Introspeksi Jadi Tradisi Penting dalam Gerakan Muhammadiyah

YOGYAKARTA – Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus Wakil Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Mhd Lailan Arqam, S.Pd., M.Pd., dalam pengajian malam Selasa, 26 Agustus 2025 di Madrasah Mu’allimin, menegaskan kembali pentingnya amalan introspeksi (intiqad) sebagai salah satu warisan pemikiran besar K.H. Mas Mansur.

Menurut Lailan Arqam, introspeksi merupakan poin keempat dari “Langkah Dua Belas Muhammadiyah” yang digagas K.H. Mas Mansur, tokoh kelahiran 1900 yang dikenal sebagai ulama pendidik dan pemikir pembaharu. “Poin ini menyiratkan bahwa Muhammadiyah senantiasa berproses, berusaha memperbaiki dan memperbesar segala usaha serta pekerjaannya, tidak berhenti pada keinginan tanpa tindakan nyata,” ujarnya.

Amalan introspeksi, lanjutnya, berarti muhasabah atau evaluasi diri secara berkelanjutan. Hal itu sejalan dengan pesan Rasulullah SAW dan sabda beliau: “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.” Dalam konteks Islam, introspeksi tidak hanya berkaitan dengan ibadah mahdhah seperti shalat, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk dakwah, tanggung jawab sosial, hingga pengelolaan lembaga.

Lailan mengutip firman Allah dalam Surah Al-Hasyr ayat 18: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.” Menurutnya, ayat ini mengandung pesan agar setiap muslim senantiasa berbenah untuk masa depan, baik di dunia maupun akhirat.

Dalam penjelasannya, Lailan menyampaikan tiga bentuk introspeksi yang diwariskan K.H. Mas Mansur. Pertama, introspeksi terhadap diri sendiri, dengan cara mengevaluasi pelaksanaan ibadah dan tanggung jawab sehari-hari. Kedua, introspeksi terhadap sesama muslim, dengan mengingatkan dalam kebaikan tanpa mencari aib. Ketiga, introspeksi terhadap lembaga, agar keputusan dan program yang sudah dirumuskan tidak hanya berhenti di atas kertas, tetapi benar-benar terealisasi.

“Introspeksi harus menjadi budaya di Muhammadiyah, baik secara pribadi maupun kelembagaan. Kader persyarikatan ditandai oleh kesediaannya untuk mengoreksi diri sendiri dan menerima koreksi dari orang lain demi kebaikan bersama,” jelasnya.

Ia menegaskan, amalan ini membentuk pribadi yang rendah hati, organisasi yang dinamis, serta masyarakat yang tangguh dan beradab. Introspeksi bukan hanya konsep teoretis, melainkan praktik nyata yang menjaga Muhammadiyah tetap bergerak maju dan dekat dengan ridha Allah SWT.

Related posts

Rasulullah sebagai Cahaya dan Rahmat dalam Kehidupan Nyata

KH. Fathurrahman Kamal: “Jika Ingin Masuk Surga, Jadilah Orang Muhammadiyah”

Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Kunjungi Madrasah Diniyah Tempurejo, Ngawi