Oleh: Dr. Hakimuddin Salim, Lc., M.A.
وَجَعَلُوْا لَهٗ مِنْ عِبَادِهٖ جُزْءًا ۗاِنَّ الْاِنْسَانَ لَكَفُوْرٌ مُّبِيْنٌ ۗ ࣖ اَمِ اتَّخَذَ مِمَّا يَخْلُقُ بَنٰتٍ وَّاَصْفٰىكُمْ بِالْبَنِيْنَ ۗ وَاِذَا بُشِّرَ اَحَدُهُمْ بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمٰنِ مَثَلًا ظَلَّ وَجْهُهٗ مُسْوَدًّا وَّهُوَ كَظِيْمٌ
Mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya.676) Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar (nikmat Tuhan) yang nyata. Orang-orang musyrik mengatakan bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah. Padahal, malaikat itu sebagian dari makhluk dan ciptaan-Nya. Patutkah Dia mengambil anak perempuan dari sebagian yang telah Dia ciptakan dan memilihkan anak laki-laki untukmu? Apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira tentang sesuatu (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya merah padam karena menahan sedih (dan marah).
Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā menghadirkan dalam ayat-ayat ini makna ketawaduan, bahwa sesungguhnya kita tidak memiliki daya dan kemampuan apa pun. Sekalipun teknologi di zaman kita telah begitu canggih, namun yang mengendalikan dan mengizinkan semua itu dapat berfungsi hanyalah Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā.
sebagaimana yang telah kita kupas sebelumnya . Kita juga diingatkan dengan firman Allah:
وَإِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ
“Dan sesungguhnya kepada Tuhan kami-lah kami pasti kembali.”
(QS. Az-Zukhruf [43]: 14)
Ayat ini mengingatkan bahwa ke mana pun kita berjalan, ke mana pun kita melakukan safar, doa yang kita baca itu menegaskan kembali tujuan akhir hidup kita: kita semua akan pulang kepada Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā. Kita pasti akan kembali ke haribaan-Nya, ke kampung akhirat kita.
1. Kekufuran Orang-Orang Quraisy
Selanjutnya Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā menjelaskan bahwa meskipun sudah begitu jelas kehebatan dan kekuasaan rubūbiyah-Nya, yang telah diterangkan pada ayat-ayat sebelumnya, orang-orang Quraisy tetap kufur dan musyrik kepada Allah.
Allah berfirman:
وَجَعَلُوا لَهُۥ مِنْ عِبَادِهِۦ جُزْءًا ۚ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَكَفُورٌۭ مُّبِينٌۭ
“Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya. Sungguh, manusia itu benar-benar sangat ingkar (kepada nikmat Allah).”
(QS. Az-Zukhruf [43]: 15)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan kelakuan orang-orang Quraisy, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir, bahwa mereka membuat-buat kebohongan terhadap Allah dan mendurhakai perintah-Nya. Di antaranya adalah dengan menjadikan sebagian binatang sebagai persembahan untuk sesembahan selain Allah (thawāghīt), padahal binatang-binatang itu semuanya diciptakan oleh Allah.
Thāghūt (الطَّاغُوت), menurut para ulama, adalah:
- Mā ‘ubida min ghairillāh (ما عُبِدَ مِنْ غَيْرِ اللهِ): segala sesuatu yang disembah selain Allah.
- Ada juga yang mendefinisikan thāghūt dengan mā yuthā‘u min ghairillāh (ما يُطَاعُ مِنْ غَيْرِ اللهِ): sesuatu yang ditaati selain Allah.
Kesyirikan orang-orang musyrik Quraisy ini bukan berarti mereka tidak menyembah Allah sama sekali, melainkan menyekutukan-Nya. Mereka beribadah dan menyembelih untuk Allah, tetapi juga berkurban untuk selain Allah, seperti untuk berhala Lāt, ‘Uzzā, dan yang lainnya.
Sebagaimana dijelaskan dalam ayat lain yang serupa, Allah berfirman:
وَجَعَلُوا۟ لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ ٱلْحَرْثِ وَٱلْأَنْعَٰمِ نَصِيبًۭا فَقَالُوا۟ هَٰذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَٰذَا لِشُرَكَآئِنَا ۚ فَمَا كَانَ لِشُرَكَآئِهِمْ فَلَا يَصِلُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَمَا كَانَ لِلَّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَىٰ شُرَكَآئِهِمْ ۗ سَآءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Dan mereka menetapkan bagi Allah satu bagian dari hasil tanaman dan hewan ternak yang telah Dia ciptakan, lalu mereka berkata, ‘Bagian ini untuk Allah’ —menurut anggapan mereka— ‘dan bagian ini untuk berhala-berhala kami.’ Tetapi bagian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah, sedangkan bagian yang untuk Allah justru sampai kepada berhala-berhala mereka. Sungguh, buruk sekali ketetapan mereka itu.” (QS. Al-An‘ām [6]: 136)
Inilah bentuk kesyirikan yang nyata: mencampurkan ibadah kepada Allah dengan ibadah kepada selain-Nya.
