web stats
Home » Konsolidasi Dakwah Muhammadiyah: Dr. Waluyo Tegaskan Dakwah Harus Terpimpin, Terstandar, dan Terintegrasi

Konsolidasi Dakwah Muhammadiyah: Dr. Waluyo Tegaskan Dakwah Harus Terpimpin, Terstandar, dan Terintegrasi

by Redaksi
0 comment

TABLIGH.ID, YOGYAKARTA, 14 Oktober 2025 — Dalam suasana hangat dan penuh semangat di ruang Zoom, hampir seribu pelaku dakwah Muhammadiyah dari berbagai penjuru Indonesia berkumpul dalam Konsolidasi Akbar Dakwah Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Forum besar ini menjadi momentum penting untuk meneguhkan arah baru dakwah Muhammadiyah: dakwah yang terpimpin, terstandar, dan terintegrasi di seluruh tingkatan organisasi.

Ustadz Dr. Waluyo, Lc., M.A., yang menjadi salah satu narasumber utama, membuka paparannya dengan nada reflektif namun tegas. Ia menilai, semangat dakwah Muhammadiyah telah menyala di banyak tempat, namun perlu sistem dan tata kelola yang lebih kokoh agar menjadi kekuatan peradaban.

“Kita bersyukur, malam ini hampir seribu pelaku dakwah bergabung. Ini bukan sekadar angka. Ini adalah tanda bahwa Muhammadiyah memiliki energi besar dalam dakwah. Tapi energi besar itu harus diorganisasi — karena dakwah tanpa sistem bisa kehilangan arah,” ujar Dr. Waluyo.

Menurutnya, konsolidasi ini bukan sekadar silaturahmi, melainkan upaya membangun kesadaran kolektif bahwa dakwah Muhammadiyah adalah sistem kepemimpinan yang terpadu, bukan aktivitas sporadis yang berjalan sendiri-sendiri.

Ia menjelaskan, arah besar ini merupakan tindak lanjut dari Amanat Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta (2022) yang menugaskan Majelis Tabligh untuk melakukan dua hal mendasar: standarisasi manajemen dakwah dan tata kelola masjid, serta peningkatan kapasitas organisasi dan kepemimpinan dakwah.

“Muktamar telah memberi mandat agar seluruh gerak dakwah Muhammadiyah—baik yang dilakukan oleh mubaligh, takmir, maupun guru TPA—berjalan dalam satu sistem. Karena dakwah bukan hanya bicara, tapi menggerakkan umat,” tegasnya.

Dalam paparannya, Dr. Waluyo menguraikan delapan rujukan dasar dakwah Muhammadiyah yang menjadi panduan kerja seluruh struktur Majelis Tabligh, mulai dari AD/ART, peraturan tentang Majelis dan Lembaga, hingga pedoman masjid dan sertifikasi mubaligh. Semua itu, menurutnya, menunjukkan bahwa Muhammadiyah telah memasuki era manajemen dakwah berbasis data dan standar nasional.

Salah satu langkah strategis yang sedang dijalankan adalah penerapan SITAMA (Sistem Informasi Tabligh Muhammadiyah), platform digital yang menghimpun data mubaligh, imam, khatib, guru TPA, dan masjid Muhammadiyah di seluruh Indonesia.

“Era dakwah manual sudah lewat. Sekarang kita masuk pada dakwah berbasis data. Dengan SITAMA, kita tahu berapa mubaligh kita, di mana mereka berdakwah, dan bagaimana pembinaannya dilakukan secara berjenjang,” jelasnya.

Namun, Dr. Waluyo juga menyoroti sisi lain yang sering terlewat dalam dakwah: kesejahteraan pelaku dakwah. Karena itu, Majelis Tabligh akan memperkuat sinergi dengan LAZISMU berbasis masjid, sebagai langkah konkret untuk menjadikan dakwah lebih berdaya dan mandiri secara ekonomi.

“Takmir, guru TPA, imam, dan mubaligh bukan pekerja sukarela yang dilupakan. Mereka adalah ujung tombak dakwah. Maka harus ada sistem yang menyejahterakan mereka melalui ekosistem ekonomi berbasis masjid,” ujarnya menegaskan.

Konsolidasi ini juga menandai peluncuran program aksi dakwah Muhammadiyah yang lebih konkret: mulai dari Diklat Mubaligh, Diklat Kemasmjidan, hingga Sekolah Kader Dakwah (Kuliatul Mubaligh). Seluruh kegiatan ini akan berujung pada sertifikasi mubaligh dan registrasi masjid Muhammadiyah yang dilakukan melalui sistem digital.

“Ke depan, setiap mubaligh Muhammadiyah akan memiliki Nomor Induk Muhammadiyah (NIM) dan sertifikat resmi dari Majelis Tabligh. Begitu pula seluruh masjid Muhammadiyah wajib diregistrasi dan disertifikasi sebagai amal usaha Persyarikatan,” terang Dr. Waluyo.

Dr. Waluyo menutup pemaparannya dengan penegasan tentang pentingnya kerja sistematis lintas tingkatan. Majelis Tabligh di pusat bertugas membangun regulasi dan sistem pelatihan, wilayah bertanggung jawab atas sosialisasi dan pengawasan, daerah melaksanakan pelatihan dan pembinaan, sedangkan cabang dan ranting menjadi pelaksana langsung di lapangan.

“Majelis Tabligh harus menjadi tulang punggung dakwah Muhammadiyah. Bukan hanya mengajar, tapi juga menata. Bukan hanya berceramah, tapi memimpin,” katanya penuh tekanan.

Konsolidasi Dakwah Muhammadiyah malam itu tidak hanya meneguhkan arah, tetapi juga menyalakan kembali semangat dakwah yang berdisiplin dan berkeadaban.

Dalam suasana digital yang dihadiri hampir seribu peserta, tampak jelas bahwa Muhammadiyah tengah menyiapkan fondasi baru bagi gerakan dakwahnya: berbasis data, berjejaring kuat, dan berorientasi pada peradaban.

Sebagaimana diungkap Dr. Waluyo dalam kalimat penutupnya yang menggema di ruang Zoom,

“Semoga Allah memudahkan ikhtiar besar ini, menjadikannya bagian dari jihad dakwah Muhammadiyah menuju Islam Berkemajuan.”

Forum daring itu pun ditutup dengan doa bersama — mengalir tenang, tapi meninggalkan kesadaran baru: bahwa dakwah bukan sekadar seruan, melainkan sistem yang harus dibangun dengan ilmu, data, dan kepemimpinan.

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00