025.
Fathurrahman menyebut kelahiran Nabi bukan sekadar peristiwa sejarah, tetapi awal dari dakwah yang masih dirasakan manfaatnya hingga kini. “Mata rantai dakwah Rasulullah itu tersambung sampai Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Inilah bukti kelahiran Nabi membawa berkah yang terus hidup,” ujarnya.
Ia menuturkan, kegembiraan atas kelahiran Nabi bahkan diakui dalam banyak riwayat. Abu Lahab, yang dikenal sebagai penentang dakwah, mendapat keringanan azab hanya karena bergembira saat Rasulullah lahir dan membebaskan budaknya. “Kalau orang kafir saja mendapat keringanan, apalagi kita yang beriman dan selalu mencintai beliau,” katanya.
Dalam pandangannya, Maulid Nabi harus dimaknai lebih dari sekadar ritual seremonial. Rabiul Awal adalah momentum memperbarui kecintaan kepada Rasulullah dengan meneladani ajaran dan akhlaknya. “Cinta Nabi itu bukan hanya ucapan, tetapi juga sikap hidup yang menegakkan iman, amal, dan dakwah,” ucapnya.
Fathurrahman mengutip pandangan ulama bahwa kebahagiaan karena kelahiran Nabi adalah bentuk syukur yang mendatangkan rahmat Allah. Ia menyinggung karya ulama klasik seperti Ibnu Nasiruddin yang menulis puisi tentang makna kegembiraan Maulid. “Jika Abu Lahab saja diberi keringanan, maka bagaimana dengan orang beriman yang seumur hidupnya gembira dengan kelahiran Muhammad?” tuturnya.
Ia menekankan, kelahiran Nabi adalah karunia terbesar bagi umat manusia. Allah menyebutnya dalam Al-Qur’an sebagai rahmatan lil ‘alamin. “Kita tidak pernah meminta lahir dalam keadaan Islam, tapi Allah menghadiahkan itu lewat Rasulullah. Itulah nikmat terbesar yang patut kita syukuri,” katanya.
Menurut Fathurrahman, peringatan Maulid harus menumbuhkan kesadaran akan pentingnya iman sebagai fondasi hidup. “Ilmu, teknologi, dan kemajuan dunia tidak berarti tanpa iman. Hanya iman yang memberi kedamaian sejati, sebagaimana ditunjukkan Nabi,” ujarnya.
Ia mengajak jamaah untuk mengisi peringatan Maulid dengan memperkuat keteladanan Rasulullah dalam kehidupan sosial. “Nabi adalah teladan kasih sayang, bahkan terhadap non-Muslim. Spirit itu yang harus kita hidupkan dalam masyarakat kita,” jelasnya.
Fathurrahman menutup tausiyah dengan mengingatkan kembali posisi Nabi sebagai rahmat semesta. “Orang beriman akan mendapat hidup yang baik di dunia dan surga di akhirat. Maulid ini harus menjadi pengingat bahwa hadirnya Nabi adalah hadiah terindah dari Allah,” katanya.