2. Kisah Dakwah di Lereng Gunung Lawu
Kami pernah mengalami hal serupa ketika berdakwah di sebuah desa di lereng Gunung Lawu. Dakwah dimulai dari hal ringan—mengajarkan anak-anak membaca Al-Qur’an, mengajar akhlak, hingga TPA berkembang pesat. Setelah itu kami mendidik ibu-ibu, lalu para bapak, dan akhirnya seluruh warga.
Namun, di depan masjid desa itu ada sebuah punden dengan pohon besar. Setiap kali bersih-bersih masjid, mereka juga bersih-bersih punden, bahkan menyembelih hewan di sana sebagai sesajen.
Ketika kami mengingatkan, mereka menjawab, “Sudahlah, Mas. Kami yang sudah tua ini sudah terlanjur, ini warisan dari kakek-nenek kami. Kalau mau memperbaiki, didik saja anak-anak kami.”
Inilah betapa kuatnya warisan syirik dan adat jahiliah ketika sudah mendarah daging. Sulit dilepaskan kecuali dengan pendidikan tauhid yang kokoh.
Demikian pula orang-orang musyrik Quraisy: mereka tetap beribadah kepada Allah, tetapi juga kepada berhala-berhala mereka. Mereka tawaf di Ka‘bah, tetapi juga mengelilingi berhala-berhala mereka.
Syirik bukan berarti berhenti menyembah Allah, tetapi menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya.
3. Makna Tauhid yang Murni
Tauhid adalah memurnikan ibadah hanya kepada Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā semata. Itulah makna dari kalimat “Lā ilāha illallāh.”
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ
“Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah.”
Maknanya bukan “tidak ada yang disembah selain Allah,” karena faktanya banyak yang disembah selain Allah. Namun makna yang benar adalah: “Tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah.” (Lā ma‘būda biḥaqqin illallāh – لا مَعْبُودَ بِحَقٍّ إِلَّا اللهُ)
4. Kekeliruan Akidah Orang Quraisy Tentang Malaikat
Allah kemudian berfirman:
أَمِ ٱتَّخَذَ مِمَّا يَخْلُقُ بَنَاتٍۭ وَأَصْفَىٰكُم بِٱلْبَنِينَ
“Patutkah Dia mengambil anak-anak perempuan dari makhluk yang diciptakan-Nya dan mengkhususkan kamu dengan anak-anak laki-laki?” (QS. Az-Zukhruf [43]: 16)
Ayat ini membantah keyakinan orang-orang kafir Quraisy yang menganggap malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah (banātullāh). Mereka bahkan membuat berhala-berhala seperti Lāt, ‘Uzzā, dan lainnya yang mereka klaim sebagai perwujudan malaikat, lalu bertawasul melalui mereka.
Allah menegaskan kebatilan logika mereka dengan menyindir: Bagaimana mungkin mereka meyakini Allah memiliki anak perempuan, sementara mereka sendiri menganggap hina jika memiliki anak perempuan?
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمَٰنِ مَثَلًۭا ظَلَّ وَجْهُهُۥ مُسْوَدًّۭا وَهُوَ كَظِيمٌۭ
“Dan apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan (kelahiran) anak perempuan yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi Allah Yang Maha Pengasih, maka wajahnya menjadi hitam pekat menahan amarah.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 17)
Al-Imam Al-Baghawī menjelaskan: Wahua kaẓīm minal ḥuzni wal ghayẓ, yaitu mereka murka dan bersedih karena menganggap anak perempuan adalah aib. Bahkan sebagian dari mereka mengubur hidup-hidup anak-anak perempuan karena malu, sebagaimana disebutkan dalam ayat lain:
وَإِذَا ٱلْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ بِأَىِّ ذَنۢبٍۢ قُتِلَتْ
“Dan apabila bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh?” (QS. At-Takwīr [81]: 8–9)
5. Pelajaran Tarbawi
Dari ayat-ayat ini kita dapat mengambil banyak pelajaran tarbawi:
- Pendidikan tauhid (tarbiyah ‘alā at-tauḥīd) adalah fondasi utama.
Allah menghubungkan antara pengakuan terhadap rubūbiyah-Nya (sebagai Pencipta segala nikmat) dengan tuntutan untuk mentauhidkan-Nya dalam ibadah. - Pendidikan anak (‘tarbiyatul aulād’).
Jangan pernah merasa hina memiliki anak perempuan. Semua anak, laki-laki maupun perempuan, adalah karunia Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā yang memiliki keutamaan masing-masing.
لَيْسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلْأُنثَىٰ
“Anak laki-laki tidaklah sama dengan anak perempuan.”
(QS. Āli ‘Imrān [3]: 36)
Namun keduanya sama-sama anugerah dan amanah yang harus disyukuri dan dididik dengan benar.
Jika kita menanamkan pemahaman ini, berarti kita telah menyelisihi budaya jahiliah yang merendahkan perempuan dan menduakan Allah dalam ibadah.
Video ceramah: KAJIAN TAFSIR TARBAWI | QS. AZ-ZUKHRUF [43]: 15-17 | DR. HAKIMUDDIN SALIM, LC., M.A ” YouTube, diunggah oleh Hakimuddin Salim , 13 Oktober 2025 durasi 48:30, https://www.youtube.com/watch?v=8VlF4aJVH2g.