TABLIGH.ID, YOGYAKARTA, 5 Oktober 2025 — Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I., menyampaikan pesan penting tentang makna cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam Pengajian Ahad Kliwon di Masjid Al-Musannif 50, Tabligh Institute Muhammadiyah, Ahad (5/10).
Dalam sambutannya, KH. Fathurrahman menjelaskan bahwa kitab-kitab seperti Al-Barzanji, Ad-Diba’i, maupun Simtud Durar memiliki substansi yang sama, yakni menggambarkan ekspresi cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
“Pada ujungnya, kita pun membaca kitab Barzanji juga. Karena referensinya, buku Barzanji ini sebetulnya kitab yang universal, isinya umum saja. Dalam satu pengajian saya pernah membahas Al-Barzanji, Ad-Diba’i, bahkan Simtud Durar; semuanya sama, menggambarkan mahabbah kita kepada Rasulullah,” ujar KH. Fathurrahman.
Ia menambahkan, setelah kajian tersebut banyak jamaah yang meminta agar beliau melanjutkan pembahasan tentang manaqib, dan rencananya hal itu akan dibahas dalam kesempatan mendatang.
Dalam kesempatan yang sama, KH. Fathurrahman juga menyampaikan apresiasi kepada KH. Tafsir Ketua Pimpinan WIlayah Muhammadiyah Jawa Tengah, salah satu tokoh yang disebutnya banyak memberikan teladan tentang kearifan berdakwah. Beliau berharap ada kolaborasi antara para santri dari berbagai latar belakang untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah.
“Kami ingin nanti ada koalisi antara anak-anak santri Krapyak dengan santri Madrasah Mu’allimin. Agar ukhuwah itu bukan hanya dipidatokan, tapi dilakoni dan dicontohkan,” katanya.
KH. Fathurrahman menegaskan pentingnya memperlihatkan kebersamaan dalam bentuk nyata, termasuk melalui kegiatan budaya seperti hadrah. Ia berharap ke depan kegiatan semacam ini dapat melibatkan berbagai pihak, mulai dari pondok pesantren hingga kampus dan organisasi perempuan Islam.
“Kalau hadrah ini kan peristiwa budaya, jadi tidak apa-apa nanti gabung antara adik-adik dari Mu’allimin dengan Pondok Pesantren Krapyak. Itu contoh bagus. Nanti kita undang juga ibu-ibu ‘Aisyiyah dan Muslimat. Karena masing-masing punya grup hadrah,” jelasnya.
Menutup tausiyahnya, KH. Fathurrahman menekankan bahwa kebersamaan dan kemesraan umat Islam harus diwujudkan secara nyata, bukan hanya menjadi bahan pidato.
“Kita ingin memberikan satu pesan kepada umat, bahwa kebersamaan ini harus ditunjukkan, bukan hanya dipidatokan, tapi diwujudkan. Enak dilihatnya kalau umat ini bersatu,” ungkapnya.
Pengajian juga diwarnai lantunan Thala’al Badru ‘Alaina dan Shalawat Nariyah oleh para peserta, menambah suasana syahdu dan penuh kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.