TABLIGH.ID, KUDUS, 28 September 2028 – Dalam Kajian Ahad Pon yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kudus , di Gedung Jam’iyyatul Hujjaj Kudus (JHK), KH. Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I. menyampaikan kajian mendalam tentang hakikat ibadah, godaan setan, dan penyakit hati yang menjadi pintu menuju neraka. Kajian ini diikuti oleh ratusan jamaah yang dengan khusyuk mendengarkan penjelasan beliau.
KH. Fathurrahman membuka dengan penjelasan mengenai Baitul Makmur, tempat para malaikat bertawasul kepada Allah dengan cara tawaf. Setiap saat, tidak kurang dari tujuh puluh ribu malaikat silih berganti mengelilingi Baitul Makmur sebagai bentuk penghambaan. Riwayat ini, kata beliau, memberikan pelajaran penting bagi manusia tentang betapa dekatnya malaikat dengan Allah melalui ibadah yang terus-menerus.
Beliau kemudian menyinggung kisah Nabi Adam `alaihissalam yang diuji Allah di surga dengan larangan mendekati pohon tertentu. Godaan setan berhasil menjerumuskan Adam dengan tipu daya dan sangsi, seolah larangan itu agar Adam tidak menjadi seperti malaikat. “Inilah cara setan bekerja, membuat manusia menawar dan menafsir ulang hukum Allah. Hermeneutika konstitusional pertama justru dilakukan oleh iblis, yang merasa lebih paham dari Sang Pemberi Teks,” tegas KH. Fathurrahman.
Menurut beliau, inilah awal dari dua pintu neraka, yaitu al-ghurur (terpedaya dan sombong) serta thuma’ninah yang keliru (merasa aman dari makar Allah). Kedua penyakit hati ini membuat Adam dan Hawa akhirnya diturunkan ke bumi. Namun, problem terbesar Adam ketika berada di bumi bukanlah infrastruktur atau fasilitas, melainkan kegelisahan spiritual karena tidak lagi menyaksikan malaikat bertawaf di Baitul Makmur.
Atas kegelisahan itu, Nabi Adam memohon kepada Allah agar dibangunkan rumah ibadah yang bisa menjadi tempat tawaf sebagaimana para malaikat. Maka Allah menurunkan Ka’bah sebagai rumah pertama yang diletakkan di tengah bumi. KH. Fathurrahman menegaskan, kesadaran pertama manusia adalah kedekatan kepada Allah. Kata “insan” sendiri berasal dari “al-uns” yang berarti mesra dan akrab dengan Allah.

Dalam lanjutan kajiannya, beliau menyebutkan problem ketiga yang dihadapi manusia, yaitu al-hasad (iri dan dengki). Hal ini terbukti dalam kisah perselisihan dua putra Adam hingga terjadi pembunuhan pertama di muka bumi. “Tiga penyakit hati inilah yang menjadi pintu neraka: al-ghurur, al-khiyanah, dan al-hasad. Jika masyarakat ingin bersih, mereka harus menjauhi tiga hal ini,” ujarnya.
KH. Fathurrahman kemudian mengaitkan dengan peran masjid dalam kehidupan umat Islam. Masjid, kata beliau, adalah miniatur Ka’bah di tengah masyarakat, tempat manusia melakukan “tawaf” spiritual dan membangun peradaban. “Peradaban Islam lahir dan berkembang dari masjid. Karenanya, jangan sampai kita keliru. Masjid adalah pusat ibadah dan peradaban, sebagaimana Ka’bah menjadi pusat ibadah di Masjidil Haram,” pungkasnya.
Dengan uraian yang mendalam, KH. Fathurrahman menekankan pentingnya membersihkan hati dari penyakit sombong, khianat, dan iri dengki, serta menjadikan masjid sebagai pusat kedekatan dengan Allah. Kajian ini memberikan bekal berharga bagi jamaah untuk memperkuat iman dan memperbaiki diri di tengah tantangan kehidupan.