Mushala Pesantren Al-Khoziny Ambruk, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Sampaikan Pesan Penting dalam Khutbah

TABLIGH.ID, YOGYAKARTA – Peristiwa ambruknya bangunan mushala di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, menorehkan duka mendalam. Musibah yang terjadi saat para santri tengah melaksanakan salat Asar itu menewaskan sejumlah santri, bahkan beberapa di antaranya ditemukan dalam keadaan bersujud. Peristiwa ini menjadi pengingat akan rapuhnya kehidupan sekaligus pentingnya kesungguhan umat Islam dalam memperhatikan fasilitas pendidikan dan peribadatan.

Menanggapi musibah tersebut, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I., dalam khutbahnya di Masjid Al-Musannif, Tabligh Institute Muhammadiyah, Jumat (3/10/2025), menekankan urgensi ilmu, iman, dan ikhtiar dalam kehidupan beragama.

Dalam khutbahnya, ia mengutip firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat 18:

Syahida Allahu annahu la ilaha illa huwa wal-malaikatu wa ulu al-‘ilmi qaaiman bil-qisth
“Allah menyatakan bahwa tiada tuhan selain Dia, demikian pula para malaikat dan orang-orang berilmu, (mereka bersaksi bahwa Allah) menegakkan keadilan.”

Ayat tersebut, menurutnya, menegaskan kemuliaan orang-orang berilmu. Hal ini juga diperkuat oleh Surah Az-Zumar ayat 9:

“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang-orang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.”

Lebih jauh, KH. Fathurrahman mengingatkan sabda Rasulullah SAW:

“Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka Dia akan memahamkan orang tersebut tentang agamanya.”

Ia menegaskan bahwa ilmu adalah cahaya yang mengantarkan manusia kepada ma’rifatullah, pengenalan yang hakiki kepada Allah, serta melahirkan rasa takut kepada-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Fathir ayat 28:

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (orang-orang berilmu).”

Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa wafatnya para santri di bawah reruntuhan bangunan adalah bagian dari tanda husnul khatimah.

“Rasulullah menyebut orang yang meninggal karena tertimpa bangunan sebagai syahid. Apalagi mereka wafat dalam salat dan dalam perjalanan menuntut ilmu agama. Insya Allah mereka syuhada akhirat,” ujarnya.

KH. Fathurrahman juga mengutip keterangan Imam Al-Ghazali tentang dua pokok ilmu: pertama, ilmu yang mengarahkan manusia pada akhlak dan muamalah; kedua, ilmu fardhu kifayah yang menopang kehidupan manusia, termasuk dalam membangun infrastruktur dan fasilitas pendidikan.

“Musibah ambruknya mushala di Pesantren Al-Khoziny adalah pengingat bagi kita semua. Kita tidak boleh berhenti pada ungkapan ‘ini takdir Allah’ tanpa ada ikhtiar untuk memperbaiki fasilitas pendidikan dan masjid sesuai kaidah ilmu pengetahuan. Menyediakan sarana yang layak untuk menuntut ilmu adalah kewajiban kita bersama,” tegasnya.

Ia mencontohkan perubahan besar yang dilakukan Arab Saudi pasca tragedi Mina 1990-an, yang mendorong rekayasa ulang infrastruktur serta revisi fatwa demi keselamatan jemaah haji.

“Takdir Allah memang pasti, tetapi kewajiban kita yang masih hidup adalah memperbaiki fasilitas, memastikan gedung dan masjid dibangun sesuai ilmu pengetahuan dan standar keamanan,” tambahnya.

Meski demikian, KH. Fathurrahman menekankan bahwa wafatnya para santri adalah kemuliaan di sisi Allah. Namun bagi yang masih hidup, kewajiban terbesarnya adalah mengambil pelajaran.

“Allah menjanjikan, siapa saja yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. Karena itu, mari kita jadikan peristiwa ini sebagai momentum memperkuat komitmen terhadap ilmu, iman, dan amal shalih,” pungkasnya.

Usai pelaksanaan salat Jumat, jamaah diajak menunaikan salat ghaib untuk para korban wafat dalam musibah robohnya bangunan mushala di Pondok Pesantren Al-Khoziny.

Related posts

Efek Kesalihan orang Tua pada Anak Keturunan

Rakernas Majelis Tabligh Muhammadiyah II 2025 di Batu-Malang : Rumuskan Arah Dakwah Berkemajuan di Era Kontemporer

Anggota Majelis Tabligh Muhammadiyah Soroti Kasus Pelajar Terjangkit HIV di Solo, Desak Penguatan Pendidikan Seksual Islami