TABLIGH.ID, SOLO- Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Solo mencatat sebanyak 15 pelajar di Kota Solo terjangkit HIV. Dari jumlah itu, sebagian diketahui memiliki orientasi seksual sesama jenis. Menanggapi temuan tersebut, KH. Hakimuddin Salim, Lc., M.A., Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menyebut data itu sangat mencemaskan dan harus menjadi peringatan serius bagi masyarakat. “Fenomena semacam ini kerap diibaratkan sebagai gunung es. Yang tampak di permukaan hanya sebagian kecil, sementara bagian yang lebih besar masih tersembunyi,” ujarnya saat mengisi Kajian Tafsir Tarbawi di Masjid Hj. Sudalmiyah Rais Universitas Muhammadiyah Solo, Senin, 29 September 2025.
Hakimuddin yang juga Ketua Bidang Pembinaan Remaja, Keluarga, dan Jama’ah Majelis Tabligh PP Muhammadiyah mengingatkan bahwa isu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) kini hadir begitu dekat dengan kehidupan masyarakat. Bahkan, kata dia, gerakan ini berkembang secara masif di lingkungan sekitar. Karena itu, ia menilai perlu ada pembedaan sikap antara individu dengan gerakan LGBT yang terorganisir.
Menurutnya, individu dengan disorientasi seksual atau yang terinfeksi HIV adalah pihak yang sedang sakit dan menjadi korban. Kepada mereka, masyarakat wajib memberikan kasih sayang, dukungan, rehabilitasi, dan pertolongan. “Ini bagian dari tanggung jawab kemanusiaan kita,” tegasnya. Namun, bila menghadapi LGBT sebagai gerakan sistematis yang aktif mempropagandakan penyimpangan seksual dengan sokongan pendanaan besar, maka sikap yang diperlukan adalah perlawanan tegas. “Gerakan semacam itu harus dibasmi hingga ke akar karena mengancam masa depan generasi bangsa,” ujarnya.
Hakimuddin juga menegaskan bahwa secara medis, penularan HIV memiliki risiko lebih besar melalui hubungan sesama jenis. Temuan kasus di Solo, menurutnya, bukan lagi sekadar ancaman dari luar, melainkan kenyataan yang sudah terjadi di lingkungan masyarakat. Ia menyoroti fakta bahwa gerakan LGBT secara terang-terangan menargetkan anak-anak dan remaja yang awalnya normal untuk diarahkan kepada gaya hidup menyimpang.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya solusi preventif melalui penguatan tarbiyah islamiyah (pendidikan Islam) dan tarbiyah jinsiyah (pendidikan seksual Islami) di berbagai lini, mulai dari keluarga, sekolah, kampus, masjid, hingga pesantren. Menurutnya, Al-Qur’an, Sunnah, dan penjelasan para ulama telah memuat prinsip pendidikan seksual yang dapat menjadi benteng pencegahan, seperti penanaman identitas gender sesuai fitrah, kewajiban menutup aurat, pemisahan tempat tidur anak sejak usia dini, hingga pengawasan ketat terhadap pergaulan.
Ia mencontohkan, Rasulullah SAW menanamkan sifat maskulin pada anak laki-laki dan sifat feminin pada anak perempuan, sebagai langkah mencegah kaburnya identitas gender. Begitu pula perintah menutup aurat dan memisahkan tempat tidur anak pada usia tujuh hingga sepuluh tahun dinilainya sebagai langkah visioner untuk membentengi anak dari perilaku menyimpang. “Fenomena mengerikan seperti grup fantasi sedarah yang pernah viral adalah alarm betapa longgarnya pengawasan pergaulan remaja,” kata Hakimuddin.
Sebagai penutup, ia mengajak seluruh pihak menjadikan temuan KPA Solo sebagai momentum memperkuat kewaspadaan kolektif. “Marilah kita bersama-sama mewaspadai bahaya yang kini nyata di depan mata, sekaligus menguatkan benteng pertahanan melalui pendidikan Islam yang kokoh,” ujarnya.