TABLIGH.ID, YOGYAKARTA, 14 Oktober 2025 — Dalam Konsolidasi Akbar Dakwah Muhammadiyah yang digelar secara daring melalui Zoom Meeting, Selasa (14/10), Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyerukan pentingnya gerakan bersama untuk menyukseskan Program Sensus Tabligh Muhammadiyah. Program ini diinisiasi sebagai langkah awal menuju dakwah berbasis data (evidence-based preaching) agar tata kelola dakwah di seluruh tingkatan Persyarikatan menjadi lebih tertata, terukur, dan strategis.
“Selama ini dakwah Muhammadiyah masih banyak bergantung pada inisiatif personal para mubalig. Ke depan, kita ingin dakwah yang terencana dan berbasis data. Masyarakat kita beragam, maka dakwah yang efektif harus dimulai dari pemahaman berbasis data,” ujarnya di hadapan lebih dari seribu peserta yang hadir dari berbagai wilayah Indonesia.
Dalam pemaparannya, ia menegaskan bahwa data menjadi kebutuhan mendesak dalam tata kelola dakwah Muhammadiyah. Saat ini, jumlah masjid di Indonesia yang tercatat dalam Sistem Informasi Masjid (SIMAS) Kementerian Agama mencapai 315.873 masjid dan 387.996 musala. Dari jumlah itu, tentu terdapat masjid dan musala yang berafiliasi dengan Muhammadiyah, namun hingga kini belum tersedia data pasti mengenai jumlahnya.
“Data sementara yang ada baru sekitar 1.500 masjid, padahal secara logika, dengan 13.843 ranting Muhammadiyah di seluruh Indonesia, seharusnya jumlah masjid Muhammadiyah tidak kurang dari 13 ribu. Ini menunjukkan bahwa kita masih jauh dari tatanan data yang ideal,” jelasnya.
Sensus Tabligh Muhammadiyah diharapkan menjadi fondasi untuk membangun sistem dakwah berbasis data yang komprehensif. Melalui program ini, Majelis Tabligh akan memetakan empat sasaran utama: masjid Muhammadiyah, mubalig Muhammadiyah, pengajian Muhammadiyah, dan struktur Majelis Tabligh di semua tingkatan.
Untuk mendukung program tersebut, Majelis Tabligh telah mengembangkan Sistem Informasi Tabligh Muhammadiyah (SITAMA), sebuah platform digital yang memungkinkan integrasi data masjid, mubalig, dan pengajian di seluruh Indonesia. Namun, tingkat partisipasi yang masih rendah menjadi tantangan tersendiri. Karena itu, pelaksanaan sensus akan dilakukan secara gotong royong dengan melibatkan para mubalig dan pimpinan di tingkat wilayah, daerah, cabang, hingga ranting.
Berbeda dengan sensus nasional yang berbiaya besar, Sensus Tabligh Muhammadiyah dilaksanakan dengan semangat kebersamaan. Para asatidz dan kader Muhammadiyah diharapkan turun langsung mendata kondisi dakwah di wilayah masing-masing. Untuk memperkuat pelaksanaan program ini, Majelis Tabligh PP Muhammadiyah akan mengadakan pelatihan Koordinator Sensus Tabligh Muhammadiyah Tingkat Wilayah secara daring. Setiap wilayah diminta mengirim tiga hingga lima kader muda yang melek teknologi untuk dilatih menjadi koordinator sensus.
Setelah itu, pelatihan akan berlanjut ke tingkat daerah dan cabang hingga melahirkan para enumerator di tingkat ranting. Mereka menjadi ujung tombak pengumpulan data lapangan karena paling memahami kondisi lokal, termasuk jumlah masjid, mubalig, dan pengajian Muhammadiyah di sekitarnya. Data yang terkumpul akan diverifikasi dan dikompilasi secara nasional agar terhindar dari duplikasi.
Program ini juga diharapkan memperkuat strategi dakwah Muhammadiyah ke depan. Dengan data yang akurat, Muhammadiyah dapat merancang strategi dakwah yang sesuai dengan karakteristik masyarakat di setiap daerah—baik dari sisi sosial, ekonomi, budaya, hingga potensi keagamaan. Data juga akan menjadi landasan dalam menyusun kebijakan dan menentukan arah pembinaan mubalig di wilayah-wilayah yang menghadapi tantangan dakwah, seperti daerah minoritas Muslim atau kawasan yang mengalami krisis kader.
Lebih jauh, hasil sensus ini akan menjadi dasar bagi pengembangan sistem informasi digital yang memungkinkan koordinasi antarmubalig, antarmajelis, dan antarmasjid Muhammadiyah di seluruh Indonesia. “Bayangkan, ketika seorang musafir dari Yogyakarta menuju Banyuwangi ingin singgah di masjid Muhammadiyah, ia bisa langsung menemukan lokasi masjid itu melalui sistem ini,” ujarnya memberi ilustrasi.
Kegiatan Konsolidasi Akbar Dakwah Muhammadiyah ini diikuti oleh lebih dari seribu peserta yang terdiri atas jajaran Majelis Tabligh dari berbagai tingkatan, anggota Korps Muballigh Muhammadiyah (KMM), takmir masjid, imam, khatib, guru TPQ dan madrasah diniyah, serta alumni pelatihan mubalig dan takmir masjid Muhammadiyah.
Dengan Sensus Tabligh Muhammadiyah, Majelis Tabligh berkomitmen membangun fondasi dakwah yang lebih modern, terukur, dan berkelanjutan—sebagai bagian dari misi besar Muhammadiyah dalam menata dakwah untuk peradaban.

